Harianjogja.com, SLEMAN—Gunung Merapi yang terletak di perbatasan DIY-Jateng itu sempat mengalami gempa guguran lumayan besar yang mengakibatkan luncuran material hingga jarak 1.000 meter dari puncak. Luncuran guguran tersebut terjadi pada Minggu (25/8/2013) sekitar pukul 07.15 WIB.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dalam laporan resmi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja disebutkan Pos Babadan dan Jrakah melaporkan adanya guguran dengan jarak luncur 1.000 meter tersebut dan arahnya adalah ke Kali Senowo.
“Gempa guguran yang terekam tanggal 25 Agustus 2013 pukul 07.15 memiliki durasi 70 detik dan amplitudo 15 mm. Guguran yang terjadi dikarenakan faktor eksternal akibat ketidakstabilan material di lereng Gunung Merapi,” demikian bunyi laporan tersebut yang diunggah di situs resmi BPPTKG, Selasa (27/8/2013).
Secara umum aktivitas Merapi selama 19-25 Agustus 2013 statistik kegempan menunjukkan adanya gempa VB 1 kali, guguran 187 kali, MP 22 kali, LHF 7 kali, dan gempa tektonik 4 kali. Aktivitas kegempaan masih didominasi oleh gempa-gempa permukaan. Gempa guguran yang terjadi mempunyai durasi pendek sekitar 25 detik dan amplitudo kecil sekitar 15 mm, kecuali yang terjadi pada 25 Agustus.
Dari sisi beformasi berdasarkan EDM dari pos-pos pengamatan (Pos Selo, Jrakah, Kaliurang dan Pos Babadan) terhadap reflektor RS1, RJ1, RK2, RB1 menunjukkan hasil pengukuran jarak reflektor bervariasi kurang dari 1 cm (di bawah ralat pengukuran). Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada deformasi di tubuh Gunung Merapi.
Meski status tetap Normal, BPPTKG merekomendasi pendakian Merapi disarankan hanya sampai di Pasarbubar (± 2500 m dpl) saja. Hal ini untuk menghindari kejadian hembusan gas dan abu vulkanik yang bisa terjadi setiap saat.