Solopos.com, SOLO—Partai Golkar, PAN dan PPP menggalang koalisi menjelang Pemilu 2024. Koalisi itu dibuktikan dengan bertemunya ketua umum ketiga parpol di Jakarta, Kamis (12/5/2022) malam.
Pengamat politik Rocky Gerung menyebut koalisi itu sebagai poros tengah baru dalam perpolitikan di Tanah Air. Poros Tengah adalah istilah yang mengacu kepada koalisi partai-partai Islam yang dibentuk setelah PDIP memenangkan Pileg 1999.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Poros Tengah dibentuk oleh Amien Rais pada 7 Oktober 1999, yang beranggotakan partai-partai bernapaskan Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan (PK), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Koalisi ini mengantarkan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai presiden keempat mengalahkan Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga: Golkar, PAN dan PPP Koalisi Bersatu: Beringin, Matahari dan Baitullah
“Saya kira malam ini ada rapat lebih strategis membicarakan kalau Presiden Jokowi pulang [dari Amerika Serikat] sidang kabinet akan bicara apa. Pasti sebelum sidang kabinet akan ada konferensi pers dari koalisi itu,” kata Rocky Gerung dalam YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu (13/5/2022).
Menurut dosen Universitas Indonesia itu, koalisi Bersatu dibentuk sebagai kubu alternatif. Dalam analisisnya hal itu merupakan hal biasa karena kekuasaan Presiden sudah lamp duck atau bebek lumpuh.
“Ini istilah lamp duck selalu kalau diucapkan [pendukungnya] marah kalau diucapkan Presiden sudah lamp duck sudah jadi bebek lumpuh. Lalu mereka anggap istilah bebek lumpuh itu seolah betul-betul bebek, bukan. Ini istilah diplomasi politik untuk menerangkan incapacity dari presiden, jadi biasa saja dalam terminologi,” paparnya.
Baca Juga: Golkar, PAN dan PPP Galang Koalisi, Ini yang Mereka Bahas
Kondisi itu, kata Rocky, diperhatikan Airlangga yang saat ini digoyang di internal partai. Sehingga, kata dia, Airlangga lebih baik bertahan untuk mempersiapkan perlawanan dari pada dibelejeti oleh mereka yang berupaya menyikatnya.
“Kita tahu Airlangga banyak problem juga, tapi cara-cara Istana ini kan pakai cara-cara buruk, dulu PPP dibelah dan PAN juga begitu. Macam-macam hal dilakukan oleh Istana. Dan tesis kita masih sama Presiden Jokowi tentu menginginkan Golkar yang dilumpuhkan supaya bisa dikendalikan atau bahkan dimanfaatkan sebagai buffer atau bumper Presiden dalam menghadapi politik pasca dia lengser nanti.”
Rocky menyebut koalisi Bersatu tersebut merupakan semioposisi. Dia bahkan mendorong Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mundur dari kabinet karena sudah memiliki blok bersama PAN dan PPP.
Baca Juga: Koalisi Golkar, PAN, dan PPP Bisa Usung Capres Sendiri
“Supaya beberapa menteri strategis lain ikut mundur untuk meredekan ketegangan. Sehingga ketegangan politis selesai. Jadi misalnya Sri Mulyani mundur, Airlangga mundur, dua menteri ekonomi mundur itu artinya kebijakan kebijakan ekonomi ditata ulang. Dan biarkan Pak Jokowi memilih memilih menteri keuangan baru atau menteri perekonomian baru kan,” ujarnya.
“Selama ini ada ketegangan antara rasionalitas…kan yang berpikir rasional dalam kebijakan ini cuma Sri Mulyani dan Airlangga yang berupaya untuk memberi nasihat, teknokratis murni dan ini yang gagal dipertahankan kabinet. Kenapa? Karena menteri-menteri lain kan berupaya untuk memusuhi Airlangga memusuhi Sri Mulyani segala macam dan dua orang ini yang sebebetulnya harusnya menjadi simbol kemasukakalan ekonomi terlepas dari soal-soal politik di Golkar,” paparnya.