SOLOPOS.COM - Model Red Batik menyapa para pemudik yang melewati Jl Slamet Riyadi, Gladak, Solo, Jumat (5/8/2013). Aksi tersebut untuk mempromosikan Solo sebagai kota kreatif (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Model Red Batik menyapa para pemudik yang melewati Jl Slamet Riyadi, Gladak, Solo, Jumat (5/8/2013). Aksi tersebut untuk mempromosikan Solo sebagai kota kreatif (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Model Red Batik menyapa para pemudik yang melewati Jl Slamet Riyadi, Gladak, Solo, Jumat (5/8/2013). Aksi tersebut untuk mempromosikan Solo sebagai kota kreatif (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sembilan perempuan berbusana batik dengan corak natural didominasi warna merah berdiri di atas becak. Mereka menebar senyum sembali memegang satu tongkat yang ujung atasnya bernada sambutan terhadap para pemudik di Kota Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perempuan berusia belasan itu naik becak mulai dari Rumah Karnaval Indonesia, Jl Jawa No 18 berkeliling melewati Jl Ronggowarsito, depan RS PKU Muhammadiyah menuju Perempatan Gendengan, dilanjutkan menyusuri Jl Slamet Riyadi. Sesampai di area Bundaran Gladak, Pasar Kliwon, sembilan perempuan berparas ayu itu turun dari becak.
Bak model, mereka berjalan di atas catwalk yang telah tersedia. Tak lupa, peserta karnaval yang merupakan peserta Red Batik menghadap ke utara menyambut pemudik yang melewati Kota Solo. Penampilan peserta karnaval menyedot perhatian pengguna jalan. Tidak sedikit pengguna jalan berhenti membaca seksama isi pesan yang dibawa oleh masing-masing peserta.

Gaun yang dipakai peserta Red Batik bercorak bahan tradisional menggambarkan pasar tradisional di Kota Solo.

“Kita memang sengaja menyambut pemudik dengan pakaian yang mengungkapkan tradisi yang dimiliki Kota Solo. Di sini (Kota Solo) dikenal dengan pasar tradisional, maka busana yang dipakai batik berbalut alat-alat dapur tradisional,” papar koordinator acara, Arif Tuep, saat ditemui disela-sela acara, Senin (5/8/2013).

Arif memaparkan tampilan peserta karnaval dengan pakaian batik kombinasi bahan tradisional sebagai upaya menggugah kesadaran masyarakat luas bahwa pelestarian pasar tradisional sangat diperlukan.

“Sekarang banyak melupakan pasar tradisional, orang lebih senang pergi ke supermarket dan mall. Inilah yang sengaja kita tekankan dalam penampilan peserta karnaval. Dengan berbusana kombinasi tradisional juga tak kalah menarik dengan budaya masyarakat sekarang,” paparnya.

Salah seorang peserta karnaval Red Batik, Rifka Puspita, 18. Dia merasa senang bisa turut berpartisipasi dalam acara tersebut. “Tahun kemarin saya ikut. Sekarang bisa ikut lagi, rasanya senang,” paparnya tersipu malu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya