SOLOPOS.COM - Pengunjung beristirahat di serambi Masjid Agung Keraton Solo. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Menjelajahi masjid-masjid tertua di Kota Solo bisa menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu menunggu buka puasa pada Ramadan ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain menawarkan keteduhan di tengah lapar dan dahaga karena puasa, masjid-masjid tertua ini juga menyimpan banyak cerita yang menarik untuk digali. Sebagai tempat ibadah, masjid menjadi saksi perjalanan sejarah dan perkembangan Islam di suatu wilayah.

Semakin tua usia masjid, semakin banyak cerita yang bisa digali darinya. Solopos.com menjelajahi tiga masjid tertua yang tidak hanya masih digunakan sampai saat ini, tapi juga terjaga keaslian bangunan.

Baca Juga: Serunya Ngabuburit di Solo, Dari Taman Sunan Jaga Kali Sampai ke Rutan

Ketiga masjid tersebut adalah Masjid Agung Keraton Solo, Masjid Al Wustho Mangkunegaran Solo, dan Masjid Ki Ageng Henis di Laweyan. Disebut masjid tertua karena ketiganya berusia lebih dari 100 tahun, bahkan ada yang diperkirakan berusia 500 tahun.

Masjid-masjid tertua di Kota Solo itu memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing, baik dari segi bentuk fisik dan arsitektur bangunan maupun cerita sejarah pembangunannya.

1. Masjid Agung Keraton Solo

Penjelahan Solopos.com di masjid-masjid tertua di Solo diawali dari Masjid Agung Keraton Solo. Masjid dengan desain khas Keraton Kasunanan Surakarta yang berwarna biru muda ini menjadi salah satu masjid ikonik dan sudah dikenal hingga keluar Solo.

Baca Juga:Berburu Takjil di Solo: Lokasi Baru Bermunculan, Yang Lama Tetap Eksis

Denah Masjid

Masjid Agung Solo saat ini terdiri dari bangunan utama, bangunan sayap, dan bangunan pendukung. Bangunan utama yang sampai saat ini masih berdiri kokoh merupakan bangunan inti yang digunakan jemaah untuk melaksanakan salat.

tradisi puasa ramadan di solo masjid agung keraton solo ramadan salat tarawih jamaah masjid-masjid tertua di solo
Masjid Agung Keraton Solo tampak depan, Selasa (22/3/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Sedangkan bangunan sayap di sisi selatan sebagai tempat salat untuk putri yang sering disebut dengan pewasten. Lalu di sisi utara digunakan sebagai ruang pengelola masjid yang disebut dengan yogaswara.

Selanjutnya yakni serambi, bangunan tanpa dinding di salah satu dari masjid-masjid tertua Kota Solo ini difungsikan menjadi tempat berkumpulnya jemaah dan menyelenggarakan kultum. Saat siang hari, apalagi di Bulan Puasa, serambi ini menjadi spot favorit untuk rehat, dengan angin sepoi berembus bebas.

Baca Juga: Melihat Dari Dekat Proses Membuat Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo

Bangunan atau elemen pendukung terdiri dari gapura yang berwarna putih, jam istiwa, yakni jam yang digunakan untuk melihat waktu salat. Juga ada menara untuk menaruh pengeras suara agar azan terdengar lebih jauh.

Selanjutnya ada pagar. Kolam berfungsi menjaga kebersihan masjid dan memastikan kaki pengunjung bersih dari kotoran maupun najis.

Saat ramadan tahun ini Masjid Agung Solo menyelenggarakan berbagai kegiatan yakni kultum sebelum subuh, kultum menjelang buka puasa atau maghrib, 200 prosi hidangan buka puasa untuk jemaah.

Dilanjutkan dengan Salat Tarawih yang terdiri dari delapan dan 23 rakaat. Salah stau pengunjung Masjid Agung, Atika, 24 mengatakan bangunan dari Masjid Agung ini unik dan masih mempertahankan bentuk aslinya.

Baca Juga: Ini Masjid di Solo Yang Sediakan Menu Takjil dan Buka Puasa Bersama

Berusia 254 Tahun

“Bangunan ini walaupun ada pembenahan tetapi masih utuh mempertahankan bentuk aslinya. Tempatnya luas dan adem, cocok untuk singgah setelah berpanas-panas mengelilingi Kota Solo,” ungkapnya.

Mengutip id.wikipedia.org, Masjid Agung Solo di Jl Masjid Agung No 1, Kauman, Pasar Kliwon, Solo, ini dibangun pada 1763 dan selesai pada 1768. Itu artinya saat ini Masjid Agung Solo sudah berusia sekitar 254 tahun.

2. Masjid Al Wustho Mangkunegaran

Masjid Al Wustho yang masih satu kompleks dengan Pura Mangkunegaran Solo menjadi masjid kedua dalam penjelajahan Solopos.com awal Ramadan ini. Salah satu dari masjid-masjid tertua di Kota Solo ini didominasi warna hijau tua dan putih itu ukurannya tidak sebesar Masjid Agung Solo.

Baca Juga: Masjid di Solo Jadi Jujugan, Salah Satunya Disebut Peninggalan Presiden

Kompleks masjid ini terdiri dari dua bagian yakni masjid dan bangunan pendukung yaitu, maligi, menara, kantor pengurus masjid beserta tempat tinggal mereka dan perpustakaan. Bagian dalam masjid terasa sejuk.

masjid al wustho solo masjid-masjid tertua di kota solo
Masjid Al Wustho Mangkunegaran Solo tampak depan, Senin (28/3/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Ditambah warna hijau yang bikin adem membuat pengunjung betah untuk menghabiskan waktu ngaso atau istirahat di tengah siang yang panas. “Seneng melihat ijo-ijo seperti ini, apalagi di masjid jadi tambah adem. Saya sering kesini, pas banget waktu puasa ngaso di sini siang-siang,” tutur pengunjung Masjid Al Wustho, Susanti.

Mengutip berbagai sumber, salah satunya puromangkunegaran.com yang merupakan website resmi Pura Mangkunegaran, Masjid Al Wustho seperti kondisinya sekarang dibangun pada masa KGPAA Mangkunagori VII (1916-1944).

Sumber lain menyebut masjid tersebut dibangun pada 1878, artinya sudah berusia 144 tahun.

Baca Juga: Inilah Masjid di Kota Solo Yang Paling Dekat Dengan Musafir

3. Masjid Ki Ageng Henis Laweyan

Masjid Ki Ageng Henis di Laweyan, Solo, bisa dibilang merupakan masjid tertua di antara masjid-masjid lain di Kota Bengawan. Mengutip laman kampoengbatiklaweyan.org, Masjid Laweyan merupakan masjid pertama di Kerajaan Pajang yang dibangun pada masa Djoko Tingkir sekitar tahun 1546 atau saat ini berusia 476 tahun.

Konon, pemilik masjid ini adalah Kyai Ageng Henis, kakek dari Paku Buwono II, penguasa Mataram Islam yang memerintah di Keraton Kartasura sebelum pindah ke Keraton Solo.

Dulunya Pura

Ketua Takmir Masjid Laweyan, Sutanto, menuturkan ada hal unik dari Masjid Laweyan yang juga dikenal dengan masjid Ki Ageng Henis. Bangunan yang kini menjadi masjid itu dulunya sebuah pura.

Baca juga: Bukber & Tarawih di Masjid Al Wustho Mangkunegaran Solo Tak Kalah Ramai

“Waktu itu sebelum menjadi sebuah Masjid, tempat ini untuk pemujaan umat Hindu. Seiring berjalannya waktu, karena kedekatan dengan Ki Ageng Henis dan Walisongo dan juga pemerintahan kerajaan Pajang, maka pura tersebut menjadi Masjid,” kata Sutanto yang ditemui Solopos.com di masjid tersebut, Selasa (5/4/2022).

Anak-anak belajar ngaji di Masjid Laweyan atau dikenal juga sebagai Masjid Ki Ageng Henis di Laweyan, Solo, Selasa (5/4/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Di area Masjid Laweyan ada makam pendirinya, Ki Ageng Henis, beserta kerabatnya. Hingga saat itu, menurut petugas kompleks makam, Wijayanto, banyak masyarakat yang berziarah di makam tersebut.



Berdasarkan pantauan Solopos.com, masjid ini saat siang hari terlihat sepi, akan tetapi saat sore hari sangat ramai dipenuhi puluhan anak usia PAUD hingga SD yang mengaji atau TPA.

Baca Juga: 2 Tahun Vakum, Masjid Agung Solo Kembali Gelar Buka Puasa Bersama

Selain itu, masjid tertua di Solo itu juga menyediakan 150 porsi hidangan untuk berbuka puasa bersama jemaah setiap hari selama Ramadan. Selain itu ada beberapa kegiatan seperti Tarhib, Madrasah Ramadan, Tadarus, Mabit Anak, Baksos, Iktikaf, dan Takbiran.

Salah satu pengunjung Masjid Laweyan, Windi, 27, mengatakan baru pertama kali ini mengunjungi masjid tertua di Solo. Bahkan ia mengaku sempat kaget saat melihat ada makam.

“Saya tadi sama temen nyasar lewat sini, kebetulan ada masjid sekalian salat Asar. Saya kaget waktu ngelihat ada makamnya, dan setelah saya browsing ternyata memang makam pendirinya,” ungkapnya sembari melipat mukena.

Baca Juga: Hari Pertama Buka Puasa Bersama Di Masjid Agung Solo, Begini Suasananya

Meskipun masjid ini tidak besar, tetapi suasana bangunan tua sangat terasa dengan dominasi cat warna hijau membuat setiap orang yang berkunjung menjadi betah. Masjid Laweyan ini terletak di Jl Liris 1 Laweyan, Kota Solo.

Loaskinya tepat di tepi Kali Jenes, yang dulu kata warga sekitar merupakan jalur transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah di Pulau Jawa.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya