SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastutri ORASI ILMIAH-Menteri Sosial, Dr Salim Segaf Al Jufri MA memberikan orasi ilmiah pada acara, Wisuda XIV Program Sarjana dan Magister Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Solo, di Gedung Serbaguna UNU, Mojosongo, Senin (27/2/2012).

JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastutri ORASI ILMIAH-Menteri Sosial, Dr Salim Segaf Al Jufri MA memberikan orasi ilmiah pada acara, Wisuda XIV Program Sarjana dan Magister Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Solo, di Gedung Serbaguna UNU, Mojosongo, Senin (27/2/2012).

SOLO-Menteri Sosial (Mensos), Dr Salim Segaf Al Jufri MA meminta agar perguruan tinggi (PT) menjadi institusi yang membumi, bukan menjadi menara gading.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“PT jangan jadi menara gading. Tapi harus membumi. Namun hal itu tidak bisa diwujudkan tanpa peran serta alumni untuk berkiprah dan berbuat untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar Salim saat memberikan orasi ilmiah pada acara, Wisuda XIV Program Sarjana dan Magister Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Solo, di Gedung Serbaguna UNU, Mojosongo, Senin (27/2/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara itu Pembantu Rektor I UNU, Soekamto SH MH, dalam sambutannya menerangkan pada wisuda kali ini UNU mewisuda 313 mahasiswa. Mereka terdiri atas 239 mahasiswa program studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam, delapan lulusan Prodi Ahwal Al Syakhsyiyah, lima lulusan Teknik Mesin dan 61 lulusan program pascasarjana. “Hingga kini lulusan UNU sebanyak 2.069 orang. UNU juga pernah mewisuda 551 sarjana muda pada rentang tahun 1964-1988,” jelasnya.

Lebih lanjut Mensos mengatakan posisi perguruan tinggi tidak terlepas dari konteks masyarakat. Produk perguruan tinggi yang unggul tidak terpisah dari karakteristik dan perkembangan masyarakat.

“Kita sudah seharusnya mulai mengembangkan pendidikan multikultural dengan konsep toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan saling menyadari perbedaan,” jelasnya.

Para pendidik, katanya, harus bekerja keras melakukan reorientasi pembelajaran agama melalui sosialisasi nilai-nilai dan norma agama dari masing-masing agama tetapi dengan mengembangkan konsep pembelajaran multikultural.

Menurutnya ada empat pilar pendidikan yang sangat penting dalam sebuah masyarakat majemuk seperti Indonesia. Yaitu belajar untuk mengetahui, berbuat, hidup bersama dan belajar untuk menjadi seseorang. JIBI/SOLOPOS/Eni Widiastuti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya