SOLOPOS.COM - CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat. (Istimewa-dok. GWPP)

Solopos.com, KARANGANYAR —Bicara pendidikan tidak melulu peran pemerintah melalui instansi maupun lembaga terkait. Pendidikan juga bisa dikaitkan dengan pemangku kepentingan, seperti individu, kelompok, komunitas, perusahaan, masyarakat, dan lainnya.

Salah satu hal yang menarik dibahas yaitu peran perusahaan di bidang pendidikan melalui program corporate social responsibility (CSR).

Promosi Gelar Festival Ramadan, PT Pegadaian Kanwil Jawa Barat Siapkan Panggung Emas

Solopos.com memotret salah satu perusahaan asli Indonesia berskala internasional yang peduli pengembangan pendidikan di Indonesia lewat sejumlah program, yakni PT Paragon Technology and Innovation.

Baca juga: Silaturahmi ke Solopos, CEO Wardah Bicara Soal Inovasi dan Kepedulian

Sejumlah program yang dimaksud, yakni Good Leader Good Teacher, Wardah Inspiring Teacher, Semua Murid Semua Guru, Paragon Innovation Fellowship, Jabar Innovation Fellowship, Lecturer Coaching Movement, Pelatihan Inspiring Lecturer, dan lain-lain.

Perusahaan yang didirikan Nurhayati Subakat itu bergerak di bidang kosmetik yakni merek kosmetik Wardah, Putri, Make Over, Emina, dan Kahf.  Solopos.com bukan ingin mengulas Nurhayati Subakat, melainkan anak lelakinya, Salman Subakat, 41. Salman kini menduduki jabatan Chief Executive Officer (CEO) Paragon Technology and Innovation. Lelaki kelahiran 20 Juli 1980 itu mendeskripsikan dirinya dalam empat kalimat seperti yang tercantum dalam curriculum vitae (CV).

“CEO yang sangat efisien, inovatif, dan metodis. Dapat berhubungan baik dengan beragam tipe orang dan memiliki fleksibilitas untuk bekerja dalam tim atau individu. Nyaman untuk bekerja di lingkungan yang serba cepat, praktis, dan berorientasi pada pertumbuhan. Sangat peduli terhadap pendidikan dan pembangunan masyarakat, mendambakan Indonesia yang produktif dan inovatif,” tulis dia dalam CV yang dibagikan kepada wartawan, baru-baru ini.

Baca juga: Serapan Dana Covid-19 di Jateng Disebut Rendah, Ini Respons Gubernur Ganjar

Lalu, bagaimana bisa CEO perusahaan kosmetik begitu peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia seperti yang dia cantumkan dalam CV. Salman menjawabnya.

“Latar belakang [keluarga] saya pendidik. Kakek, nenek saya guru. Nenek saya masih aktif sampai sekarang. Lalu orang tua saya. Ibu menurunkan kecintaan terhadap dunia pendidikan. Sejak dulu saya melihat pendidikan bisa bikin migrasi sosial. Misal, anak petani bisa menduduki jabatan tertentu. Tidak ada katalisator, semua linier lewat pendidikan,” kata Salman.

Bergaul dengan Aktivis Pendidikan

Solopos.com dan belasan jurnalis dari sejumlah wilayah di Indonesia mendapat kesempatan berbincang dengan Salman secara virtual melalui program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) tahun 2021 angkatan dua pada Rabu (21/7/2021). Program FJP itu terselenggara berkat kolaborasi Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dengan PT Paragon Technology and Innovation.

Kecintaannya pada dunia pendidikan membuat lelaki yang tinggal di Jakarta Selatan itu mengaku asyik bergaul dengan aktivis pendidikan, baik di lingkungan pendidikan formal, nonformal, dan informal. Lewat pergaulannya, Lulusan ITB program studi Teknik Elektro tahun 1998 itu melahirkan sejumlah organisasi bersama orang-orang yang satu frekuensi.

“Belajar dari komunitas. Dan apa yang Paragon [Paragon Technology and Innovation] bisa lakukan untuk membangun ekosistem,” tutur dia.

Baca juga: Parpol dan TNI/Polri Ramai-Ramai Bantu Warga Solo Terdampak PPKM Darurat

Beberapa ekosistem yang dibangun Paragon, seperti Deepspace.co dan Pemimpin.id. Dua ekosistem itu dibangun sejak tahun 2019 sampai sekarang. Salman menduduki posisi sebagai pembina.

Pemimpin.id adalah sebuah organisasi nirlaba yang peduli dengan gerakan pemberdayaan kepemimpinan Indonesia melalui konten dan program kreatif. Dia juga menjadi Inisiator GWPP sejak tahun 2020 hingga sekarang.

Sedangkan GWPP sebuah organisasi nirlaba dimotori jurnalis senior yang bergerak di bidang pendidikan Indonesia. Misi organisasi itu mengedukasi arus liputan dan pemberitaan media massa menuju Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Awalnya Waswas Ada Patroli, Penjual Siomai Boyolali Senang Dapat Sembako dari Polisi

Kembali ke mimpinya terhadap dunia pendidikan, Salman berulang kali menyampaikan perihal upaya perusahaan kosmetik itu membangun ekosistem pendidikan di Indonesia. Membangun ekosistem itu, lanjut Salman, penting karena dapat menyatukan banyak pihak yang kompeten di bidang masing-masing.

“Kami berperan aktif membangun ekosistem. Membangun satu ekosistem itu bagi kami penting. Bayangkan kami bangun ekosistem gunung. Ada rusa, serigala, burung hantu, dan lain-lain. Kalau satu [hewan] tidak datang maka akan sepi. Nah, ekosistem itu penting bagi masyarakat. Maka membangun ekosistem itu dilakukan sepanjang hayat,” jelas dia.

Karakteristik dan Aset Berbeda-beda

Salman mencontohkan konsep lain membangun ekosistem, yakni melalui aset yang dimiliki 451 kabupaten di Indonesia. Setiap kabupaten memiliki karakteristik, aset, pengusaha yang banyak dan berbeda-beda. Salman menyebutnya sebagai kekayaan yang bisa dikembangkan untuk kemajuan Indonesia.

“Jadi Paragon punya kepedulian pada pendidikan karena memang sudah passion. Paragon menjadi semacam sekolah bagi kami untuk tambah pintar dan berkembang. Kami tahu tantangannya luar biasa seru. Tapi kan ada opportunity [peluang] besar banget di era digital ini,” tutur dia.

Pada kesempatan itu, GWPP juga mengundang Direktur School of Business and Management (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Yudo Anggoro. Yudo menjadi salah satu rekan kerja yang satu frekuensi dengan Salman.

Baca juga: Pemerintah Beri Bansos untuk PKL, Warung Kecil dan Warteg Senilai Rp1,2 Juta, Ini Syaratnya!



Yudo menyebut Salman sebagai tokoh muda yang peduli dengan pengembangan pendidikan di Indonesia. Status Salman sebagai CEO perusahaan kosmetik tidak menyurutkan langkahnya.

Yudo sepakat dengan pola pikir Salman tentang membangun pendidikan berbasis ekosistem. Konsep tersebut, kata Yudo, tidak bisa hanya dikerjakan oleh pelaku pendidikan. Stakeholder terkait harus mau bekerja bersama mewujudkan ekosistem pendidikan yang diimpikan.

“Dunia pendidikan dekat dengan industri, komunitas, masyarakat, elemen masyarakat lain. Pembelajaran tidak hanya textbook [dari buku pelajaran] tapi bisa menyelesaikan persoalan di masyarakat,” ujar Yudo saat ditanya pendapatnya tetang Salman.

Seperti Menara Gading

Yudo juga menyebut penelitian berbasis jurnal hanya akan tampak seperti menara gading. Kondisi itu akan berbeda apabila melalui penelitian bisa membantu masyarakat menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, kata Yudo, dibutuhkan orang yang tidak hanya pandai tetapi bertalenta.

Yudo menyebut data hanya 10% dari total 150 juta hingga 160 juta orang usia produktif di Indonesia ini termasuk kategori bertalenta. Nah, Yudo menyebut Salman mengambil peran di situ dengan membangun ekosistem.

Pada kolom percakapan aplikasi Zoom, Yudo menuliskan kutipan pernyataan Nelson Mandela tentang pendidikan, yaitu education is the most powerful weapon to change the world.

“Menggabungkan pendidikan dengan industri dan elemen masyarakat. Caranya bukan hanya memberikan beasiswa, tetapi juga pengembangan fasiitas pendidikan yang lain. Nah, beliau menyediakan wadah mengasah talenta dan inovasi melalui sejumlah program. Melalui penggalian ide, gagasan bisa mendorong ekosistmen nasional,” jelasnya.

Baca juga: Orang Sudah Divaksinasi Bisa Alami Long Covid!

Selain Yudo, wartawan senior yang saat ini menjadi salah satu dosen di Akademi Televisi Indonesia, Frans Surdiasis, juga memiliki pendapat terhadap Salman. Frans juga menjadi salah satu mentor di program FJP tahun 2021 angkatan dua.

Frans menyebut Salman sebagai sosok kaya. Bukan kaya secara harta saja, melainkan memiliki pengalaman dan pemikiran yang layak dibagikan kepada khalayak.

“Setidaknya ada tiga kekayaan, yakni kaya tindakan, pengalaman, dan pemikiran. Bedanya perusahaan yang dipimpin Salman dengan perusahaan lain adalah menggunakan pendekatan ekosistem. Ini menarik. Bukan sekadar memberi beasiswa, tetapi bagaimana komponen utama ekosistem ini dibantu, difasilitasi, dilatih supaya tumbuh bersama,” tutur dia saat menyampaikan pendapatnya pada pertemuan virtual tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya