SOLOPOS.COM - Testimoni konsumen Mie Ayam Instan Wonogiren dari luar negeri. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Empat warga Kabupaten Wonogiri mengembangkan usaha kuliner mi ayam instan atau siap santap yang diberi nama Mie Ayam Instan Wonogiren.

Orang-orang yang merintis usaha rumahan pembuatan Mie Ayam Wonogiren itu adalah Andi Prasetyo, Tri Kuncoro, Hery Setiawan, dan Tri Susandi. Tiga orang di antaranya yakni Andi Prasetyo, Tri Kuncoro, dan Hery Setiawan berstatus aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Perhubungan yang bertugas di salah satu terminal tipe A di Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka membagi tugas mengelola usaha, yaitu Andi Prasetyo sebagai marketing, Tri Kuncoro sebagai penanggung jawab peralatan, Hery Setiawan sebagai pengelola keuangan, dan Tri Susandi sebagai peracik atau pembuat mi dan bumbu.

Baca juga: Pemuda di Solo Raup Omzet Jutaan Rupiah Per Bulan Berkat Usaha Packaging Produk

Solopos.com, Kamis (28/7/2021) berbincang dengan salah satu pemilik usaha Mie Ayam Wonogiren, Andi Prasetyo. Dia menuturkan merintis usaha bersama rekan seprofesi itu berawal dari keprihatinan karena rata-rata wong Wonogiri pergi dari rumah untuk merantau.

“30% Orang Wonogiri merantau. Ya betul banyak yang berhasil, tetapi banyak juga yang tidak beruntung. Tapi masih ada saja yang merantau. Padahal itu berdampak pada kondisi sosial keluarga,” kata Andi.

mie ayam instan wonogiren
Salah satu pemilik usaha Mie Ayam Wonogiren, Andi Prasetyo, menunjukkan varian produknya. (Istimewa)

Dia mengakui kondisi ekonomi keluarga perantau mapan. Tetapi, dia menguraikan, salah satu dampak yang sering dilihat dari lingkungan terdekat. Anggota keluarga yang ditinggal merantau, terutama anak, kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

“Lalu tercetus ide, kenapa bukan produknya saja yang merantau, orangnya di rumah. Lalu kami berpikir produk khas Wonogiri. Nah, banyak yang jualan bakso. Ketemu ide bikin mi ayam. Itu hasil ngobrol selama satu sampai dua pekan,” tutur dia.

Bereksperimen Melalui Youtube

Usaha mewujudkan mimpi itu disertai keragu-raguan. Apalagi saat mereka berencana membuat mi ayam instan. Kekhawatiran produk mereka akan berhadapan dengan produk mi instan yang sudah lama terkenal. Mereka meyakinkan diri bahwa Mie Ayam Instan Wonogiren berbeda.

“Produk kami bukan mi instan tapi mi ayam instan. Kami mulai eksperimen secara autodidak melalui Youtube. Bagaimana mengeringkan mi lalu meracik bumbu instan, topping ayam. Proses itu memakan waktu lima bulan. Produk kami luncurkan Mei 2020,” tutur dia.

Mie Ayam Instan Wonogiren mengusung konsep mi sehat karena tidak memakai campuran bahan pengawet, berupa boraks maupun formalin. Mereka menggunakan bahan alami, saus bikinan rumah, diproduksi sendiri, tanpa MSG atau penambah rasa karena menggunakan kaldu jamur.

Baca juga: LaRissso, Saus Pasta Artisan Bikinan Pasutri Kartasura Rambah Singapura

Lokasi produksi di Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Kemasan mi ayam instan seberat 90 gram berisi mi instan, bumbu bubuk, minyak, saus, kecap, dan ayam.

Mie Ayam Instan Wonogiren hadir dalam tiga varian, yaitu original, hot level, mie ayam goreng. Varian original dan hot level dihargai Rp7.500 per kemasan sedangkan mie ayam goreng Rp5.500 per kemasan. Mereka membuat kemasan dus berisi sepuluh bungkus mi instan.

Andi mengklaim mi siap santap itu tahan disimpan selama sembilan hingga sepuluh bulan dari produksi. Maka, mi khas Wonogiri itu cocok dikirim hingga ke luar pulau Jawa bahkan mancanegara.

mie ayam instan wonogiren
Puluhan dus Mie Ayam Instan Wonogiren dikirim ke Malaysia beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Andi menyampaikan pasar Mie Ayam Instan Wonogiren didominasi luar Soloraya, yakni Jakarta, Bekasi, Tangerang, Banjarmasin, Balikpapan, dan lain-lain. Bahkan, mi khas Wonogiri itu sudah sampai ke tangan konsumen di Malaysia, Brunei, Singapura, Jepang, Taiwan, Mesir, Belanda, Korea, dan lain-lain.

“Berawal dari tidak ada target karena hanya ingin menciptakan produk khas Wonogiri yang bisa dipasarkan ke luar. Ke depan kami berharap mi ayam instan ini menjadi alternatif. Pemasaran tidak hanya secara offline tetapi juga mengandalkan online melalui marketplace,” jelasnya.

Produk tersebut bisa dijumpai di Shopee, Tokopedia, dan lain-lain. Pembeli juga dapat mengakses akun Instagram resmi di @mieayaminstanwonogiren. Pasar luar negeri didominasi mahasiswa Indonesia dan tenaga kerja Indonesia (TKI). Tetapi, ada juga ekspor melibatkan perusahaan ekspor tertentu. Konsumen tidak perlu khawatir, mi ayam instan ini sudah mengantongi izin pangan industri rumah tangga (PIRT).

“Kadang dihubungi nomor dari luar. Ternyata itu mahasiswa, masyarakat Indonesia di sana. Kami juga memasok ke toko Indonesia di luar negeri lewat eksportir. Misal Malaysia sudah kirim lebih dari 1.200 kemasan dua bulan lalu. Sekarang masih repeat order. Ada juga yang pesan mandiri, seperti Singapura lima dus. Kami kirim contoh ke Mesir satu dus untuk menjajaki pasar di sana,” ungkapnya.

Terkendala Kapasitas Produksi

Andi melihat pasar luar negeri terbuka lebar. Sayangnya, usaha rumahan itu terkendala kapasitas produksi. Dia mengaku kewalahan memenuhi permintaan luar negeri dalam hitungan kontainer. Untuk memenuhi permintaan tersebut, menurut dia tidak bisa digarap oleh usaha miliknya sendiri.

“Harus ada kolaborasi antar-UMKM dan akses modal lebih luas terutama bantuan alat dan pemasaran. Kami hanya bisa produksi 600 bungkus per hari saat ini. Dalam waktu dekat, produk kami bisa dibeli di toko berjejaring di Indonesia. Ini kuliner khas Tanah Air. Mi ayam tidak lagi identik dengan gerobak dan tenda,” tuturnya.

Sebagai pelaku UMKM, mereka menyadari harus terus mengembangkan potensi diri. Andi mengaku masih butuh banyak belajar tentang pemasaran online melalui marketplace. Apalagi, mereka berencana merambah pasar luar negeri.

Baca juga: Chicken Crispy Enchik Bikinan Bu Eni Matesih Tetap Digandrungi Saat Pandemi

Alasan itu menyebabkan mereka memutuskan mengikuti UMKM Virtual Expo 2021. Kegiatan tersebut diselenggarakan Bank Indonesia (BI) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group (SMG).



“Kami masih ingin belajar. Tren pemasaran masa depan melalui marketplace bakalan jadi prospek bagus. Kami menjual 3.000 bungkus melalui marketplace di pasar dalam negeri. Itu belum termasuk pemasaran offline dan lainnya. Saat ini kan kami sedang mengembangkan varian baru dengan sasaran anak muda. Semakin membutuhkan pemasaran online. Apa yang diperoleh di acara itu dapat memberikan tambahan pengetahuan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya