SOLOPOS.COM - Sugiyanti menunjukkan hasil produksi keset buatannya di Dukuh Wonorejo, RT 012 Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen pada Selasa (23/8/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Bermodal Rp100.000, warga RT 012, Dukuh Wonorejo, Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, Sugiyanti, berhasil menjalankan usaha kerajinan keset. Kini omzet usahanya sampai Rp9 juta/bulan.

Sebelum membuka usaha mandiri pada 2010, Sugiyanti sempat bekerja di pabrik keset. Dari situ ia belajar cara membuat keset.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jadi saya membeli limbah kain dari pabrik-pabrik tekstil, biasanya dari Klaten, Sukoharjo, Boyolali, dan Mojosongo. Sekarang sekali beli bisa satu ton seharga Rp3 juta. Pada awal merintis dulu, beli kain hanya Rp100.000, kemudian naik jadi Rp300.000,” terang Sugiyanti saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (23/8/2022).

Biasanya ia menjual keset per lusin seharga Rp30.000. Dalam satu bulan ia bisa menjual hingga 300 lusin. Walaupun produksinya masih berskala rumahan, keset yang diproduksi bisa dijulan sampai ke pasar luar Jawa, seperti Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan Lombok.

Baca Juga: Inspiratif! Warga Desa Semarang Ini Ubah Kotoran Ternak Jadi Penerangan

Keset yang ia jual juga laku di Soloraya. Biasanya banyak orang yang membeli keset hasil produksinya untuk dijual kembali.

Selain memproduksi sendiri, Sugiyanti juga memberdayakan para tetangganya untuk membuat keset di rumah masing-masing. Ada sekitar 17 orang yang Sugiyanti berdayakan. Begitu sudah jadi, keset itu dibeli Sugiyanti seharga Rp1.100/lembar. Setelah terkumpul banyak, ia jual dalam partai besar.

“Biasanya tetangga juga ada yang membeli kain dari saya, karena biasanya pabrik tidak melayani pembelian dalam jumlah kecil, minimal satu ton. Untuk harga biasanya saya beli 1.100/keset,” tambah Sugiyanti.

Baca Juga: Kisah Sukses Tirto Utomo, Bos Air Minum Aqua Bermula dari Panen Cibiran

Salah satu tetangga Sugiyanti yang membuat keset, Lastri, mengaku dalam sehari  bisa membuat 20 keset, tergantung dari jenis bahannya.

Sugiyanti mengaku sudah mengeluarkan Rp20 juta untuk membeli alat membuat keset. Alat-alat tersebut kemudian dipinjamkan kepada tetangganya untuk memproduksi keset.

Sigiyanti berharap bisa mendapatkan bantuan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya. Ia mengaku pernah beberapa kali mendaftar untuk mendapatkan bantuan tapi tidak berhasil.

Baca Juga: Melihat dari Dekat Panen Madu Hasil Budidaya Lebah Jawa di Boyolali

Model bisnis keset yang dijalani Sugiyanti masih tradisional. Ia belum merambah pasar online karena belum paham caranya. Selama ini ia menerima pesanan melalui telepon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya