SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pernikahan (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Apa sih sebenarnya alasan adanya mitos larangan menikah di bulan Suro alias Sura?

Seperti diketahui, terdapat mitos yang begitu melekat di masyarakat mengenai larangan menikah dan menggelar hajatan di bulan Sura atau Muharram. Adapun yang menyebut jika melanggar larangan tersebut akan sial.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga:  Sudah Lebih dari 50 Juta Rakyat Indonesia Divaksinasi Covid-19

Dan hal ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat di Indonesia, khususnya di Jawa.

Lalu, apa alasannya mitos larangan menikah di bulan Suro muncul di tengah masyarakat?

Baca Juga:  Deddy Corbuzier Pamit dari Media Sosial dan Podcast, Ada Apa?

Mengutip dari berbagai sumber, Sura termasuk dalam hitungan Jawa di posisi timur. Atau biasa disebut naga tahun ada di timur.

Di mana hal ini memiliki arti pati dina, yakni hari buruk dalam melaksanakan hajatan dan pernikahan, pindah rumah, khitanan dan sejenisnya.

Baca Juga:  Selama PPKM, Kepatuhan Menggunakan Masker Meningkat 82 Persen

Selain itu, ada yang menganggap bulan Sura adalah keramat karena dipercaya sebagai tonggak atau bulan awal untuk memulai sesuatu. Sehingga masyarakat percaya bulan Sura tidak diadakan hajatan dan sejenisnya.

Ternyata bukan hanya itu saja, masyarakat juga percaya Sura merupakan bulan kedatangan Aji Saka di Jawa yang membebaskan Jawa dari raksasa yang menjajah manusia.

Baca Juga:  Benarkah Ivermectin Efektif untuk Mengobati Covid-19?

Dalam sebuah penelitan skripsi yang berjudul Adat Larangan Menikah di Bulan Suro dalam Prespektif URF dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, kepercayaan larangan tersebut juga dipegang teguh oleh masyarakat Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.

Mereka percaya bulan Sura memiliki makna filosofis yang mendalam. Beberapa di antaranya, terjadi peristiwa-peristiwa agung, seperti pembantaian terhadap 72 anak keturunan Nabi dan pengikutnya.

Baca Juga:  Mitos Larangan Menikah di Bulan Suro, Bagaimana Menurut Islam?

Sehingga hal ini menumbuhkan rasa haru dan sungkan untuk menyelenggarakan pernikahan atau sebuah hajatan di bulan Muharram.

Tak Ada Larangan Menikah di Bulan Suro Menurut Islam

Dikutip dari situs konsultasi agama, Konsultasisyariah.com, pengajar di Ponpes Hamalatul Qur’an Yogyakarta, Ustaz Ahmad Anshori menyebut larangan tersebut tidak benar.

Baca Juga: Profil Mooryati Soedibyo, Wong Asli Solo yang Berkeluarga Ningrat

Ia berpendapat Muharram merupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam.

Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Tenang Kalau Ini Bukan Prank Kok! Sultan dari Riau Sumbang Rp1 Triliun Lebih untuk Indonesia

Selain itu, Muharram juga dipercaya merupakan bulannya Allah. “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram”. (HR. Muslim 1163)

Sehingga dari beberapa hadis di atas, Ustaz Ahmad Anshori menegaskan larangan menikah di bulan Suro menurut Islam adalah tidak benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya