SOLOPOS.COM - Gedung Marabunta di kawasan Kota Lama Semarang. (Dok. Solopos.com)

Solopos.com, SEMARANG – Bangunan bergaya arsitektur kuno dengan hiasan patung dua ekor semur merah berukuran raksasa berdiri kokoh di kawasan Kota Lama Semarang. Siapa pun yang melintas di Jalan Cenderawasih, Kota Lama Semarang, pasti akan tergoda untuk menatap gedung itu dengan cukup lama. Gedung itu tak lain adalah Marabunta.

Tak hanya unik, Gedung Marabunta memiliki banyak cerita lama dan dipercaya pernah menjadi saksi sejarah tentang sosok Mata Hari, penari erotis cantik berdarah Indo yang dieksekusi mati oleh tentara Perancis pada 15 Oktober 1917 karena dianggap mata-mata Jerman.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dikutip dari situs festivalkotalama.com, pembangunan Gedung Marabunta tidak diketahui persis. Para arkeolog Balai Arkeologi memperkirakan, Gedung Schouwbrug, nama lain Gedung Marabunta, dibangun setelah pembongkaran benteng Kota Lama pada tahun 1824, sejalan dengan pengembangan kawasan permukiman di Kota Semarang dan jalan pos Daendels.

Gedung ini dibangun dengan tujuan untuk menyediakan tempat hiburan bagi para penghuni kawasan Kota Lama yang waktu itu didominasi warga Eropa.

Masih menurut situs tersebut, pada era kolonialisme Belanda, di gedung ini sering dipentaskan komedi Stamboel. Stamboel merupakan istilah serapan dari kata Istambul, yang merujuk pada nama kota di Turki, tempat komedi ini berkembang luas di daratan Eropa.

Baca juga: Semarang Dijuluki Kota Atlas, Begini Sejarahnya

Stamboel merupakan teater sandiwara keliling mirip sirkus di Eropa yang diadopsi di Hindia Belanda. Saking seringnya Komedi Stamboel dipentaskan di sana, maka nama jalan di depan gedung akhirnya juga dikenal dengan nama Komedistraat.

Selain komedi, di sana kerap ditampilkan pula musik dan lagu-lagu dari para musisi dan penyanyi terkenal, juga beragam tarian, mulai dari tari tradisional hingga tari erotis.

Mata Hari

Ada salah satu artis legendaris kelahiran Belanda yang juga pernah menampilkan tari erotis di sana, yaitu Mata Hari atau yang memiliki nama asli Margaretha Geertruida MacLeod.

Margaretha Geertruida MacLeod merupakan penari erotis dan wanita penghibur asal Belanda yang juga dipercaya sebagai mata-mata atau spion Jerman selama Perang Dunia I. Mata Hari konon dipercaya pernah tampil atau menari di Gedung Schouwburg atau Marabunta.

Baca juga: Menengok Gedung Sarekat Islam di Semarang yang Didirikan Tokoh Pendiri PKI

Kendati demikian, keberadaan Mata Hari di Gedung Marabunta tak jarang juga ditepis para pengamat sejarah di Kota Semarang. Salah satu pengamat sejarah yang menampik adalah Tjahjono Rahardjo yang juga seorang akademisi dari Universitas Katolik Soegijapranata Kota Semarang.

“Mata Hari tidak pernah ke Semarang, tidak pernah menari di Schouwburg. Dan Schouwburg tidaklah sama dengan Marabunta,” kata Tjahjono Rahardjo kepada Solopos.com, pada Kamis (29/9/2022).

Menurut sejarawan Unika Soegijapranata ini, Gedug Schouwburg memiliki usia yang jauh lebih tua daripada Gedung Marabunta. Tjahjono menambahkan, rekaman peta lama Kota Semarang tahun 1866 menunjukkan Gedung Schouwburg sudah berdiri.

“Sementara pada 1994 Gedung Schouwburg roboh, dan kemudian di atasnya didirikan Gedung Marabunta. Beberapa interior bangunan lama digunakan di gedung baru hingga Marabunta disebut-sebut sebagai replika Schouwburg,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya