SOLOPOS.COM - Pengguna jalan melintasi simpang empat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Kamis (1/7/2021). Di jalan beton itu sebelumnya berdiri Monumen Generasi Muda Asri yang dibangun di atas makam van Nispen, pemilik pertama PG Mojo Sragen. (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Ada pemandangan tak biasa di pojokan Jl Raya Sukowati dan Jl Perintis Kemerdekaan, Kabupaten, Sragen, Jawa Tengah. Di sudut jalan di Sragen itu terdapat makam kuno yang konon tidak bisa dipindah.

Makam itu adalah makam kerkhof atau kuburan khusus warga Belanda pada zaman dulu. Konon, kuburan itu milik Willibald Dagobert van Nispen, pemilik pertama Pabrik Gula Mojo di Sragen Kulon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada awalnya, di atas makam kuno itu dibangun Monumen Generasi Muda Asri Sragen. Tetapi berdasarkan pantauan Solopos.com, Kamis (1/7/2021), monumen itu kini sudah dibongkar menjadi jalan berlapis beton.

Baca juga: Hiiii, Permukiman di Sragen Wetan Ini Ternyata Bekas Kuburan Kuno

Berdasarkan catatan sejarah, makam kuno itu berdiri sejak seratusan tahun lalu. Willibald Dagobert van Nispen diketahui meninggal dunia pada 21 Juni 1914 dan dimakamkan pada 23 Juni 1914.

“Menurut catatan arsip koran Belanda, van Nispen meninggal dunia pada 21 Juni 1914 dan dimakamkan pada 23 Juni 1914 di kerkhof yang terletak di sebelah barat RSUD Sragen. Karena konon tidak mau dipindah, makam itu sempat dibangun monumen. Namun, monumen itu akhirnya dibongkar hingga jadi jalan raya,” terang Johny Adhi Aryawan, pegiat Sragen Tempo Doeloe (Stedo), kepada Solopos.com.

Foto Nispen dalam arsip Perpustakaan PG Mojo. (Istimewa)

Semasa hidup Willibald Dagobert van Nispen dikenal sebagai pengusaha kaya yang menguasai ratusan hektare tanah perkebunan di Sragen. Dia dulunya tinggal di sebuah rumah besar yang kini masuk di wilayah Bener, Kecamatan Ngrampal, Sragen, yang berada tak jauh dari Stasiun Kebonromo.

“Bangunan utama rumah van Nispen kini digunakan sebagai kantor guru SDN 1 Bener,” jelas Johny.

Baca juga: Jreeeng! Covid-19 Klaten Meledak, Tambah 658 Kasus Per Hari Ini

Nama Van Nispen terselip di sebuah arsip milik Pabrik Gula (PG) Mojo Sragen. Dokumen yang dicetak pada 1985 itu merupakan hasil terjemahan atas arsip Proefstation Oost Java (POJ) terbitan 1920.

Di dalam arsip ini disebutkan bahwa van Nispen merupakan pemilik pertama Suikerfabriek (Pabrik Gula) Mojo Sragen. Peletakan batu pertama PG Mojo dilaksanakan pada 1883 dan beroperasional 12 tahun kemudian yakni 1895. Nama lain dari van Nispen adalah Walanda Dhugdeng yang terkenal dari Desa Bener.

“Koran De Nieuwe Vorstenlanden edisi 22 Juni 1914 menyebut Van Nispen sebelumnya terlibat dalam perselisihan tak kunjung usai dengan koleganya di De Vereeniging van Solosche Landhuurders atau Asosiasi Penyewa Tanah Solo. Nispen akhirnya menyerah. Ia memutuskan melepas jabatan presiden di organisasi yang telah didirikan dan dibesarkannya,” jelas Johny.

Baca juga: TPS Bagan Sragen Sering Overload & Timbulkan Bau Busuk, Warga Ancam Tutup Paksa

Semenjak itu Nispen menepi dari pusaran kekuasaan Vorstenlanden dan lebih banyak beraktivitas di Kebonromo. Ia lebih tertarik mendalami budaya Jawa dan menjadi teman bagi penduduk lokal, kemudian menua bersama istrinya yang tak lain warga pribumi.

Permakaman Kuno Sragen

Selain makam Van Nispen, dulu kawasan tersebut merupakan kompleks permakaman kuno di Sragen. Berdasarkan peta kuno terbitan Dinas Topografi Hindia Belanda pada 1930 mengungkap kawasan permukiman padat penduduk di wilayah timur Kota Sragen pada masa lalu adalah sebuah kompleks permakaman kuno.

Peta topografi Kota Sragen itu disusun pada 1928-1929. Dalam peta itu, kompleks permakaman itu terbagi tiga bagian yang mewakili tiga ras yakni pribumi yang dikenal dengan nama makam SI, makam khusus warga Tionghoa atau bong dan makam khusus warga Belanda atau kerkhof.

Baca juga: RS Wonogiri Penuh Pasien Covid-19, Mayoritas Klaster Perjalanan

Bong dan kerkhof diapit oleh Jl. Raya Sukowati dan Jl. Perintis Kemerdekaan, tepatnya di sebelah barat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada saat ini. Merujuk pada peta kuno itu, kompleks makam kerkhof berlokasi dari selatan Jl. Raya Sukowati hingga SMAN 1 Sragen dan GOR Diponegoro.

Kompleks makam kuno bong membentang dari SMAN 1 Sragen dan GOR Diponegoro ke selatan. Sementara lokasi Makam SI masih sama yakni berada di pojokan persimpangan Jl. Raya Sukowati dan Jl. Kapten P. Tendean.

Seiring dengan berkembangnya kota, pada era 1980-an, permakaman bong dan kerkhof itu sudah dipindah. Sebagian makam warga Tionghoa konon dipindah ke makam Gunung Banyak di Katelan, Tangen, Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya