SOLOPOS.COM - Ilustrasi Universal Studios Singapura (Youtube)

Solopos.com, SOLO–Negara Singapura dan China bisa menjadi contoh cerita sukses dalam penanganan pandemi Covid-19 meski belakangan kedua negara itu mencatatkan penambahan kasus baru. Kedisiplinan dan penegakan hukum menjadi salah satu kunci keberhasilan mereka.

Data worldometers.info per 5 Januari 2020 memperlihatkan ada penambahan kasus konfirmasi positif baru 28 orang di Singapura yang didominasi oleh imported cases. Hingga 5 Januari, masih ada kasus aktif sebanyak 223 orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sedangkan, data Kementerian Kesehatan Singapura, Singapura mencatatkan hanya ada 195 kasus aktif per 4 Januari 2021. Total kasus Covid-19 di Singapura 58.497 orang dengan total 29 orang meninggal dunia. Penambahan kasus baru kali ini didominasi oleh penularan berasal dari luar atau imported cases.

Kesuksesan mengendalikan transmisi lokal ini mendorong Pemerintah Singapura melonggarkan sejumlah kebijakan seperti batas jumlah kerumunan makan di restoran naik dari 5 orang menjadi 8 orang. Selain itu, pembatasan jumlah peserta pertemuan naik dari 50 orang menjadi 250 orang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Singapura hari ini memulai kembali sekolahnya dari SD-SMA dengan protokol kesehatan. Menariknya, ada dua dua anak SD postifi Covid. Pengawasan mereka sangat ketat,” kata Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratomo, dalam talkshow yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (5/1/2021).

Wajib Karantina

Pengawasan ketat itu juga berlaku bagi warga Singapura yang baru pulang dari luar negeri seusai liburan sekolah. Pemerintah Singapura menetapkan wajib karantina di bandara 14 hari kepada mereka. Lalu, pada hari ke-10, peserta karantina dites.

“Sekarang orang masuk Singapura harus isolasi 14 hari. Kalau keluar dari kamarnya saja didenda 10.000 dollar atau penjara 6 bulan. Kalau orang asing itu dideportasi,” ujar dia.

Proses ini pula yang kemudian menemukan kasus baru strain virus SARS-CoV-2 yang ditemukan di Inggris. Pasien lalu menjalani isolasi hingga kini. Penelusuran kontak yang ketat berhasil menurunkan kurva penularan.

Penelusuran kontak dipermudah dengan adanya aplikasi digital Trace Together dan Blue Trace. Dengan demikian, mudah ditemukan siapa saja yang menjadi kontak erat pasien Covid-19. Orang-orang ini harus menjalani karantina atau isolasi dan dibawa oleh ambulans tanpa sempat diberitahu.

Ada yang menarik di Singapura terkait pengawasan protokol kesehatan di tempat-tempat publik. Pemerintah menggerakkan sukarelawan yang disebut ambasador. Ambassador ini akan menegur dan melaporkan warga yang melanggar protokol kesehatan.

Semisal, mereka menemukan kerumunan lebih dari delapan orang, ambasador akan menegur. Apabila teguran itu ditolak, ambassador akan memotret orang-orang yang menolak teguran. “Lalu, datang polisi dan didenda 300 dollar Singapura atau sekitar Rp3 juta. Kalau melanggar lagi denda naik 600 dollar. Kalau melanggar lagi denda naik 1.200 dolar. Dengan begitu, orang menjadi kapok,” kata Suryopratomo.

Memperketat Kedisplinan

Cerita sukses menangani pandemi Covid-19 juga datang dari China. Duta Besar RI untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, menceritakan pemerintah China kembali memperketat kedisiplinan warga terkait protokol kesehatan menyusul ditemukannya kasus baru di Beijing.

Tak hanya itu, pemerintah memperketat warga yang masuk ke Beijing dengan wajib karantina selama 28 hari atau dua kali lebih lama daripada sebelumnya hanya 14 hari. Pemerintah juga memerintahkan menunda kegiatan-kegiatan besar sementara waktu. Selain itu, mobilitas warga dibatasi menjelang libur perayaan tahun baru China.

“Di Beijing ada 14 kasus baru sejak Desember. Warga di dua distrik setingkat kecamatan di lokasi tempat ditemukan pasien baru itu semuanya di-swab. Jumlahnya mendekati 2 juta yang di-swab tapi tidak ada lockdown,” kata Djauhari.

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan Indonesia mengalami 10 bulan pandemi terjadi fluktuasi kasus. Lonjakan terjadi pada saat libur panjang misalnya periode November-Desember kasus aktif meningkat dua kali lipat dari 54.804 orang menjadi 103.239 orang.

Pandemi yang panjang menguji ketahanan bangsa dan pemerintah menangani kasus. “Ada kejenuhan di masyarakat dan kelelahan di pemerintah. Kita semua harus saling belajar. Negara barat pun naik turun kasusnya ada second wave, third wave. Mari kita belajar dari Singapura, para pimpinan daerah dan masyarakat libatkan dalam proses 3M tersebut,” kata Wiku.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya