SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Sebanyak 67 bahasa daerah di Indonesia terancam punah. 

Solopos.com, JAKARTA—Badan Bahasa Kementererian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merevitalisasi 67 bahasa daerah yang hampir punah di Tanah Air.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Setidaknya ada 67 bahasa daerah yang terancam punah. Contohnya di Maluku dan Papua, ada juga di Nusa Tenggara Timur,” ujar Kepala Badan Bahasa Kemendikbud, Dadang Sunendar, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (5/10/2017).

Contoh bahasa yang punah di Maluku adalah bahasa Kayeli, Palumata, Moksela, Hukumina, dan Loun. Dadang menyebutkan ada beberapa penyebab punahnya bahasa daerah tersebut seperti bencana alam yang mengakibatkan penutur meninggal dunia, kondisi geografis, kawin campur, dan sikap masyarakat terhadap bahasa itu.

“Kawin campur juga menyebabkan punahnya bahasa apabila orang tuanya tidak menggunakan bahasa daerah di rumah,” ujar dia.

Badan Bahasa Kemendikbud setiap tahun menyurati kepala daerah yang bahasa daerahnya terancam punah. Hal terpenting untuk mencegah punahnya bahasa daerah tersebut adalah dengan membuat kamus.

“Untuk bahasa yang terancam punah, kami akan mengonservasinya agar bahasa daerah itu tidak punah,” kata dia.

Saat ini, jumlah bahasa daerah yang telah diinventarisasi sebanyak 646 bahasa. Menurut Dadang, bahasa daerah harus dilestarikan karena merupakan bagian dari kebudayaan bangsa dan sumber pengayaan kosakata bahasa Indonesia. Untuk kosa kata baru, Badan Bahasa menerima masukan dari masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya