SOLOPOS.COM - Murid kelas IV SDN Karanganyar 2 Plupuh, Sragen mengecek suhu tubuh sebelum pulang, Selasa (11/1/2021). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN — Diperbolehkannya pembelajaran tatap muka (PTM) 100% meringankan beban guru mengajar. Mereka tidak perlu lagi mengulang-ulangi materi pelajaran yang sama untuk siswa satu kelas.

Salah seorang guru Kelas IV SDN Karanganyar 2 Plupuh, Sragen, Ida Safitri, mengaku senang dengan kembalinya PTM 100%. Ia kini hanya perlu mengajar sekali sehari sejak pagi hingga sekitar pukul 10.30 WIB. Sudah dua hari ini ia mengajar dengan jumlah siswa full.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelumnya, dia mengajar murid dua kali dengan sistem sif.

“Jam siang itu konsentrasi anak berkurang. Secara otomatis gurunya juga capai meskipun kami kan pulangnya pukul 12.00 WIB namun mengajar dua kali dengan tema serta materi yang sama pada jam kedua gurunya capai juga. Seperti jenuh, itu tantangan tersendiri,” kata dia saat ditemui di sekolahnya, Selasa (11/1/2021).

Baca Juga: Tiga Guru ini Dapat Hadiah Umrah dari Yayasan LBM Al Falah Sragen

Ida mengatakan PTM 100% memudahkan para guru untuk menyampaikan materi kepada para murid. Dia mengaku mudah mengawasi jaga jarak murid karena jumlah murid di kelasnya hanya 19 anak.

“Anak selama pembelajaran tetap menggunakan masker. Bekal anak-anak bawa sendiri-sendiri. Jam istirahat anak tetap makan di ruangan dan membawa alat tulis sendiri, tidak saling meminjam,” paparnya.

Durasi Mengajar Bertambah

Guru Bahasa Jawa SMPN 1 Sragen, Yuli Widiyati, mengatakan semula mengajar 12 kelas dengan sistem sif atau 24 kelompok belajar yang durasinya sedikit, yakni 20 menit sekali pertemuan. Kini Yuli mengajar tanpa sistem sif dengan durasi sekitar 30 menit.

Baca Juga: Para Kepala SD di Sragen Ngebet PTM Tanpa Pembatasan

“Kalau sekarang 30 menit full lebih marem. Kondisinya banyak anak-anak pokoknya jangan sampai masker dilepas. Anak-anak tampak semangat dibandingkan waktu PTM 50% yang kesannya kok sepi,” jelasnya.

Menurut dia, kendala yang membuat kesulitan pada PTM terbatas sebelumnya ketika ada agenda prioritas yang membuat dia meninggalkan kelas. Dia harus mengingat materi yang terlewat pada 24 kelompok belajar dari 12 kelasnya.

Adapun SMPN 1 Sragen mengatur bangku kelas yang memungkinkan jarak antar murid aman. Sekolah mengatur jam masuk setiap tingkatan untuk menghindari kerumunan. Yakni pukul 07.00 WIB bagi kelas VII, kelas VII pukul 07.30 WIB, dan kelas IX pukul 08.10 WIB. Begitu pula akses pintu keluar sekolah yang dipisahkan antar kelas.

Baca Juga: MTsN 4 Sragen, Satu-Satunya Madrasah Berbasis Riset di Bumi Sukowati

“Ada piket pulang sekolah harus membersihkan kelas dengan menyapu dan mengepel setiap hari. Anak-anak diminta bawa bekal sendiri. Dulu ada yang jajan sekarang satpamnya diberdayakan untuk mengawasi,” ungkapnya.

Waka Kurikulum SMKN 1 Sragen, Yunanto Ari Prabowo, mengatakan sekolahnya masih menerapkan sistem sif pada PTM 100%. Namun KBM semua mata pelajaran dilakukan dengan PTM.

Sebelumnya, PTM hanya berlaku untuk pelajaran produktif atau pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Selain pelajaran produktif, pembelajaran dilakukan secara daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya