SOLOPOS.COM - Sugeng Santoso (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Sugeng Santoso (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Dua tahun lalu, Tung Desem Waringin, salah satu motivator yang pernah populer, datang ke Solo dan mengisi seminar motivasi. Di dalam ruang seminar itu, Tung berhasil menanamkan berbagai keyakinan dan konsepsi sebuah kesuksesan ala dirinya. Bisa dibilang misi itu berhasil karena setidaknya ada satu orang yang benar-benar bersemangat mengikuti jejaknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Orang itu adalah Sugeng Santoso yang saat itu masih bekerja di sekolah Minggu Elshadday, Widuran, Solo. Saat itu, Sugeng sudah sepuluh tahun bekerja di sekolah gereja itu sejak lulus STM pada 1999. Tung mengubah tekad hidup Sugeng. Saat itu Tung Desem Waringin sedang naik daun. Seminarnya bertarif Rp200.000.

“Ada banyak motivator untuk orang dewasa. Saya lihat belum ada motivator untuk anak-anak,” ujar Sugeng.

Seperti orang lain yang keluar dari ruang seminar yang sama, semangat Sugeng berapi-api. Tanpa menunggu waktu lama, Sugeng melakukan gebrakan dengan menawarkan diri sebagai motivator untuk anak-anak SD. Kebetulan waktu itu masa-masa menjelang Ujian Nasional (UN). Kehadirannya dirasakan sangat berarti. “Saat itu momentumnya benar-benar tepat,” ujarnya.

Acara motivasi anak itu disiarkan oleh berbagai media cetak dan televisi baik lokal dan nasional membuat orang-orang mengenalnya. Di situlah julukan Kak Sugeng Sang Motivator Anak muncul untuk kali pertama.

Sukses menggelar acara motivasi pertamanya, Sugeng kebanjiran undangan. Setiap pekan, Sugeng membuat event serupa di gedung-gedung sekolah. Sugeng seperti tak kenal lelah melakukannya meskipun dia sama sekali tak mendapatkan imbalan materi dari aktivitasnya itu. Hal ini sudah disadarinya dari awal karena dia memang menargetkan anak-anak SD pinggiran sebagai sasaran motivasinya.

Bahkan Sugeng saat itu nyaris melakukan semuanya sendiri. Dia menyisir SD-SD yang banyak menampung anak-anak dari keluarga kurang mampu dan mengajukan diri sebagai motivator mereka. “Saya lakukan semuanya sendiri, saya mengusung peralatan sendiri ke sekolah-sekolah dan mengisi sendiri.”

Tak terasa, dalam waktu hampir tiga bulan, Sugeng berkeliling di 30-an sekolah dan ada 1.500-an anak yang ditemuinya. Satu hal yang dikatakannya kepada anak-anak adalah memberi tahu mereka tentang hidup, cita-cita dan bagaimana cara meraihnya. Bahkan menurutnya, semua itu belum pernah diberikan oleh para guru yang tiap hari mengajar mereka. Semua ini berawal dari tekadnya untuk menjalankan keyakinannya. “Saya melakukannya untuk amal. Saya yakin, dengan banyak sedekah maka akan banyak berkah.”

Seolah mendapat jawaban, usaha kerasnya mendapatkan respons tak terduga. Suatu hari dia mendapatkan telepon dari Gramedia yang memintanya menulis sebuah buku motivasi. Sugeng pun mulai menulis sebuah buku untuk anak-anak, judulnya Jadi Presiden, Yes I Can.

Tak lama kemudian dia mendapatkan tawaran untuk memberikan motivasi di depan 1.000-an anak di Bundaran HI, Jakarta. Puncaknya saat dia tiba-tiba mendapatkan tawaran untuk membuka sebuah franchise lembaga pendidikan luar sekolah bernama GMC Brain Stimulations di Solo. Sugeng ditawari mengelola usaha ini tanpa membayar biaya franchise sepeserpun. “Orang lain harus membayar mahal tapi saya tidak. Inilah berkah dari sedekah.”

Keberhasilan ini tak membuatnya berhenti menjalankan keyakinannya. Jika lembaganya lebih banyak mendidik anak-anak kelas menengah ke atas, dia tidak melupakan anak-anak tidak mampu. Di luar lembaganya, Sugeng memberikan pendidikan dengan teknik-teknik modern kepada anak-anak SD pinggiran seperti di Semanggi dan Pucangsawit. Dalam hal ini, dia sangat selektif memilih sekolah dan hanya anak tidak mampu yang jadi sasarannya.

“Saya harus terus beramal, kalau tidak kita tidak akan dapat sesuatu,” ujarnya.

Ini juga tak lepas dari masalah sosial yang menjadi keresahannya hingga kini, terutama dalam bidang pendidikan. Menurutnya, masalah anak-anak sekolah saat ini adalah hilangnya kreativitas dan rasa ingin tahu. “Kalau dibiarkan, ini jadi bencana pendidikan.”

Sugeng pun tak hanya berhenti pada pencapaiannya saat ini. Sadar bahwa masalah pendidikan tak hanya dialami anak-anak SD, dia mulai merambah dunia remaja di SMA. Selain itu dia sedang mengembangkan berbagai seminar penggalian kecerdasan seperti workshop Menggali Kejeniusan Anak, 24 Mei nanti. “Itu gratis. Saya juga ingin menjadi parenting motivator yang saya juga merintisnya gratis.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya