SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Para abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mulai tahun ini tak lagi menerima gaji secara tunai melainkan ditransfer melalui rekening bank yang bisa diambil pakai kartu di mesin ATM.

Pembayaran gaji secara nontunai itu dimulai, Selasa (26/2/2019). Kendati begitu, gaji yang bisa diambil melalui ATM tersebut masih bersumber dari swadaya para pengageng Trah Dinasti Mataram.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembayaran gaji dilakukan Lembaga Dewan Adat (LDA) yang digawangi salah satu adik kandung Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi, G.K.R. Koes Murtiyah. Gusti Moeng, sapaan akrabnya, mengatakan pembayaran gaji melalui rekening bank merupakan upaya tertib administrasi sesuai amanat Gubernur Jawa Tengah.

“Mulai 2004 saya bertanggung jawab soal bantuan. Pembayaran lewat rekening itu untuk menghindari tuduhan macam-macam. Gaji ini masih urunan para gusti, karena bantuan lewat Sinuwun [PB XIII] untuk abdi dalem pada 2018 sampai sekarang saya enggak tahu [ditujukan ke siapa],” kata dia kepada wartawan, Selasa.

Pengganjian lewat ATM, sambung dia, juga bertujuan untuk pendataan abdi dalem yang seharusnya menerima bantuan hibah sesuai pengajuan. Per bulan, Trah Dinasti Mataram membutuhkan dana sekitar Rp80 juta untuk menggaji 400-an abdi dalem.

Ratusan abdi dalem itu tidak hanya mengabdi di lingkungan Keraton Solo namun juga di pajimatan makam raja-raja di Imogiri serta petilasan Keraton Solo di Kota Gede, Slawi, Purwodadi, dan Wonogiri.

“Paling sedikit [gaji] Rp90.000-an untuk abdi dalem angkatan 2004. Paling gede sampai Rp1,5 juta untuk wakil pengageng, ya sesuai jabatan dan pengabdian. Para pengageng itu juga dapat gaji, meski mereka nantinya juga ikut patungan. Tiga bulan sampai Maret ini masih swadaya para gusti, tapi semoga April sudah dapat dari pemerintah,” ucap Gusti Moeng.

Salah seorang abdi dalem, Hendro Laksono, mengaku menerima gaji senilai Rp360.000 untuk bulan ini. Gaji senilai itu termasuk tinggi di antara abdi dalem lain karena dia merangkap pekerjaan. Pria 61 tahun itu telah menjadi abdi dalem sejak 1981.

“Cukup enggak cukup wong [tapi] nyatanya cukup. Gaji seberapa pun ikhlas karena niatnya memang mengabdi untuk Keraton. Boleh tinggal di Baluwarti selama puluhan tahun cukup membayar Rp10.000 per tahun. Untuk kebutuhan sendiri saya nyambi berdagang,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya