SOLOPOS.COM - Gerakan Pemuda (GP) Ansor dari Bangkalan berjalan kaki dari Bangkalan menuju Jombang, Kamis (30/7/2015). (JIBI/Antara/Abdul Aziz)

Muktamar NU yang digelar di Jombang diwarnai aksi jalan kaki para muktamirin guna meresapi kembali sejarah berdirinya NU.

Madiunpos.com, BANGKALAN – Gerakan Pemuda (GP) Ansor dari Kabupaten Bangkalan, beserta para pengurus Ansor di daerah Tapal Kuda, Jawa Timur, Kamis (30/7/2015), menggelar aksi Napak Tilas dengan berjalan kaki dari Bangkalan ke lokasi Muktamar NU di Jombang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kegiatan Napak Tilas ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali peran Kiai Kholil sebagai guru sepiritual KH asyim Asy’ari terkait sejarah berdirinya NU,” kata Ketua Panitia Napak Tilas GP Ansor Bangkalan, Muzawwir Syafik, seperti diberitakan Kantor Berita Antara, Jumat (31/7/2015).

Napak Tilas ini, kata Syafik, untuk menggambarkan restu Kiai Kholil pada detik-detik berdirinya NU. Saat itu, jelas Syafik, Kiai Kholil memanggil santrinya, yakni Kiai As’ad dari Situbondo. Kiai As’ad diminta Kiai Kholil untuk menemui Kiai Hasyim di Jombang seraya menyerahkan tongkat, tasbih, bacaan Al-Qur’an, dan zikir. Tugas itu rupanya sebagai isyarat restu Kiai Kholil kepada Kiai Hasyim untuk mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU bertujuan untuk mengawal dan memperkuat aqidah Islam Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang diajarkan oleh ulama salaf dan wali sembilan (Wali Songo).

“Atas dasar itulah, maka GP Ansor Bangkalan beserta GP Ansor di daerah Tapal Kuda yang dimotori GP Ansor Probolinggo mengaktulisasikan sejarah itu,” katanya.

Ketua GP Ansor Bangkalan KH Hasani Zubair yang juga keturunan KH Moh Kholil Bangkalan dalam Napak Tilas ini menyerahkan tongkat, tasbih, yang dikalungkan kepada peserta, berikut pesan sembilan petisi kepada GP Ansor di daerah Tapal Kuda dan untuk disampaikan dalam Muktamar NU Jombang.

Kesembilan petisi tersebut antara lain berisi penegakkan dan pengukuhkan komitmen kebangsaan untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selain itu, petisi berisi penolakan segala upaya radikalisme dengan mengatasnamakan agama, menolak segala kepentingan politik praktis yang menggangu pelaksanaan Muktamar NU dan kepentingan warga NU. Dan yang terakhir, mendukung pemberantasan korupsi, meneguhkan kembali dakwah Ahlusunnah Wal-Jamaah ala ulama NU sebagai khitah 1926.

“Dengan harapan, sembilan petisi ini dapat pengingatkan sejarah esensi maksud dan tujuan berdirinya NU,” kata KH Hasani Zubair.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya