SOLOPOS.COM - Siswa kelas VI SD Warga Solo antre dengan menjaga jarak saat memasuki sekolah pada hari pertama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah, Kamis (2/9/2021). Seperti pada uji coba PTM yang telah diadakan sebelum gelombang kedua Covid-19, PTM digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas siswa sekolah di Kota Solo pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 yang dimulai pada Senin (3/1/2022) akan berlangsung setiap hari.

Sebagai informasi, pemerintah mewajibkan sekolah menggelar PTM terbatas paling lambat semester genap tahun ajaran (TA) 2021/2022. Ketetapan itu diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam regulasi tersebut, seluruh satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi di wilayahnya untuk melaksanakan PTM terbatas sesuai cakupan vaksinasi. Cakupan vaksinasi itu untuk guru, tenaga kependidikan, dan warga masyarakat lanjut usia (lansia) serta level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di daerah sekolah.

Baca Juga: Bocah SD Jualan Snack di Pinggir Jalan Solo demi Bantu Ibu yang Sakit

Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Dwi Ariyatno, mengatakan karena cakupan vaksinasi Kota Solo sudah melampaui 100% dan termasuk daerah PPKM Level 2. Maka aturannya, sekolah di Solo diizinkan menggelar PTM setiap hari bagi para siswa.

“Kemudian, jumlah peserta didik 100% dari kapasitas ruang kelas dan durasi belajar paling banyak enam jam pelajaran per hari,” katanya, dihubungi Solopos.com, Minggu (2/12/2021).

Menghitung Kapasitas Ruangan

Dwi mengatakan hari pertama masuk semester genap pada Senin (3/12/2021) masih sosialisasi, sehingga diharapkan sekolah mulai menghitung kapasitas ruangan dibandingkan jumlah siswa. “Meski boleh 100% dari kapasitas ruang, sekolah tetap harus menghitung jaga jarak antarsiswa di dalam ruangan. Jadi bukan berarti semua siswa masuk tanpa ada jaga jarak,” jelasnya.

Baca Juga: 8 Tahun Nazar, 4 Suporter Persis Jalan Kaki dari Karanganyar ke Solo

Meski boleh menggelar PTM tiap hari, apabila orang tua siswa sekolah di Solo yang tetap meminta pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena kekhawatiran akan tertular Covid-19, sekolah tetap harus memberikan pelayanan.

Aturan jaga jarak sesuai SKB empat menteri itu adalah minimal satu meter. Sehingga apabila luasan ruang kelasnya tidak memungkinkan seluruh siswa masuk dalam satu kelas yang sama, bisa dibagi ke dalam dua sif.

“Kalau luasan ruang kelasnya memungkinkan, ya silakan dalam sekali pertemuan. Inti dalam SKB itu adalah memberi kesempatan siswa untuk PTM setiap hari. Maksimalnya enam jam pelajaran, simulasi yang kami susun sesuai tingkat pendidikan,” beber Dwi.

Baca Juga: Ealah! Malam Tahun Baru di Solo Diwarnai Sejumlah Pelanggaran

Draft simulasi pertama pemberlakuan PTM di sekolah Kota Solo, apabila setiap mata pelajaran butuh waktu 40 menit dan per harinya siswa mendapatkan enam mata pelajaran, maka butuh waktu empat jam. PTM dimulai pada pukul 07.00 WIB-11.00 WIB untuk sif pertama dan pukul 12.00 WIB-16.00 WIB untuk sif kedua.

Kemampuan Mengajar Guru

Jika kemampuan mengajar guru tidak memungkinkan, setiap mata pelajaran bisa hanya 30 menit. “Kalau dengan hitungan 30 menit itu, jam PTM berakhir sampai pukul 14.00 WIB, sehingga longgar untuk semua,” ungkapnya.

Dwi menjelaskan pada semester gasal lalu, siswa mengikuti PTM bergantian, sehingga sebagian berada di rumah untuk PJJ. Skema baru sesuai SKB empat menteri memberi kesempatan siswa mendapatkan pembelajaran lebih banyak, meski tetap harus dilanjutkan di rumah.

Baca Juga: Mobil Listrik Solo Gagal Jalan Gara-Gara Hujan, Ini Kata Gibran

“Tapi, kalau capaian vaksinasi tenaga kependidikannya di sekolah belum sampai 80%, maksimal durasi belajarnya hanya empat jam,” kata Dwi. Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan surveilans PTM terbatas berupa swab acak tetap dilakukan pada semester genap.

“Surveilans tetap harus dilakukan untuk melindungi anak-anak kita. Kemarin sudah baik, sudah bagus. Pada tahap kedua, respons orang tua siswa sudah lebih baik, mereka lebih bisa menerima tujuan surveilans itu apa, kalau [hasilnya] positif seperti apa, konsekuensinya kalau ditutup sekolahnya seperti apa, saya kira para orang tua murid mulai memahami,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya