SOLOPOS.COM - Pengendara mobil melewati gapura Desa Juron, Nguter, Sukoharjo, Sabtu (27/3/2021). (Solopos-R. Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Sebagian perantau asal Desa Juron, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, berencana pulang ke tanah kelahiran pada awal atau pertengahan Bulan Puasa meski ada larangan mudik Lebaran dari pemerintah.

Sebagai informasi, Desa Juron Sukoharjo dikenal sebagai kampung perantau karena separuh lebih warga desa setempat mengadu nasib ke luar daerah untuk mengais rezeki. Mayoritas merantau ke wilayah Jakarta dan sekitarnya, namun tak sedikit warga merantau ke luar Jawa seperti Padang, Makasar hingga Jayapura.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagian perantau tak pulang ke kampung halaman pada perayaan Lebaran 2020 karena pademi Covid-19.

Baca juga: Sukoharjo Dapat Tambahan 6.000 Dosis Vaksin Covid-19, Sebagian Untuk Guru

“Sepertinya para perantau tetap pulang ke kampung halaman kendati pemerintah melarang mudik saat Lebaran. Mungkin, pada awal atau pertengahan Bulan Puasa sudah tiba di kampung halaman,” kata pengurus Paguyuban Perantara Selindo, Giyarno Dwi Atmojo, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (27/3/2021).

Para perantau memilih pulang kampung lebih awal lantaran kebijakan larangan mudik diterapkan selama 12 hari pada 6-17 Mei 2021. Mereka bakal bergelombang tiba di kampung halaman pada awal atau pertengahan Ramadan.

Giyarno menyebut biasanyapara perantau bisa menghabiskan waktu satu-dua bulan di kampung halaman saat momentum Lebaran.

Baca juga: 5 Hari Dipasang, Kamera ETLE Simpang Kejaksaan Sukoharjo Rekam Belasan Pelanggar

Lantaran masih masa pandemi Covid-19, para perantau tinggal di kampung halaman hanya beberapa pekan. Satu pekan-dua pekan. Kemudian, kembali ke daerah perantauannya masing-masing,” ujar dia.

Jumlah perantau asal Desa Juron lebih dari 2.500 orang. Mereka memiliki paguyuban perantau Juron di setiap daerah. Misalnya, wilayah Jakarta dan sekitarnya ada paguyuban Tree MG, Sulawesi ada KRJ Makasar, Jawa Barat ada Ngudi Kamulyan. Masing-masing paguyuban melebur menjadi satu wadah bernama Perantara Selindo.

Para perantau tak pelit untuk mengucurkan dana segar demi memajukan tanah kelahiran. Misalnya, mengaspal jalan perdesaan dan membangun masjid.

Baca juga: Sempat Terpuruk, Industri Rotan Trangsan Sukoharjo Kembali Menggeliat

“Paguyuban perantau membeli satu unit mobil ambulan yang diserahkan kepada masyarakat di kampung halaman pada awal April. Kami ingin memberikan kontribusi demi kemajuan tanah kelahiran,” papar Giyarno.

Kepala Desa Juron, Sarbini Sigit Budiyanto, menyatakan para perantau tak segan-segan merogoh kocek pribadi untuk pengembangan potensi desa. Mereka memberikan kontribusi positif dengan membangun berbagai fasilitas umum (fasum) di desa.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya