SOLOPOS.COM - Banjir akibat naiknya ketinggian air laut atau rob di kawasan Tanjung Mas, Semarang belum surut hingga Selasa (24/5/2022) sore. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Banjir rob yang terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, wajib mendapat perhatian serius. Sejumlah pakar menilai perbaikan tanggul yang jebol bukan solusi terbaik untuk mengatasi rob.

Mila Karmila, dosen perencanaan wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, pemerintah semestinya bisa menemukan solusi yang lebih inovatif. Pasalnya, infrastruktur seperti tanggul laut yang selama ini diandalkan, ternyata gagal menahan gelombang rob.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Yang kasihan kan sebetulnya masyarakat. Tambak Lorok banjir, Tambak Rejo banjir, Kemijen yang dari 2017 tidak pernah banjir itu kemarin sampai banjir, karena masuk dari arah pelabuhan. Artinya dia mendapat limpasan dari sana, banjir bukan karena hujan, tapi karena masuknya air ke daratan,” jelasnya, Rabu (25/5/2022).

Momok

Mila menambahkan, ada masalah besar yang menghantui kawasan pesisir utara Jawa Tengah, yaitu penurunan muka tanah atau land subsidence. Hal ini menjadi momok yang sebenarnya telah diperingatkan para akademisi sejak 1990-an.

Ekspedisi Mudik 2024

“Penelitian paling lama itu yang saya tahu pada tahun 1990-an sudah ada. Sejak ada pembangunan di kawasan utara [Jawa Tengah],” jelas Mila.

Baca juga: Pakar: Tanggul Bukan Solusi Atasi Rob di Semarang-Pantura Jateng

Lisa-Michéle Bott, peneliti dari Institute of Geography University of Cologne Jerman, dalam artikel hasil penelitiannya menyebut penurunan muka tanah di Semarang telah mencapai 10 cm setiap tahunnya.

Dalam penelitian yang dipublikasikan pada 2021 lalu, Bott menyebut banjir rob di Semarang bukan hanya dipengaruhi oleh fenomena kenaikan air laut. Justru, penurunan muka tanahlah yang jadi penyebab utama.

Oleh sebab itu, Bott menyebut diperlukan langkah mitigasi besar untuk menanggulangi masalah tersebut. Bukan hanya tindakan repetitif dengan memperbaiki atau meninggikan tanggul dan permukiman yang terdampak rob.

Solusi

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberlakukan no-development zone di wilayah terdampak penurunan muka tanah. Langkah serupa telah diuji coba di Jepang dan berhasil.

Mila juga menyampaikan beberapa upaya yang semestinya bisa dilakukan pemerintah guna menyelesaikan persoalan banjir rob di Semarang. Sarannya tak jauh berbeda dari apa yang disampaikan Bott dalam paper-nya.

“Tidak bisa hanya mengandalkan dengan konstruksi. Karena itu akan selalu melawan alam. Artinya, itu hanya sementara,” sambung Mila.

Baca juga: Pantura Jateng Tenggelam, Akibat Ulah Manusia?

Mila menyebut upaya pengendalian pemanfaatan air tanah bisa dilakukan. Pasalnya dengan cara itu, penurunan muka tanah di kawasan pesisir utara Jawa Tengah bisa diminimalkan.

“Masalahnya, sekarang itu industri mengambil [air] bawah tanah. Karena air dangkalnya sudah jelek. Sekarang berarti pemerintah harus menyiapkan air, yang entah melalui PDAM entah apa, yang membuat industri tidak mengambil air bawah tanah. Karena kalau cuma membatasi, tapi kalau pemerintah tidak punya solusi menyediakan air bersih untuk industri itu jadi aneh juga,” jelasnya.

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Penanganan Banjir Rob: Infrastruktur Bukan Solusi Tunggal 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya