SOLOPOS.COM - Alif Syuhada (Istimewa)

Mimbar Mahasiswa Solopos, Selasa (26/5/2015), ditulis Alif Syuhada. Penulis adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan   Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini penulis aktif di Komunitas Langgar Merah.

Solopos.com, SOLO — Syahdan ibunda Soekarno yang bernama Ida Ayu pernah bercerita soal anaknya itu. Ketika Soekarno ditangkap Belanda karena aktivitas politiknya, Ida Ayu menerangkan kepada para wartawan dan kader-kader Partai Nasional Indonesia (PNI) tentang perasaan pribadinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ida ayu menjelaskan Soekarno bukanlah anaknya lagi. Soekarno adalah anak bangsa ini. Soekarno adalah milik rakyat Indonesia. Soekarno bukan milik keluarganya apalagi milik tanah kelahiranya.

Pengisahan Ida Ayu kepada para wartawan dan kader PNI yang dibukukan oleh Mayon Soetrisno (1986) itu merupakan kisah tulus seorang ibu yang rela melepas anaknya demi keyakinan yang dipilih anaknya.

Kisah tersebut bukanlah suatu kisah yang mengejutkan dari seorang ibu, sebab ibu tersebut sadar bahwa anaknya telah menjadi tokoh yang sangat dibutuhkan.

Ia rela ”melepas” anak yang dicintainya untuk bangsa Indonesia. Ibu tersebut sadar tempat anaknya bukan di keluarganya atau tanah kelahirannya. Tempat anaknya ialah di hati dan penderitaan rakyat.

Kejadian mengharukan di keluarga Soekarno itu mengingatkan saya pada tulisan di rubik Mimbar Mahasiswa Solopos yang membahas Pramoedya Ananta Toer (Pram). Masih Adakah Tempat Untuk Pram? adalah artikel yang ditulis Bahtiar Rizal Ainunnidhom di harian Solopos edisi, Selasa (12/5).

Bahtiar menggugat realitas setelah Pram mangkat. Bahtiar menilai tidak ada tempat bagi Pram di negeri ini dan Pram ”tenggelam” di tanah kelahiranya. Pram ditinggalkan dan dilupakan.

Apakah benar asumsi Bahtiar tersebut? Benarkah Pram tidak punya tempat di negeri ini dan dilupakan orang? Saya tegaskan Pram masih memiliki tempat, banyak sekali tempat untuk Pram.

Tempat Pram bukan hanya di tanah kelahirannya saja (Blora), tapi di seluruh bumi Indonesia, bahkan di dunia. Penulis tetralogi Pulau Buru ini telah menjadi ikon milik dunia karena kebesaran karya-karya sastranya yang pekat dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Banyaknya tempat untuk Pram bisa kita lihat dari kenyataan karya-karya Pram terus dicetak ulang dan diperbanyak. Sebut saja karya Pram yang berjudul Cerita dari Blora.

Antologi cerita pendek (cerpen) Cerita dari Blora ini telah dicetak ulang sejak 1952 hingga 2002. Begitu pula karya Pram yang lain yang berjudul Gadis Pantai dan Bumi Manusia”. Kita bisa melihat cetak ulang dua karya ini hingga tahun ini.

Penerbitan karya-karya Pram bukan hanya dilakukan oleh penerbit dalam negeri. Penerbit di luar negeri tidak ketinggalan ikut memopulerkan karya-karya Pram. Pram seolah-olah lahir kembali melalui karya-karyanya.

Pram hidup di antara rak-rak toko buku di Indonesia dan mancanegara. Pram dihadirkan melalui karya-karyanya secara resmi, maupun fotokopi. Asumsi bahwa Pram tidak memiliki tempat dalam masyarakat merupakan asumsi naif yang tidak sesuai dengan realitas.

Bahtiar sepertinya buta pada kenyataan buku-buku karya Pram masih banyak dilirik masyarakat penggemarnya, bahkan musuh-musuh abadinya.

Pram mampu menghadirkan cerita masyarakat Indonesia dalam bentuk-bentuk paling manusiawi. Gagasan Pram mewakili gagasan paling murni mengenai perjuangan hidup untuk mendapatkan kebebasan. [Baca selanjutnya: Pramisme]

 

Pramisme

Kepopuleran Pram di masyarakat Indonesia telah menjurus pada fenomena-fenomena ideologis. Kisah hidup dan karya-karya Pram telah berubah menjadi ideologi. Pramisme muncul sebagai respons dan pengakuan atas karya dan eksistensi Pram.

Fenomena pramisme bisa kita lihat dari beberapa penulis pemuda yang mengidentikan diri dengan Pram. Sebut saja Eka Kurniawan yang menulis sebuah roman sejarah berjudul Cantik Itu Luka.

Novel ini mengisahkan tragedi perempuan-perempuan cantik Indonesia sewaktu zaman penjajahan Jepang. Perempuan-perempuan cantik Indonesia itu dipaksa menjadi ”pelacur” bagi tentara pendudukan Jepang.

Eka kurniawan menulis Cantik Itu Luka dengan pendekatan sejarah. Riset berdasar kliping koran dan pengumpulan data-data dilakukan Eka Kurniawan dalam mengimajinasikan periode kelam untuk perempuan-perempuan cantik Indonesia.

Ini sebuah metode menulis novel yang didoktrinkan oleh Pram kepada seluruh pengarang Indonesia. Selain itu, fenomena pramisme juga didukung oleh keluarga dan para tokoh akademis di kehidupan kampus.

Adik-adik Pram seperti Koesalah Soebagio Toer dan Soesilo Toer merawat ingatan tentang Pram dengan menulis buku kehidupan Pram. Pram dari Dalam, Pram dari Dekat, Bersama Mas Pram, dan Pram dalam Kelambu  adalah buku-buku yang ditulis oleh keluarga Pram.



Pram dan pramisme juga didoktrinkan oleh dosen-dosen sastra di perguruan tinggi.  Di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dosen sastra Inggris dan sastra Indonesia di Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mewajibkan mahasiswa membaca karya-karya Pram.

Karya Pram dibedah dan dikritik. Skripsi dan tesis adalah bentuk teraktual yang dilakukan mahasiswa UMS dalam mengakui eksistensi Pram. Eksistensi Pram dan pramisme juga hadir dalam diskusi-diskusi rutin berbentuk informal yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat.

Kata-kata yang berasal dari karya-karya Pram sering dikutip masyarakat dan mahasiswa untuk memperkuat argumentasi mereka ketika menjelaskan sesuatu.

Hal itu merupakan bukti bahwa Pram masih hidup dalam ingatan dan jiwa masyarakat. Pram tidak pernah terkubur dan tenggelam. Pram selalu digali dan dipelajari.

Kekhawatiran atas eksistensi Pram merupakan catatan kritis yang patut kita apresiasi. Kita menghargai kegelisahan Bahtiar tentang eksitensi Pram di tahan kelahiranya.

Apakah Pram milik Blora dan bukan milik Indonesia? Jika pertanyaan ini di tanyakan kepada Oemi Saida, ibunda Pram, saya yakin ibunda Pram itu akan menjawab seperti jawaban Ayu Ida, ibunda Soekarno. Pram bukan milik Blora, tapi milik Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya