SOLOPOS.COM - Ilustrasi burung Jalak Gading di Gunung Lawu (@dgoreinnamah)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kisah misteri tentang burung jalak penuntun pendaki menjadi mitos yang cukup populer di Gunung Lawu. Konon, hewan itu diyakini sebagai jelmaan Wongso Menggolo, salah satu abdi setia Prabu Brawijaya V yang moksa di Gunung Lawu. Benarkah demikian?

Supriyanto, dalam bukunya yang bertajuk Mitos Gunung Lawu dalam Masyarakat Jawa (2008), menjelaskan bahwa burung jalak itu diyakini sebagai jelmaan Wongso Menggolo. Burung itu dengan setia menjalankan tugas dari Prabu Brawijaya V untuk menjaga para pendaki Gunung Lawu agar tidak tersesat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah pendaki mengaku sering melihat wujud burung jalak gading tersebut yang melompat-lompat di sekitar jalur pendakian. Burung itu seolah memberikan panduan kepada para pendaki yang tersesat dan berusaha kembali ke jalur pendakian.

”Warga mempercayai bahwa burung Jalak Lawu merupakan perwujudan dari Wongso Menggolo, patih terkahir dari Raja Brawijaya ke V yang tetap setia mengemban tugas untuk memberikan bantuan kepada anak cucu Brawijaya menuju puncak Gunung Lawu,” jelas Penggiat Budaya Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi, Abdul Rohman, sebagaimana dikutip Solopos.com dari laman Diskominfo Magetan, Jawa timur, Selasa (28/6/2022).

Baca juga: Misteri Hargo Dalem Gunung Lawu, Tempat Paling Sakral di Tanah Jawa

Kisah Ki Jalak Lawu Wongso Menggolo

Keberadaan burung jalak Lawu bagi masyarakat di Magetan, Jawa Timur, tak lepas dari kisah tutur tentang perjalanan Prabu Brawijaya V yang mengasingkan diri ke puncak Gunung Lawu kurang sekitar 600 tahun lalu.

Dalam perjalanan mengasingkan diri, Prabu Brawijaya mengalami kesulitan menemukan jalur pendakian ke puncak gunung keramat di Pulau Jawa itu. Di tengah jalan, rombongan raja terakhir dari Majapahit ini sempat dihadang Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo selaku punggawa desa di bagian utara Gunung Lawu.

Mereka mengira desa akan diserang oleh sekelompok pasukan yang mengiringi Prabu Brawijaya. Namun setelah dijelaskan bahwa pasukan tersebut merupakan rombongan Raja Brawijaya V yang akan mengasingkan diri ke puncak Gunung Lawu, Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo kemudian turut mengantarkan sang raja menuju puncak.

Berkat bantuan Wongso Menggola dan Dipo Menggolo, Prabu Brawijaya berhasil mencapai Hargo Dumilah atau puncak Gunung Lawu.

Setelah berhasil mencapai Hargo Dumilah, Prabu Brawijaya kemudian bermukim dan bertapa sampai akhirnya terjadi peperangan. Suatu ketika, anak Brawijaya bernama Raden Gugur yang masih berusia 15 tahun lari menuju Gunung Lawu karena dikejar kejar oleh pasukan Kadipaten Cepu.

Baca juga: Kisah Misteri Lokasi Pasar Setan Gunung Lawu

Adipati Cepu diperintah oleh Girindrawardhana,Rraja Majapahit yang berhasil menggulingkan kedudukan Brawijaya. “Kisah tersebut terdapat di buku Girindrawardhana yang ditulis Djafar terbitan tahun 1978 dan buku Politik Kerajaan Jawa dan Hitam Putih Majapahit yang ditulis Sri Wintala Achmad,” imbuhnya.

Setelah Raden Gugur berhasil mencapai puncak Lawu, Brawijaya kemudian memerintahkan pasukan yang tersisa untuk menghadapi pasukan dari Kadipaten Cepu. Selain pasukan dari Kerajaan Majapahit, pertempuran melawan Kadipaten Cepu juga diikuti oleh pasukan Wongso Menggolo atau Ki Jalak Lawu dan Dipo Menggolo.

Pertempuran yang terjadi di Bulak Peperangan terjadi sangat dahsyat. Saking dahsyatnya pertempuran seluruh prajurit dari kedua musuh tidak ada yang selamat, hanya Raden Gugur, Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo yang masih hidup. Adipati Cepu yang selamat akhirnya memilih melarikan diri.

Lokasi bulak peperangan tersebut saat ini masih sering dikunjungi oleh para pendaki puncak Gunung Lawu sebagai literasi sejarah atas apa yang pernah terjadi. Lokasi bulak peperangan berada di sebelah utara Hargo Dumilah atau berada di sebelah Pasar Dieng atau Pasar Setan.

Baca juga: 4 Misteri Gunung Lawu: Pasar Setan – Kiai Jalak

Patih Terakhir Prabu Brawijaya V

Singkat cerita, Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo diangkat sebagai patih terakhir Prabu Brawijaya. Dipo Menggolo diberi tugas menjaga Gunung Lawu dan penjaga empat penjuru mata angin munculnya penguasa keturunan Brawijaya.

“Kita ketahui dari Demak, Pajang, Jipang Panolan bahkan Mataram itu merupakan keturunan dari Brawijaya V,” kata Rohman.

Sementara Wongso Menggolo diberi tugas membantu dan menolong keturunan serta anak cucu Prabu Brawijaya V agar kelak sampai di puncak Hargo Dumilah ketika mendaki Gunung Lawu.

Baca juga: Tangga ke Gunung Lawu Dibangun Agar Tak Ada Pendaki Tersesat

Amanah itu membuat Wongso Menggolo sedih, karena merasa akan segera ditinggalkan oleh junjungannya. Seperti diketahui, sejarah mencatat Prabu Brawijaya V moksa di Gunung Lawu, tepatnya di puncak Hargo Dalem.

“Dari catatan sejarah Prabu Brawijaya V tidak diketahui kapan meninggalnya dan di mana kuburnya. Prabu Brawijaya dipercaya mukso atau menghilang di puncak Gunung Lawu,” jelas Abdul Rohman.

Sedih karena ditinggal rajanya, Wongso Menggolo membulatkan tekat untuk melaksanakan tugas yang telah diberikan dengan baik. Dia kemudian diyakini menjelma sebagai jalak lawu, burung yang memberi petunjuk kepada para pendaki.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya