SOLOPOS.COM - Ilustras Pilkada Wonogiri (Solopos-Whisnupaksa K.)

Solopos.com,WONOGIRI -- Karakter warga Wonogiri di setiap pemilihan kepala daerah atau Pilkada mempunyai perbedaan. Terkadang warga Wonogiri lebih melihat figur atau ketokohan. Di sisi lain, terkadang warga melihat dari mesin politik yang mengusung pasangan calon.

Hal itu disampaikan oleh pengamat politik di Wonogiri, Bambang Tetuko, saat dihubungi Solopos.com, Senin (14/9/2020). Ia mengatakan, Wonogiri kali pertama menyelenggarakan pilkada secara langsung pada 2010. Pada 2005 masih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bambang mengatakan, pada pilkada 2010, sosok figur atau tokoh sangat berperan dalam memenangkan pilkada. Saat itu ada empat paslon yang mengikuti kontestasi pilkada 2010. Pertama, paslon yang disung PDIP dan PKS.

Tunjukkan Semangat Comeback ala 1994, Osaka Juara US Open 2020

Ekspedisi Mudik 2024

Kedua, paslon yang disung Golkar. Ketiga, paslon yang diusung Demokrat dan berbagai partai nonparlemen. Keempat paslon yang diusung Gerindra dan PAN. "Pada saat itu jumlah kursi Gerindra dan PAN sangat minim, pas tujuh kursi sebagai batas diperbolehkannya mengusung paslon," ungkap dia.

Meski demikian, koalisi Gerindra dan PAN yang mengusung Danar Rahmanto dan Yuli Handoko justru memenangi pilkada saat itu. Ini menandakan bahwa figur Danar-Yuli mendapat respon positif di kalangan masyarakat.

"Ada empat paslon tapi hanya satu putaran. Artinya pasangan Danar-Yuli saat itu langsung menang, tidak ada putaran kedua," ujar dia.

Berbeda dengan 2015, pada pilkada saat itu mesin politik lebih mendominasi dalam memenangkan paslon. Saat itu ada dua paslon, Hamid Nur Yasin berpasangan dengan Wawan Setyo Nugroho dan Joko Sutopo berpasangan dengan Edy Santosa.

"Jika dilihat dari kedua paslon, sebenarnya Hamid-Wawan secara figur lebih dikenal masyarakat. Namun justru Joko-Edy yang diusung PDIP dan Golkar bisa memenangkan pilkada. Jadi pada 2015, mesin politik lebih mendominasi," ungkap dia.

Pandemi Covid-19

Pada pilkada 2020, menurut Bambang, idealnya figur dan mesin politik berperan untuk mendapatkan partisipasi masyarakat. Karena pilkada pada 2020 digelar di tengah pandemi Covid-19.

Ia mengatakan, dengan memunculkan figur yang baik dan mesin politik yang solid, maka paslon bakal memenangkan pilkada 2020. Karena pelaksanaanya pilkada digelar di tengah situasi yang tidak ideal, segala sesuatu terbatas karena pandemi Covid-19. Tidak bisa hanya mengandalkan ketokohan dan mesin politik saja.

7 dari 12 Kontak Erat Kadinas Penanaman Modal Sukoharjo Negatif Covid-19

"Figur harus diunggulkan. Dua paslon saat ini sama-sama kuat. Di sisi lain mesin politik juga harus banyak jaringannya. Sehingga bisa menjangkau masyarakat sampai ke tingkat RT dan RW," kata Bambang.

Pada 2020 ada dua Paslon yang turut meramaikan pilkada di Wonogiri. Pertama, pasangan Joko Sutopo-Setyo Sukarno (Josss). Paslon tersebut diusung tiga partai yakni PDIP, Golkar dan PAN. Kedua, pasangan Hartanto-Joko Purnomo (Harjo). Paslon tersebut diusung tiga partai yakni PKB, PKS dan Gerindra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya