SOLOPOS.COM - Makam Kiai Sidik Premono di kawasan Wukir Dhento Sri Gading, tepatnya di Dusun Wiroko, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Foto diambil Jumat (12/6/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI – Masyarakat Wonogiri bagian selatan, khususnya warga Kecamatan Tirtomoyo mungkin sudah tidak asing lagi dengan ulama bernama Kiai Sidik Premono. Dia adalah tokoh agama Islam pada masa lalu yang hidup sekitar tahun 1800-an.

Hal itu dibuktikan dengan keberadaan rumah Kiai Sidik Premono yang berarsitektur joglo di Tirtomoyo. Rumah yang terletak di Dusun Karakan RT 001/RW 007, Desa Dlepih, Tirtomoyo tersebut kini masih berdiri kokoh. Lokasinya tidak jauh dari Wisata Religi Khayangan Tirtomoyo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bagian luar rumah terbuat dari batu bata, sedangkan kontruksi bangunan bagian dalam dari kayu. Tiang penyangga limas dan blandar rumah terbuat dari kayu jati.

Di bagian blandar atau balok kayu bagian atas terdapat ukiran atau ornamen khas layaknya kontruksi bangunan keraton. Lantai rumah Kiai Sidik Premono terbuat dari batu bata yang ukurannya lebih besar dibandingakan batu bata saat ini.

Jarang Disorot, Ini Sosok Dian Ekawati Istri Didi Kempot

Rumah Joglo

Sampai sekarang, rumah itu masih berdiri kokoh. Belum ada bagian yang direnovasi, baik itu tembok, tiang penyangga, reng, usuk, maupun bagian rumah lainnya. Warga sekitar tidak ada yang berani megubah bentuk bangunan tersebut.

Warga sekitar meyakini Kiai Sidik Premono memiliki hubungan erat dengan pihak Keraton. Sebab, kala itu orang biasa tidak tidak mungkin mempunyai rumah dan bangunan dengan kontruksi begitu megah.

Bagian belakang rumah itu saat ini masih dihuni ahli waris keturunan Kiai Sidik Premono. Tetapi mereka tidak bertemu langsung dengan Kiai Sidik Premono semasa hidup.

Kepala Dusun Karakan, Sarwanto, 57, yang rumahnya berada di sebelah timur rumah peninggalan Kiai Sidik Premono, mengatakan tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan ulama itu lahir dan meninggal. Sebab tidak ada bukti tertulisnya. Hanya saja di makam Kiai Sidik tertulis Kabangun Wulan Ruwah 1882, yang artinya dibangun pada bulan Ruwah 1882.

“Dimungkinkan Kiai Sidik hidup pada masa sebelum 1882,” kata Sarwanto saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (12/6/2020).

kiai sidik premono
Rumah peninggalan Kiai Sidik Premono di Dusun Karakan RT 001/RW 007, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Foto diambil Jumat (12/6/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Kreatif! Pelajar di Klaten Ini Bikin Sepeda Tinggi 3,5 Meter untuk Gowes

Tokoh Islam

Menurut Sarwanto, Kiai Sidik Premono merupakan warga Betal, Kecamatan Nguntoronadi. Pada saat itu ia bertapa di Khayangan dan mendapatkan petunjuk untuk membangun rumah di Karakan.

Kala itu tiang penyangga atap joglo yang terbuat dari kayu jati diyakini datang dengan sendirinya. Tetapi tidak ada orang yang mampu mengangkatnya. Kayu bisa terangkat setelah warga sekitar menanggap ledek atau tarian Jawa. Hingga saat ini warga Karakan tidak berani mengadakan tayuban atau tarian di desa.

Semasa hidupnya di Karakan, Kiai Sidik Premono menyebarluaskan agama Islam. Ia mempunyai banyak murid dan sering mengadakan pengajian. Dulu di dekat rumahnya terdapat masjid, tetapi sekarang sudah tidak ada. Hanya tersisa ruangan atau tempat salat yang biasa digunakan Kiai Sidik. Sebagian orang meyakini dan mengetahui dari berbagai riwayat bahwa Kiai Sidik merupakan keturunan Sunan Kalijaga.

Obat Dexamethasone Belum Dipakai untuk Pasien Covid-19 di Solo

Makam

Makam Kiai Sidik berada di kawasan Wukir Dhento Sri Gading, tepatnya di Dusun Wiroko, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Jarak dari rumah Kiai Sidik ke makamnya sekitar dua kilometer.

Tidak ada kendaraan yang bisa menjangkau makam lantaran berada di perbukitan. Jadi, peziarah harus berjalan kaki dengan medan menanjak.

Sarwanto, selaku pemegang kunci makam, mengatakan banyak warga yang berziarah ke makam tersebut. Terutama pada malam Senin Wage, bertepatan dengan meninggalnya Kiai Sidik Premono.

Bahkan beberapa pejabat di Wonogiri ada yang sering berziarah ke sana. Jika warga mempunyai keinginan yang kuat, mereka rela menginap di sekitar makam.

Kisah Keluarga Miskin 5 Tahun Tinggal di Bekas Gudang Es Angker di Jajar Solo

Makam Kiai Sidik berada di dalam rumah kecil yang terbuat dari kayu. Di sekelilingnya juga terdapat beberapa makam warga Wiroko pada zaman dahulu. Setiap saat makam dalam kondisi terkunci. Jika ada warga yang ingin berziarah diharuskan mengambil kunci di rumah Sarwanto.

Warga sekitar meyakini di kawasan makam tersebut terdapat qodam Kiai Sidik Premono yakni Haji Subur, orang biasa menyebut dengan Jin Islam. Beberapa orang yang pernah kerasukan Haji Subur, orang tersebut melantunkan ayat suci Alquran.

Ini Sosok Staso Prasetyo, Anak Didi Kempot dan Dian Ekawati

Jika ada warga yang berziarah ke sana, biasanya membawa sebungkus rokok dan ditaruh di pintu masuk makam, dikhususkan untuk Haji Subur.



“Karamah Kiai Sidik itu besar. Meskipun makamnya berada diperbukitan dan harus jalan kaki menanjak untuk menuju kesana, banyak orang yang ingin menghampirinya,” ujar dia.

Warga Karakan hingga saat ini mensakralkan hari meninggalnya Kiai Sidik Premono. Setiap Senin Wage, warga tidak berani mengadakan hajatan, baik pernikahan atau khitanan.

Sarwanto dan warga sekitar mengimbau peziarah lebih hati-hati dan menjaga sopan santun agar tidak ada hal buruk yang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya