SOLOPOS.COM - Museum Radyapustaka Solo (JIBI/Solopos/Sunaryo Haryo Bayu)

Museum Radya Pustaka Solo berupaya mendekatkan diri dengan generasi muda dengan meluncurkan program “Gelanggang Anak”.

Solopos.com, SOLO – Pengelola Museum Radya Pustaka Solo siap meluncurkan program “Gelanggang Anak” untuk memfasilitasi kegiatan seni budaya anak di dalam museum.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu disampaikan Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, saat mengunjungi International Museum Day di Radya Pustaka, Minggu (17/5/2015). Menurut Wali Kota, harus ada terobosan untuk menggaet anak-anak dan pemuda agar mencintai museum.

“Pembangunan karakter tak melulu harus di pendidikan formal. Museum pun bisa menjadi wahana edukasi yang mengasyikkan,” ujar Rudy, sapaan akrabnya.

Wali Kota mengatakan gelanggang anak di Radya Pustaka dijadwalkan sebulan sekali. Rudy menyebut setiap sanggar maupun sekolah di Kota Bengawan bisa memanfaatkan museum untuk berkreativitas.

Menurut Rudy, gelanggang anak bakal sinergis dengan program radio komunitas anak yang sedang dicetuskannya.

“Kami juga mendorong munculnya relawan-relawan pecinta museum seperti acara saat ini. Ini upaya nyata untuk mendekatkan museum pada rakyat,” kata dia.

Ketua Komite Museum Radya Pustaka, Purnomo Subagyo, mengatakan program gelanggang anak sementara bakal dihelat sebulan sekali pada hari Minggu.

Pihaknya mengambil waktu berbarengan dengan car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi agar animo pengunjung lebih besar. “Nanti bentuknya pentas tradisi seperti tari maupun seni peran. Pesertanya akan digilir dari tiap sanggar,” tuturnya.

Purnomo mengatakan sejauh ini pengelola sudah menggelar agenda budaya sebulan lima kali bekerja sama dengan Komunitas Mitra Museum.

Sementara, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, Timbul Haryono, mengatakan harus ada kerja-kerja nyata untuk mendekatkan museum pada khalayak.

“Bukan saatnya lagi berbincang apa itu museum, tapi apa yang bisa dikerjakan museum,” ujarnya.

Lelaki yang juga arkeolog ini mengatakan museum menyimpan artefak yang bernilai sejarah dan edukasi. Timbul mengatakan mempelajari artefak tak lantas membuat orang menjadi kuno atau ketinggalan zaman.

“Hidup tak hanya membahas realitas kekinian. Dengan membaca masa lampau, kita menjadi tahu jejak peradaban, siapa diri kita,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya