SOLOPOS.COM - Sejumlah penari mengikuti geladi kotor pembukaan Muktamar Muhammadiyah di Stadion Manahan, Solo, Kamis (17/11/2022). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SUKOHARJO — Banyak alasan dan latar belakang Solo dijadikan sebagai lokasi Muktamar Muhammadiyah ke-48.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Muktamar merupakan momen permusyawaratan tertinggi sekaligus menjadi momen regenerasi, silaturahmi, daan kolaborasi warga persyarikatan Muhammadiyah.

Perayaan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah berlangsung bersamaan Sejak pertama kali Aisyiyah berdiri pada 1917.

Ekspedisi Mudik 2024

Muktamar menjadi momen permusyawaratan tertinggi Muhammadiyah yang digelar dalam 5 tahun sekali. Kegiatannya berupa penyusunan program dan pergantian pengurus pusat Muhammadiyah.

Anggota Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Mu’arif mengatakan dipilihnya Solo sebagai lokasi Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah karena keputusan tanwir sebelumnya dan dilaksanakan di kota yang sebelumnya menggelar Muktamar.

“Pemilihan Solo sebagai lokasi Muktamar ke-48 adalah keputusan Tanwir sebelumnya, dan biasanya Muktamar digelar di kota yang memang sudah pernah memiliki pengalaman menyelenggarakan sebelumnya,” lanjut Mu’arif.

Baca juga: Sejarah Lengkap Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-1 hingga ke-48

Soal alasan pengalaman, Solo pernah menyelenggarakan Muktamar sebanyak 2 kali, yaitu pada 1929 pasca kepemimpinan Ahmad Dahlan, dan 1985 pasca kepemimpinan Presiden Soeharto.

“Solo punya sejarah akar historis yang kuat karena menjadi kawasan pusat pergerakan Islam, banyak gerakan Muhammadiyah yang ditumpang oleh tokoh-tokoh Mumahhadiyah dari Solo,” lanjut Mu’arif.

Saat ditanya Solopos.com terkait Muktamar yang paling bersejarah, ia mengatakan tiap Muktamar memiliki nilai historisnya sendiri.

Kongres Muhammadiyah 1929 pertama kali diselenggarakan di Solo mempunyai program strategis karena menjadi zaman munculnya pergerakan Bumi Putera, Syarekat Islam yang menjadi partsi Islam, serta muncul organisasi-organisasi Islam lainnya.

Selain itu, pada Kongres Muktamar pada tahun 1985 pada era kepemimpinan Presiden Soeharto terdapat kebijakan politik yang mengharuskan tiap ormas atau pergerakan organisasi di tanah air harus berdasarkan Pancasila.

Baca juga: Tantri Kotak dan Arda Naff Siap Meriahkan Pembukaan Muktamar Muhammadiyah Besok

“Ada tarik ulur yang menarik sampai dikenal dengan politik jalur helm antara Pak AR, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan Presiden Soeharto,” lanjutnya.

Di zaman sekarang, muktamar ke-48 berada di antara peralihan budaya masyarakat yang masih konvensional menuju milenial serta masyarakat terbuka dengan teknologi informasi.

“Ini proses peralihan pimpinan yang familiar dengan teknologi informasi dan komunimasi,” lanjut Mu’arif.

Mu’arif mengatakan pokok dari kegiatan Muktamar adalah penyusunan program yang berkaitan dengan isu dunia.

“Beda dengan partai politik yang menyusun program belakangan, Muhammadiyah adalah ormas, jadi programnya yang ditunggu-tunggu,” kata Mu’arif saat dihubungi Solopos.com melalui sambungan telepon, Kamis (27/12/3022).

Baca juga: Wah! Rektor UMS Masuk Daftar 92 Nama Calon Sementara Anggota PP Muhammadiyah

Ia mengatakan, Muktamar seperti siklus organisasi yang menyesuaikan perkembangan zaman mulai dari regenerasi, penyusunan program ke depan yang berkaitan dengan isu dunia, serta syiar islam dakwah.

Terdapat 9 isu Aisyiyah dan 10 isu Muhammadiyah yang akan diterjemahkan ke dalam program spesifik di Muhammadiyah untuk lima tahun ke depan.

Kesembilan isu tersebut adalah penguatan peran strategis umat Islam dalam mencerahkan bangsa, penguatan perdamaian dan persatuan bangsa, pemilihan umum yang berkeadaban menuju demokrasi substantif, optimalisasi pemanfaatan digital untuk atasi kesenjangan dan dakwah berkemajuan.

Dilanjutkan dengan penguatan literasi nasional, ketahanan keluarga basis kemajuan peradaban bangsa dan kemanusiaan semesta, penguatan kedaulatan pangan untuk pemerataan akses ekonomi, penguatan mitigasi bencana dan dampak perubahan iklim untuk perempuan dan anak, serta akses perlindungan bagi pekerja informal, dan penurunan angka stunting.



Baca juga: Buka Tanwir, Haedar Nashir Ungkap Transformasi Muhammadiyah 5 Tahun Terakhir

Sementara, terdapat empat isu universal yang akan dibahas dalam Muktamar Muhammadiyah adalah membangun tata dunia yang damai dan berkeadilan, regulasi dampak perubahan iklim, mengatasi kesenjangan antar negara, serta menguatnya xenofobia atau perilaku anti terhadap sesuatu yang asing.

Sebanyak enam isu strategis keutamaan dalam Muktamar Muhammadiyah adalah fenomena rezimintasi paham agama, membangun kesalehan digital, memperkuat persatuan umat, reformasi tata kelola filantropi Islam, beragama yang mencerahkan, dan autentitas wasathiyah Islam.

Salah satu program yang dihasilkan dalam Muktamar adalah badan amal usaha Lazizmu yang bergerak di bidang kemanusiaan.

“Muhammadiyah bukan hanya sebatas gerakan munkar, tapi isu-isu dunia juga mendapat respon dari Muhammadiyah. Itu dijalankan dengan baik oleh majelis yang berhubungan dengan program-program luar negeri. Tidak hanya internal dan respons Muhammadiyah terhadap pemerintahan lokal, namun berlaku juga dengan pemerintahan negara lain,” lanjut Mu’arif.

Baca juga: Komitmen PP Aisyiyah Mendorong Perempuan Berkemajuan dan Membangun Peradaban

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya