SOLOPOS.COM - Infografis Spanduk Pecel Lele (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, LAMONGAN — Siapa sih yang tidak mengenal makanan pecel lele Lamongan yang biasanya dijual di pinggir jalan dan emperan toko. Makanan yang biasanya tersedia saat petang hari itu biasanya dijajakan oleh warga Lamongan.

Namun, ternyata warga asli Lamongan, Jawa Timur, justru dilarang makan ikan lele. Mitos ini masih ada dan dipercaya oleh masyarakat setempat. Kalau melanggar dan nekat memakan ikan lele akan terkena kutukan penyakit gatal-gatal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mitos warga Lamongan dilarang makan lele ini sudah turun temurun. Versi mengenai munculnya mitos larangan warga Lamongan memakan ikan lele ini beragam.

Dikutip dari jurnal ilmiah Antropologi, BioKultural dari Universitas Airlangga yang ditulis Muhibbatul Hasanah dengan judul Mitos Ikan Lele: Studi Deskriptif Masyarakat Desa Medang, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan.

Baca Juga: Kenapa Warga Asli Lamongan Dilarang Makan Lele? Ini Jawabannya

Awal mula munculnya mitos larangan makan ikan lele ini dari cerita pada zaman dahulu ada seorang santri bernama Boyopatih yang diutus oleh kiainya untuk mengambil sebuah pusaka yang dipinjam Mbok Rondo. Namun, seorang santri itu tidak berhasil meminta dengan cara yang baik, sehingga Mbah Boyopatih mengambil pusaka itu dengan berubah bentuk menyerupai kucing.

Tetapi, aksi itu diketahui oleh pemilik rumah. Mbok Rondo pun berang dan akhirnya berteriak memanggil semua orang untuk mengejarnya.

Boyopatih yang kalut pun lari hingga sampai pada tempat kolam ikan lele. Boyopatih pun bersembunyi di lorong jublang atau kolam lele tersebut. Warga yang menejar tidak berhasil menemukannya.

Boyopatih merasa telah diselamatkan oleh ikan lele dari kejaran massa. Pada waktu itu, Boyopatih berkata bahwa anak turun temurunnya dilarang makan ikan lele. Apabila ada yang melanggarnya akan terkena kutukan penyakit gatal-gatal.

Baca Juga: Tanggul Sungai Jebol, 1 Rumah di Ponorogo Rusak Parah Diterjang Air

Setelah meninggal dunia, Boyopatih dimakamkan di tempat tersebut dan dimuliakan oleh masyarakat setempat. Bagi penduduk Lamongan yang masih mempunyai keturunan dari Mbah Boyopatih apabila melanggar dengan memakan atau menjual ikan lele, dia akan mengalami gatal-gatal serta kulit mengelupas. Bukan hanya itu, bagi pelanggar juga mengalami belang putih seperti kulit ikan lele. Dipercaya penyakit itu tidak bisa disembuhkan oleh obat dan medis, kecuali datang berziarah ke makam Mbah Boyoputih. Tujuannya untuk tawasul (memohon atau berdoa kepada Allah SWT dengan perantaraan nama seseorang yang dianggap suci dan dekat kepada Tuhan) supaya diberi kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.

Selain itu, juga membasuh yang sakit dengan air kolam makam Mbah Boyopatih. Pantangan tersebut todal berlaku bagi orang Lamongan yang bukan asli keturunan Mbah Boyopatih. Meski demikian, banyak orang dari luar Lamongan yang sembuh dari penyakit kulitnya sehabis berziarah ke makam tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya