SOLOPOS.COM - Oriza Viloza (Solopos/Istimewa)

Saya masih ingat bagaimana derasnya informasi soal Ferdy Sambo saat awal kasus pembunuhan di rumah dinasnya, di Jl. Duren Tiga, Jakarta Selatan, mengemuka. Derasnya informasi itu hampir membuat pembacanya menjadi ‘hakim’ atas kasus yang kini telah dibawa ke meja hijau tersebut.

Ferdy Sambo memiliki karier moncer. Sekitar setahun lalu, saat awal diangkat sebagai Kepala Divisi Propam Polri, Sambo sering muncul di beberapa pemberitaan. Yang paling banyak saya temukan adalah pernyataan tegas Sambo yang siap membabat habis dua tingkat struktur di atas jika ada pelanggaran yang ia temukan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pernyataan itu cukup membuat eskpetasi sebagian orang terhadap institusi Polri naik. Video pernyataan Sambo dalam sebuah wawancara televisi swasta itu kembali bermunculan saat peristiwa Duren Tiga terkuak. Bukan perjalanan kasus Sambo sebenarnya yang ingin saya bahas di sini.

Suatu malam saya mampir di sebuah warung angkringan untuk mengisi perut dan menghangatkan badan dengan meneguk wedang. Saya mampir di warung angkringan Pakde Sugek, begitu para pelanggan biasa memanggil pedagang angkringan tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Malam itu dan malam-malam setelahnya, pemandangan di gerobak angkringan itu tak berubah. Pakde Sugek selalu memutar video di kanal YouTube untuk memantau perkembangan kasus Sambo. Aktivitas menonton YouTube sembari melayani pelanggan berlanjut menjadi obrolan-obrolan yang gayeng.

Dalam catatan saya, memang ada kemandekan materi informasi saat itu. Tepatnya sebelum Presiden Joko Widodo mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo segera menuntaskan kasus itu dan membuka seterang-terangnya apa yang telah terjadi.

Kemandekan informasi seperti itu rupanya cukup berisiko, seperti yang saya perhatikan, tepatnya saat fase Sambo mulai ditahan. Ada kisah menggelitik sekaligus mengkhawatirkan. Dalam perbincangan di warung angkringan tadi, Pakde Sugek dan beberapa yang lain sering mengungkapkan rasa tidak percaya kepada polisi.

Berbekal cerita yang mereka lihat di YouTube, mereka yakin informasi soal dikurungnya Ferdy Sambo itu hanya akal-akalan. Rupanya ketidakpercayaan berlandaskan konten yang sudah diunggah lebih dari enam bulan lalu. Ini saya ketahui setelah saya meminta izin untuk mengecek sumber yang membuat Pakde Sugek tidak percaya Sambo sudah ditahan di penjara.

Ketidaktepatan mengonsumsi informasi ini terkait bagaimana algoritma bekerja. Seperti saat kita memasukkan kata kunci, tidak selalu mesin pencari menghadirkan konten paling anyar. Kadang-kadang mesin pencari mengutamakan menampilkan konten paling banyak diakses pengguna.

Ini berlaku pada mesin pencari atau platform yang menggunakan algoritma untuk operasinya. Perbincangan di warung angkringan itu bisa menjadi contoh. Tidak semua konsumen informasi bisa menyaring konten yang dicari sesuai kebutuhan rentang waktu tertentu dan sebagainya.

Ada informasi yang mendesak segera didapat untuk dijadikan panduan. Kondisi ini tak beda dengan arus informasi pada momentum politik. Masih banyak di luar sana orang percaya terhadap penyaji informasi yang boleh disebut tanpa etika.

Ada beberapa kepentingan, salah satunya adalah cuan. Asal bisa memainkan algoritma, sukses di depan mata. Kalimat itu yang pernah saya baca.

Bisa dibayangkan, institusi sebesar Polri saja mendapatkan wejangan dari presiden ihwal pentingnya kecepatan mengemas informasi. pentingnya menyajikan i formasi cepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat.

Tujuannya yakni agar masyarakat tahu seterang-terangnya atas apa yang terjadi terkait penanganan dan layanan hukum. Presiden meminta Polri menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti. Ada kekhawatiran presiden yang saya baca dari wejangan tersebut.

Bila informasi tidak mudah didapat, tidak cepat diterima, spekulasi-spekulasi akan mengalir deras. Belum lagi jika ada pihak yang berkepentingan nebeng menggulirkan informasi untuk membangun persepsi tertentu.

Jangan sampai arus informasi justru menjadi lawan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya