SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat koleksi Museum Radya Pustaka di Jl. Slamet Riyadi No.275, Solo, Selasa (16/8/2022). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Pengelola Museum Radya Pustaka mengembangkan teknologi untuk memberikan pengalaman berkunjung secara virtual sekaligus  untuk menyelamatkan koleksi museum.

Pengalaman melihat koleksi Radya Pustaka secara virtual bisa diakses melalui laman https://radyapustaka.id. Pengguna bisa melihat koleksi museum secara interaktif dengan layanan virtual tour 360.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengunjung virtual bisa masuk ke ruangan-ruangan Radya Pustaka bahkan bisa memperbesar atau memperkecil gambar yang dilihat. Namun, untuk beberapa keterangan koleksi berbentuk tulisan ada yang tidak terlihat jelas.

Selain itu, pengguna bisa mendapatkan informasi sejumlah museum lainnya di Kota Solo. Pengelola Radya Pustaka juga memperkenalkan Aji Saka yang merupakan Maskot Museum Radya Pustaka.

Maskot itu ditampilkan dengan bentuk animasi yang menceritakan sejarah Radya Pustaka, koleksi, serta cerita mengenai koleksi pada Radya Pustaka. Ada tiga episode yang ditampilkan pada laman itu.

Baca Juga: Rajamala Manusia Setengah Raksasa, Penolak Bala ASEAN Para Games 2022

Petugas Bagian Pengelolaan Naskah Museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati, menjelaskan adanya pandemi Covid-19 mengakselerasi penerapan teknologi digital. Sebelum pandemi, museum-museum di Indonesia rutin menggelar pameran.

Biasanya pengelola museum membawa replika untuk kegiatan pameran sesuai tema pameran. Pameran itu bisa menarik para calon pengunjung untuk datang ke museum-museum yang mengikuti pameran itu.

Namun, adanya pandemi Covid-19 membuat pemeran dilakukan secara virtual. Momen itu menjadikan Museum Radya Pustaka mengembangkan digitalisasi museum. Pengelola Radya Pustaka mencatat ada ribuan pengguna yang mengakses layanan virtual.

“Layanan memang belum maksimal. Kami menggunakan laman itu untuk pameran virtual sebelumnya. Kami ingin membuat satu laman dikembangkan supaya masyarakat bisa membaca buku dari sana, mencari data, atau katalog koleksi,” kata Nia kepada Solopos.com, Selasa (16/8/2022).

Baca Juga: Sejarah Museum Radyapustaka Solo, Museum Tertua di Indonesia

Selain itu, lanjut dia, pengunjung virtual yang ingin menanyakan beberapa hal belum bisa melakukannya di laman. Namun biasanya mereka mengirim pesan melalui platform lain, yakni Instagram.

Menurut Nia, digitalisasi tidak hanya mencukupi kebutuhan para pengunjung namun sebagai upaya menyelamatkan koleksi museum. Koleksi Radya Pustaka merupakan benda-benda dari bahan-bahan alami yang tidak bisa bertahan selamanya.

“Buku suatu hari tidak bisa dibaca makanya langkah digitalisasi sering dilakukan. Digitalisasi harus terus menerus untuk mengamankan naskah-naskah kuno,” jelasnya.

Nia memberikan contoh lain berupa wayang beber yang mulai melengkung, korosi pada benda-benda logam, dan gerabah yang rawan rusak jika ada gempa. Pengelola berusaha merawat dengan bahan-bahan alami supaya koleksi tidak cepat rusak.

Baca Juga: Museum Tertua Indonesia Ternyata Ada di Solo, Usianya Lebih dari 1 Abad

“Untuk serangan kutu pakai cengkeh dan akar wangi di sela-sela lemari. Kutu-kutu tidak akan berkembang biak. Setelah diteliti, cengkeh dengan asiri membuat kutu menjadi impoten sehingga tidak bisa berkembang biak,” ujarnya.

Museum Tertua

Museum Radya Pustaka merupakan museum tertua di Indonesia. Ada penambahan ruang yang dibangun sekitar 2012 di sebelah selatan. Tata letak Museum Radya Pustaka diubah pada 2013.

Ada sejumlah ruangan untuk memamerkan koleksi museum, antara lain ruang pertama dari depan yang menampilkan beberapa koleksi. Di antaranya topeng, keris,  senjata api, payung pejabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo).

Kemudian ada ruang yang menampilkan koleksi arca dan ruang manuskrip yang menyimpan 409 naskah. Selain menampilkan koleksi, pengelola museum melakukan digitalisasi naskah di ruang tersebut. Mereka melakukan digitalisasi sejak 2009. Proses digitalisasi baru mencapai sekitar 50-an persen dari total koleksi.

Selanjutnya ada ruang lebih besar dari ruangan lainnya yang menampilkan koleksi wayang, gamelan, miniatur perahu Rajamala, dan Rajamala. Ada beberapa jenis wayang yang ditampilkan di ruangan ini, di antaranya wayang dupara, purwa, suket.

Baca Juga: Ratusan Buku Belanda di Museum Radya Pustaka Jarang Dibaca, Ini Isinya

Berdasarkan pantauan Solopos.com Selasa sekitar pukul 10.00 WIB, ada belasan orang yang berkunjung ke Museum Radya Pustaka. Mereka cukup mengisi buku tamu dan lalu masuk museum gratis.

Salah satu pengunjung asal Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Wahyu Gunawan, 42,  datang bersama putranya, Namar, 7. Ia mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke Museum Radya Pustaka dan merasa nyaman dengan kondisinya yang tertata.



“Apa yang ada di museum tidak diajarkan di sekolah. Untuk kegiatan belajar mengajar lebih pas dibandingkan di kelas bagi murid. Datang ke sini ada guide yang menjelaskan lebih menarik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya