SOLOPOS.COM - Sendang Dangkrong, Nglano, Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, Rabu (01/12/2021). (Solopos.com/Syifa Tri Hastuti)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sendang Dangkrong merupakan kolam yang berada di Dusun Nglano, Desa Pandeyan, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar. Sendang ini tak terlalu lebar. Airnya pun keruh.

Menurut keterangan juru kunci, Sadiman, saat ditemui Solopos.com, Rabu (1/12/2021), Sendang Dangkrong adalah sebuah petilasan dengan yang memiliki “penunggu” bernama Eyang Jogo Suto dan Eyang Jogo Suworo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di dalam kompleks sendang terbagi dalam tiga tempat. Di sebelah timur merupakan petilasan, bagian tengah adalah tempat sholat, dan bagian barat adalah tugu yang dulunya merupakan tempat kuburan ikan atau kepala dan kaki kambing yang jadi persembahan.

Baca Juga: Karanganyar Masih Jadi Juara di Daftar UMK Tertinggi di Soloraya

“Di dalam Sendang juga terdapat patung tiga ekor kera, yang satu menutup mata, satu lagi menutup telinga dan yang satunya lagi menutup mulut. Artinya kita harus waspada dengan apa yang dilihat, waspada dengan apa yang didengar dan waspada dengan apa yang kita bicarakan,” jelas Sadiman.

Sendang Dangkrong
Petilasan di Sendang Dangkrong, Nglano, Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, Rabu (01/12/2021). (Solopos.com/Syifa Tri Hastuti)

Jogo Suto, menurut Sadiman, berarti menjaga perbuatan dari yang tidak baik. Sementara Jogo Suworo artinya jangan asal berbicara.

Sendang Dangkrong kerap jadi tempat orang-orang yang meminta dikabulkan hajat mereka. Sayangnya, menurut Sadiman, banyak yang memintanya tidak kepada Tuhan. Padahal, Sendang Drangkrong hanya tempat sarana ibadah saja. Jika ingin memohon sesuatu, lanjut Sadiman, tetap kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pria paruh baya ini menambahkan, dari sekian banyak orang yang datang untuk meminta kekayaan dan jabatan,  sebagian besar di antaranya terkabulkan keinginan mereka. Bahkan Sadiman menyebut 90 persen terkabul.

Baca Juga: UMK Karanganyar 2022 Naik Rp10.000 Lebih Sedikit, Jadi Segini

“Mereka memohon agar dikabulkan hajat-hajatnya seperti memohon kekayaan dan memohon jabatan tetapi tidak kepada Tuhan. Banyak yang sudah berhasil, tetapi saya tidak bertanggung jawab karena itu merupakan urusan pribadi masing-masing,” kata pria tua itu di Sendang Dangkrong.

“Kalau memang dikabulkan apa yang diminta, jangan lupa ke sini [Sendang Dangkrong] lagi. Bersyukur di sini. Biasanya kalau malam itu suka ada orang yang datang ke sini . Kadang lima enam orang, untuk jamnya tidak tentu kadang jam 00.00 WIB kadang jam 22.00 WIB sudah ada,” kata dia.

Sendang Dangkrong
Arca di Sendang Dangkrong, Nglano, Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, Rabu (01/12/2021). (Solopos.com/Syifa Tri Hastuti)

Lebih jauh, Sendang Dangkrong juga memiliki keterkaitan dengan mitos larangan menikah antara warga Dusun Nglano dengan Dusun Suruh Kalong/Wangan. Kalau nekat, hubungan pernikahan itu diyakini tak bertahan lama. Mitos itu masih diyakini sebagian warga setempat.

Baca Juga: Keseruan Berebut Ayam dalam Tradisi Mondosio Pancot Tawangmangu

“Memang benar ada mitos seperti itu. Sebenarnya boleh menikah antara warga Nglano dan Suruh, tapi pengantin jangan lewat jalan sendang ini. Harus lewat jalan yang lain. Tapi memang orang dulu melarang. Jadi itu hanya mitos, tapi kalau dilanggar memang kenyataannya benar terjadi bahwa pengantin tidak akan bertahan lama,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya