SOLOPOS.COM - Muhammad Wahyudi

Muhammad Wahyudi (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Memasuki kawasan Maleman Sekaten di Alun-alun Utara Solo, sejauh mata memandang menyapu kerumunan orang dan lapak yang sesak aneka barang. Suara bel dari wahana perahu kora-kora memekakkan telinga, juga riuh suara knalpot sepeda motor di arena tong setan atau teriakan histeris dari wahana rumah hantu. Belum lagi suara siulan kereta mini yang menarik rangkaian gerbong berisi para bocah balita mengelilingi alun-alun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akhir pekan lalu, seorang pria bertubuh subur menemui Espos dan mengantar ke pemilik wahana permainan spesialis pasar malam di Jawa. “Bos Mamad sudah menunggu, mangga saya antar,” kata pria tersebut yang pada hari sebelumnya menjanjikan pertemuan antara Espos dengan bosnya.

Bos Mamad ini pemilik grup wahana Berkah Ria 08 yang mengisi hampir seperempat petak luas Alun-alun Utara Solo saat Maleman Sekaten. Saat dijumpai, pria yang baru berusia 32 tahun itu duduk santai di kursi tunggu wahana perahu kora-kora bersama beberapa anak buahnya.

Kesan pertama yang ditangkap, ramah, muda dan tenang. Bos Mamad, demikian ia biasa dipanggil anak buahnya, memiliki nama Muhammad Wahyudi. Warga asli Ceper, Klaten itu mewarisi dan mengembangkan Berkah Ria dari ayahnya. “Saya putra kedelapan dari sembilan bersaudara. Makanya saya pegang Berkah Ria 08,” kata dia memperkenalkan diri.

Bisnis wahana hiburan spesialis pasar malam Mamad tidak dibangun dalam semalam. Dia melakoninya sejak kakeknya, Suryodiryo, masih hidup. Bisnis itu kemudian diturunkan kepada ayahnya, Siswosarjono, yang mengelolanya selama puluhan tahun. Saat ini Siswosarjono pensiun sehingga kerajaan bisnis Berkah Ria diwariskan kepada anak-anaknya. “Saat itu saya masih 25 tahun, mendapat lima wahana atau set permainan dari bapak. Saudara laki-laki yang lain juga dapat,” kata Mamad.

Pria lulusan S1 Manajemen STIE YKPN Yogyakarta ini mengenal bisnis sejak menduduki bangku SMA. Saat itu, bersama keluarga besarnya, Mamad berbisnis penjualan kayu jati. Kemudian saat kuliah, ia membuka persewaan studio musik di beberapa kota, seperti Solo dan Jogja. Tak hanya itu, ia pun pernah menjajal bisnis penggemukan sapi. “Ternyata semua kurang memuaskan, akhirnya saya memutuskan untuk mantap meneruskan bisnis ini.” Bisnis wahana hiburan dapat memberikan penghasilan setiap hari, berbeda dengan penggemukan sapi yang juga ditekuninya, yang baru dapat panen tiga hingga lima bulan sekali atau persewaan studio musik yang belum diminati masyarakat.

Mamad yang memiliki puluhan wahana ini pun mengakui semakin hari perkembangan hiburan untuk masyarakat menengah ke bawah semakin penuh tantangan. Maraknya persaingan bisnis wahana hiburan malam maupun menurunnya daya beli masyarakat, membuat pasar malam terlihat sepi. Dia pun harus siap rugi bagaikan pepatah besar pasak daripada tiang. Faktor alam seperti hujan juga berpengaruh karena aktivitas pasar malam selalu berada di tempat terbuka.

Namun ia optimistis bisnis ini akan tetap lestari setidaknya untuk belasan tahun ke depan. Ia membandingkan wahana yang dia kelola dengan tempat bermain di pusat perbelanjaan atau mal yang lebih modern dan canggih. Wahana yang dia miliki adalah unggul dalam harga, daya tarik serta variatif. “Di mal tidak bisa setinggi itu (wahana kincir angin), pemandangannya juga tak sebagus saat di sini yang bisa lihat pemandangan luar,” tambah dia.

Mamad berkisah tujuh tahun lalu saat mantap mengelola Berkah Ria 08, ia mendapat jatah lima wahana permainan. Saat itu, kondisi wahana tersebut butuh banyak perbaikan dan variasi bentuk. Setelah tujuh tahun, roda bisnis Berkah Ria berjalan dan berkembang menjadi 20-an wahana. Persaingan yang sengit melecut dirinya untuk semakin kreatif. “Karena banyak pesaing, ya kami harus kreatif, mainan biasa tidak akan laku, mulai dari bentuk dan tata lampu sangat menentukan,” kata dia.

Bisnisnya kini tak hanya di bidang layanan hiburan namun juga merambah ke produksi. Di rumahnya di Ceper, Klaten, Mamad mendirikan bengkel produksi wahana permainan. Di Ceper, dibantu para pekerjanya, ia mampu membuat beragam wahana seperti komidi putar, kincir angin atau kora-kora. Pemesannya sebagian besar berasal dari luar daerah. Tempat tersebut juga jadi bengkel servis dan modifikasi wahana agar memenuhi standar keselamatan dan selalu terlihat menarik di mata pengunjung.

JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya