SOLOPOS.COM - Muhammad Satya (Istimewa)

Mimbar mahasiswa kali ini, Selasa (15/12/2015), ditulis Muhammad Satya. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

Solopos.com, SOLO — Sebagian besar dongeng di Indonesia menempatkan mata sebagai sumber permasalahan. Paling tidak ada tiga yang populer, yaitu dongeng Sangkuriang, Bandung Bondowoso, serta Jaka Tarub.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sangkuriang langsung terkesima dengan kecantikan Dayang Sumbi ketika kali pertama melihatnya. Mata Sangkuriang terbius sehingga akal sehatnya tak mampu bekerja optimal.

Ketika tahu bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya sendiri, Sangkuriang tak peduli. Sekali lagi ia menatap. Matanya membisikkan cinta berahi yang teramat dalam kepada ibunya itu.

Bandung Bondowoso tak berbeda jauh. Matanya tak berkedip menatap kecantikan Roro Jonggrang. Ia seharusnya tahu diri bahwa perempuan itu tidak mencintainya.

Apa daya, mata Bandung Bondowoso terlanjur takluk oleh pesona Roro Jonggrang. Apa pun akan ia lakukan, termasuk membangun 1.000 candi dalam semalam.

Jaka Tarub pun demikian. Dengan lancangnya ia mencuri selendang Nawang Wulan sang bidadari khayangan. Penyebabnya tak lain adalah mata Jaka Tarub yang tak berkutik kala melihat Nawang Wulan mandi bersama bidadari-bidadari lainnya.

Bayangkan saja, dua bola mata bisa menggerakkan hati dan pikiran seseorang untuk mencuri. Sebuah perbuatan tercela dan terlarang. Begitu yang sering dicertitakan orang tua kepada anaknya sejak kecil.

Berawal dari mata, hati (perasaan) menjadi luluh. Ketika hati(perasaan)  luluh, akal menjadi lumpuh. Ketika akal lumpuh, perilaku menjadi tak terkendali.

Bila menggunakan logika A karena B, B karena C, C karena D, bisa dikatakan karena mata, perilaku menjadi tak terkendali. Apakah mata Sangkuriang akan terbius jika Dayang Sumbi tidak berwajah cantik?

Apakah mata Bandung Bondowoso tetap tak berkedip bila Roro Jonggrang berwajah buruk rupa? Apakah mata Jaka Tarub masih tak berkutik jika Nawang Wulan bukanlah bidadari yang cantik jelita?

Logika sederhana seperti ini yang sering digunakan kalangan pengelola hubungan masyarakat atau public relations (humas atau PR). Mereka sadar betul bahwa mata adalah indra yang paling lemah, baik secara tersurat maupun tersirat.

Dengan menampilkan perwajahan yang menarik, mata konsumen akan lebih mudah takluk. Lihat saja para sales promotion girl (SPG) pasti berpenampilan menarik. Resepsionis perusahaan harus ramah terhadap pelanggan.

Video profil sebuah institusi wajib dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat konsumen. Wajah menunjukkan citra perusahaan. Setiap insitusi atau perusahaan pasti melakukan ini, termasuk institusi pendidikan.

Perwajahan ini hanya mempan untuk khalayak awam. Khalayak yang tak mengerti apa-apa atau ”kawanan pandir” bila meminjam istilah Noam Chomsky.

Beberapa waktu lalu, Universitas Sebelas Maret (UNS) mengeluarkan video profil tentang peningkatan publikasi ilmiah. Saya atau mahasiswa lainnya pasti memandang video ini tak berbeda jauh dengan video profil lainnya.

Bagaimana dengan ”kawanan pander”? Seorang calon mahasiswa yang sedang mencari universitas, misalnya. Saya membayangkan ia tengah kebingungan mencari perguruan tingi tempat melanjutkan pendidikan.

Lalu dua bola matanya bertemu dengan video berjudul UNS Quantum Leap Transformation. Matanya memandang bulevar UNS ( di video profil) dengan gapuranya yang gagah. Laboratorium Fakultas Pertanian yang hijau. Mahasiswa-mahasiswa UNS yang tampak berbudaya ilmiah.

Ia juga menangkap melalui penglihatan tentang publikasi ilmiah yang telah dan akan dilakukan oleh para insan akademis UNS. Apalagi rektor dengan gagah memekikkan sebuah slogan,”Yes, I am! A true scholar. One publication per year.”

Setelah menonton video itu, saraf-saraf matanya mengirimkan stimulan ke akal. Ia berekspektasi tinggi untuk bisa menjadi salah satu mahasiswa di universitas yang dijelaskan dalam video itu. Ia lalu bertindak untuk bisa mewujudkan ekspektasinya itu.

Saya tidak mengatakan strategi semacam ini salah. Justru hal bodoh ketika membuat sebuah video profil yang jelek. Sama saja membuat perwajahan yang buruk dan calon pelanggan akan lari ke tempat lain. [Baca selanjutnya: Kejujuran]

Kejujuran

Hanya saja, seberapa mirip realitas yang ditampilkan dalam video dengan realitas sesungguhnya? Membingkai sebuah realitas (framing) ke dalam realitas media bukan berarti harus menampilkan kebohongan.

Inilah mengapa dibutuhkan riset mendalam untuk menciptakan sebuah slogan, apalagi video profil. Bila tidak, slogan yang ada hanyalah slogan kosong.



Realitas media yang tersaji dalam video profil akan lebih menampilkan kesempurnaan semu. Orang memang menyukai kesempurnaan, tapi mereka akan lebih menghargai kejujuran akan ketidaksempurnaan.

Apa yang terjadi dengan Sangkuriang ketika ia telah ditipu oleh Dayang Sumbi? Dayang Sumbi dengan licik menciptakan fajar bohong-bohongan untuk menggagalkan Sangkuriang membuat kapal megah.

Dayang Sumbi dan kapal yang belum jadi ditendang oleh Sangkuriang. Ia kemudian pergi menuju Sang Hyang Widhi Wasa. Roro Jonggrang bernasib sama. Ia terpaksa diam membatu di sebuah candi selamanya.

Salah siapa menipu Bandung Bondowoso sang pangeran sakti? Ia hampir berhasil membangun 1.000 candi dalam semalam. Roro Jonggrang yang tak mau diperistri berusaha menggagalkannya. Mungkin ia terinspirasi Dayang Sumbi. Membuat fajar bohong-bohongan sehingga ayam jantan berkokok lebih awal.

Jaka Tarub lebih menyedihkan lagi. Nawang Wulan menemukan selendangnya yang hilang dicuri suaminya. Ia pun kembali ke khayangan, meninggalkan anak dan suaminya.

Wajah cantik Nawang Wulan tak pernah terlihat lagi kecuali saat ia turun di bulan purnama untuk menyusui anaknya. Apa yang akan terjadi dengan ”kawanan pander” bila mereka tahu bahwa mereka telah dibohongi?

Bila kenyataannya budaya ilmiah yang dilihat dalam sebuah video tidak ditemui maka ajarilah mata ini mendengar, merasa, mencium, mengecap, serta… berpikir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya