SOLOPOS.COM - Minyak goreng saat tersedia di salah satu toko kelontong di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Senin (14/2/2022). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI—Warga Wonogiri mengeluh sulit memperoleh minyak goreng noncurah, baik yang subsidi maupun nonsubsidi.

Barang di toko/warung kelontong sekitar lingkungan tempat tinggal kadang tersedia, kadang tidak tersedia. Saat barang tersedia, ada toko yang mewajibkan konsumen membeli minyak goreng secara paket, yakni bersama satu bendel berisi tiga buah santan kemasan berhadiah satu buah mangkuk atau mi instan dengan merek yang belum dikenal luas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga asal Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Tika, 30, kepada Solopos.com, Senin (14/2/2022), mengatakan minyak goreng subsidi seharga Rp14.000/liter sangat jarang bisa ditemukan di toko bahan pokok. Minyak goreng nonsubsidi pun kadang tersedia kadang tak tersedia.

Baca Juga: Ratusan Dus Minyak Goreng di Pasar Tradisional Wonogiri Ditarik

Saat tersedia ada pemilik toko yang mewajibkan konsumen membeli minyak goreng plus tiga buah santan berhadiah mangkuk atau santan. Toko menjual minyak goreng seharga Rp16.000/liter-Rp17.000/liter, satu bendel santan Rp7.500-Rp8.500, dan mi instan merek tertentu Rp2.000/bungkus.

“Kalau tidak mau membeli mi instan atau santan toko tak melayani pembelian minyak goreng. Tapi ada juga toko yang tidak mewajibkan membeli secara paket. Kondisi seperti ini terjadi sejak lebih kurang sepekan lalu,” ulas dia.

Terpisah, pemilik toko kelontong di Dusun Kalikatir, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Sufiatun, 42, saat ditemui Solopos.com di tokonya, Senin, tak memungkiri minyak goreng subsidi dan nonsubsidi tak selalu tersedia di tokonya. Sebab, barang di tingkat penyalur juga tak selalu tersedia.

Baca Juga: Pedagang Gorengan di Wonogiri Sulit Dapatkan Minyak Goreng Rp14.000

Saat barang tersedia penyalur hanya memberinya satu dus berisi 12 plastik kemasan 1 liter atau satu dus berisi enam plastik berkapasitas 2 liter per dus. Penyalur memberlakukan peraturan baru, yakni harus kulak secara paket. Setiap kulak satu dus minyak goreng harus kulak satu dus santan atau satu dus mi instan.

“Saya bisa memperoleh minyak goreng bersubsidi belum tentu bisa sepekan sekali. Pernah saya tiga pekan enggak memperoleh barang. Kalau pas ada barang kemasan 1 liter saya jual sesuai aturan, Rp14.000. Kalau yang kemasan 2 liter Rp28.000,” ucap Sufiatun.

Kulak minyak goreng nonsubsidi pun tak mudah. Dia harus kulak kepada penjual tertentu (bukan tempat kulak minyak goreng bersubsidi). Saat penjual memberi informasi sedang ada barang, Sufiatun langsung order agar kebagian. Barang yang tersedia pun tak banyak. Dia biasanya hanya mendapatkan dua dus berisi 12 plastik kemasan 1 liter/dus dan dua dus berisi enam plastik kemasan 2 liter/dus.

Pembelian setiap satu dus minyak goreng juga harus bersama satu dus santan atau satu dus mi instan. Sufiatun menjual minyak goreng nonsubsidi kemasan 1 liter seharga Rp18.000-Rp19.000. Sementara kemasan 2 liter dijual Rp38.000, Rp38.500, Rp40.000 tergantung merek.

Baca Juga: Minyak Goreng Satu Harga Rp14.000 per Liter di Wonogiri Belum Merata

 

Kasihan

“Meski kulaknya harus bersama santan atau mi instan, tapi saya tak mewajibkan konsumen membeli secara paket. Santan dan mi instan saya jual terpisah. Satu bendel santan [tiga buah santan berhadiah satu buah mangkuk] saya jual Rp7.500. Kalau mi instan yang rebus Rp2.000/bungkus, yang goreng Rp2.500/bungkus. Susah lakunya tapi enggak apa-apa. Kasihan konsumen kalau diharuskan membeli paketan,” ujar Sufiatun.

Hal tersebut, sambung dia, membuat konsumen berpikir kondisi sekarang tidak lebih baik dari kondisi sebelum ada kebijakan subsidi minyak goreng. Bagi konsumen lebih baik membeli dengan harga sedikit lebih mahal, tetapi barang selalu tersedia dari pada harga lebih murah, tetapi barang susah didapatkan.

Sebelum ada kebijakan subsidi minyak goreng, Sufiatun setiap hari bisa kulak lima dus berisi 12 plastik minyak goreng kemasan 1 liter/dus dan lima dus berisi enam plastik minyak goreng kemasan 2 liter/dus. Distribusi ke tingkat toko pun selalu lancar. “Seumur-umur baru kali ini ada masalah minyak goreng,” ulas dia.

Baca Juga: Stok Minyak Goreng Subsidi Rp14.000/Liter Langka, Ini Penyebabnya

Pemilik toko kelontong lain di Kecamatan Selogiri, Sawido, mengungkapkan hal sama. Dia hanya dibolehkan oleh penyalur kulak satu dus minyak bersubsidi bersama satu dus santan atau satu dus mi instan setiap kulak. Saat ada konsumen membeli minyak goreng dia memintanya membeli santan atau mi instan.

Apabila konsumen tidak bersedia membeli santan atau mi instan, dia menjual minyak goreng lebih mahal, yakni Rp19.000 kemasan 1 liter dan Rp28.000 kemasan 2 liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya