SOLOPOS.COM - Petani menggarap sawah di wilayah Ngemplak, Boyolali, Kamis (16/4/2020). (Espos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI -- Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air atau GP3A menilai pasokan air ke sawah dari Waduk Cengklik kian memprihatinkan. Hal itu dikhawatirkan akan menggerus potensi swasembada pangan Boyolali.

Melihat hal itu, GP3A Daerah Irigasi Waduk Cengklik pun berharap segera dilakukan normalisasi Waduk Cengklik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua GP3A Daerah Irigasi Waduk Cengklik, Samidi, mengatakan saat ini GP3A Daerah Irigasi Cengklik mencakup 17 P3A yang tersebar di Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari dengan luas area 1.957 hektare.

Kepala Dinkes Jateng: Dokter Jangan Cuti Saat Wabah Corona!

Hal yang menjadi persoalan, yakni saat ini pasokan air dari waduk tersebut sudah jauh berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Sebelumnya waduk tersebut kapasitasnya sekitar 17,5 juta meter kubik. Tapi saat ini hanya sekitar 9 juta meter kubik saja atau tinggal setengahnya," kata dia saat ditemui Solopos.com di Ngemplak, Boyolali, Kamis (16/4/2020).

Samidi menjelaskan volume itu saja saat musim kemarau waduk beralih fungsi. Ia mempertanyakan jika dihitung sesuai SK Bupati mengenai pola tanam, apakah volume air itu cukup untuk memenuhi kebutuhan air 1.957 hektare sawah.

Jika Berbuat Jahat Lagi, Polda Jateng Bakal Tembak Napi Asimilasi

"Kenapa dari pihak yang berwajib tidak segera ada realisasi pengerukan sedimentasi Waduk Cengklik?" tanya Samidi.

Menurut dia, hal itu sangat memprihatinkan. Semestinya pemerintah juga memperhatikan masalah irigasi jika ingin memperhatikan sektor pertanian. Dia pun memohon kepada pemerintah agar kebutuhan air pertanian tercukupi.

"Kalau tidak bisa mencukupi ya harusnya luas area dilepas saja. Misalnya air tidak cukup untuk 1.957 hektare, hanya cukup untuk 1.000 hektare, ya sudah lepas saja sisanya. Sebab petani tetap akan menuntut. Salurannya ada semua kok mengapa airnya tidak bisa datang," lanjut dia.

Survei UI: Minat Mudik Masyarakat saat Wabah Corona Masih Tinggi

Normalisasi Waduk

Berdasarkan data GP3A Waduk Cengklik, dari 1.957 hektare lahan, hanya kurang dari 1.000 hektar saja yang bisa teraliri air.

Samidi menambahkan untuk pengelolaan waduk merupakan wewenang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Sedangkan, untuk pemanfataan air, untuk daerah irigasi Cengklik merupakan wewenang Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Bengawan Solo.

"Kami berharap dua instansi ini bisa berkomunikasi. Ini tinggal perawatan kok tidak membuat waduk baru. Membuat bisa kenapa mengeruk yang sudah ada tidak bisa?" lanjutnya.

Punya Kamera Mumpuni, Oppo Reno 3 Pro Diboyong ke Indonesia

Ketua Blok Kelompok Tani Donorahayu 2 di Donohudan, Kecanatan Ngemplak, Suratin, mengatakan pihaknya sudah sering menerima keluhan dari para petani mengenai pasokan air sawah.

"Kondisi saat ini untuk masalah air hanya mengandalkan dari Bendung Brajan [bendung kali di wilayah Colomadu, Karanganyar], itupun mengandalkan air hujan. Sebab, air dari Waduk Cengklik minim. Katanya swasembada pangan, tapi nyatanya persediaan air tidak mencukupi," kata dia, Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya