SOLOPOS.COM - Yoggi Bagus Christianto (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kado terindah dari Persis Solo kepada kota Solo adalah lolos ke Liga 1. Perjuangan dan tekanan yang lama dirasakan Persis Solo kini membuahkan hasil yang memuaskan. Nuansa sepak bola kembali hidup di kota budaya tersebut.

Kota Solo menyimpan banyak kenangan dan sejarah. Sepak bola menjadi bagian yang lekat dengan masyarakat Kota Solo, khususnya Persis Solo. Keramaian Kota Solo sering meningkat pada saat diselenggarakan pertandingan sepak bola di Stadion Manahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Persis Solo telah menjadi kebanggaan masyarakat Kota Solo, baik dalam keadaan kalah maupun menang ketika bertanding. Nuansa mubengi kutha selepas Persis Solo bertanding dan menang menjadi hal yang dirindukan. Sepak bola telah membawa suasana Kota Solo menjadi meriah.

Klub Persis Solo terlahir di tengah ketegangan. Kehadiran Persis Solo sebagai wadah bagi klub-klub kaum bumiputra yang dianaktirikan oleh kolonial Belanda. Kaum pribumi sangat antusias terhadap dunia sepak bola kemudian pada 8 November 1923 berdiri klub Vorstenlanden Voetbal Bond (VVB).

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelum muncul VVB, pada awal abad XX telah bermunculan klub-klub kaum bumiputra di Kota Solo guna mengimbangi klub-klub bentukan Belanda. Kondisi klub-klub bumiputra memang tak semakmur klub yang dimiliki wong landa. Klub bumiputra tidak memiliki dukungan uang dan fasilitas yang memadai, bahkan hidup dalam kondisi yang terbatas.

Keterbatasan tersebut seperti pelatih yang tidak berpengalaman sehingga keharmonisan dalam bermain tidak tercipta serta tidak ada aturan yang jelas dalam bermain sehingga terjadi banyak insiden  yang tidak mengenakkan bagi kaum bumiputra. Lahirnya VVB bertujuan mengenalkan sepak bola sebagai olahraga yang menyegarkan jasmani dan rohani kepada masyarakat Kota Solo.

Secara politis kehadiran VVB sebagai alat untuk mempersiapkan jalan kemerdekaan Indonesia serta bentuk eksistensi sepak bola wong Solo. VVB merupakan integrasi dari klub-klub cilik milik wong Solo untuk melawan klub-klub bentukan Belanda di Kota Solo karena pada abad XX sepak bola menjadi olahraga yang digemari di Eropa.

Kemunculan klub-klub di setiap kota harus mendapat naungan atau perlindungan dari sebuah organisasi di tanah jajahan. Pada 19 April 1930, Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan oleh Soeratin Sosrosoegondo di Yogyakarta. PSSI sebagai wujud pelindungan kesejahteraan klub-klub di Indonesia.

Pada 13 Mei 1933, VVB menyelenggarakan rapat tahunan untuk menyepakati perubahan nama klub menjadi Perserikatan Sepak Raga Seloeroeh Soerakarta atau Persis Solo. Perubahan nama dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia adalah bentuk politis untuk menentang penindasan Belanda.

Prestasi Persis Solo semakin gemilang karena dengan dukungan fasilitas yang mulai membaik. Sri Susuhunan Paku Buwono X menyediakan Stadion Sriwedari sebagai markas atau home klub Persis Solo. Baru pada 1998 Stadion Manahan diresmikan serta menjadi markas klub Persis Solo. Prestasi tim Persis Solo mendapat sambutan positif dari wong Solo.

Di setiap pertandingan yang diikuti Persis Solo, tiket selalu ludes. Antusiasme wong Solo memang sangat membara untuk menyaksikan kemenangan tim kebanggaan mereka. Terjualnya tiket pertandingan berarti tersedia dana bagi klub. Sepak bola dan suporter merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Dukungan suporter sebagai suplemen semangat dalam pertandingan. Kehadiran suporter  menghiasi stadion dengan atribut yang dipakai dan dibawa, seperti syal, kaus tim Persis Solo, bendera raksasa, nyanyian-nyanyian disertai dentuman bass drum serta koreografi yang memukau.

Lima Macam Pendukung

Loyalitas suporter Persis Solo sejak 1923 hingga sekarang tidak dapat diragukan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi stadion yang ramai ketika Persis Solo bertanding. Hal ini membuat mata masyarakat di luar Kota Solo terheran-heran melihat antusiasme suporter Persis, bahkan Persijatim Jakarta Timur pernah bermarkas di Kota Solo karena dukungan suporter yang menggelora dan menyandang nama Persijatim Solo FC.

Di tribune stadion, suporter Persis Solo terklasifikasi menjadi lima bagian: Pasoepati, Srikandi Pasoepati, Ultras, Casual/Hooligan, dan penonton. Berdasarkan banyaknya klasifikasi suporter tersebut tidak ada yang ingin merasa hebat, namun perasaan satu perjuangan untuk mendukung Persis Solo yang tercipta.

Ibarat mendaki gunung dengan membawa bendera Persis untuk ditancapkan, namun dengan melewati jalur berbeda. Di tribune, Pasoepati selalu berdiri dan bernyanyi dari awal hingga akhir pertandingan. Pasoepati mendominasi stadion dengan warna merah, bass drum yang ditabuh, dan bernyanyi serta menari sesuai arahan dirigen. Mereka menciptakan dan menggubah lagu berisikan dukungan semangat untuk tim Persis Solo.

Sepak bola tak hanya menjadi urusan lelaki. Kaum perempuan juga ikut andil dalam mendukung Persis Solo. Mereka tergabung dalam Srikandi Pasoepati. Penamaan Srikandi tidak terlepas dari pewayangan sebagai budaya Kota Solo. Pada kubu Pasoepati terdapat dirigen perempuan yang selalu hadir untuk menggelorakan stadion serta barisan perempuan Pasoepati selalu mendukung di mana pun Persis berlaga.

Ultras adalah pendukung Persis Solo yang berkiblat pada sepak bola Italia, namun suporter Ultras telah terorganisasi. Ultras menyuarakan dukungan terhadap Persis Solo dengan mengibarkan bendera besar, koreografi, simbol tangan, kembang api, dan nyanyian untuk Persis Solo dalam bahasa Italia. Ultras sangat dekat dengan fashion sehingga pakaian Ultras dapat dikenali karena selalu mengenakan warna hitam.

Casual adalah suporter Persis yang tak pernah absen di tribune. Casual merawat stadion, bahkan dianggap sebagai rumah sendiri. Gaya dukungan mereka mirip dengan gaya Casual di Inggris dengan mengenakan pakaian bermerek dan nyanyian dukungan kepada Persis dalam bahasa Inggris.

Penonton biasanya menempati barisan tribune VIP. Mereka datang untuk mencari hiburan bersama keluarga maupun pasangan. Penonton tak harus berdiri dan bernyanyi. Mereka lebih sering merekam koreografi yang dilakukan suporter Persis.

Dengan melihat karakter dan ciri khas yang beragam, hal ini menjadi sorotan bahwa setiap pertandingan Persis Solo selalu dihiasi dengan dukungan yang berbeda dan saling melengkapi. Hal ini menjadi pembangkit semangat pemain Persis Solo dari masa ke masa. Kehadiran suporter mampu menciptakan nuansa meriah di dalam stadion.

Dengan banyaknya supoter, sebetulnya ini menjadi potensi sepak bola Indonesia, khususnya Kota Solo, guna menarik perhatian dunia internasional. Merajuk relasi yang baik antara klub dengan suporter menjadi keniscayaan. Hubungan erat antara klub dan suporter akan membangun industri sepak bola yang selalu bergerak dan berkembang.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 1 November 2022. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya