SOLOPOS.COM - Seorang pegawai di Gedung Iradiator Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, menunjukkan produk yang sudah melewati proses iradiasi, Rabu (9/2/2022). (Tri Rahayu/Solopos)

Banner Ekspedisi Pendidikan

Solopos.com, TANGERANG — Organisasi Riset Tenaga Nuklir (OR TN) milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berada di kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, Banten, merupakan pusat pengembangan nuklir terbesar se-Asia Tenggara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu fungsi nuklir tersebut digunakan untuk sterilisasi produk pangan dan produk kesehatan dengan teknologi iradiasi. Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 menyempatkan diri mampir di Gedung Iradiator yang terletak di Kompleks Puspiptek tersebut pada hari ketiga, Rabu (9/2/2022).

Ekspedisi Pendidikan 2022 juga didukung oleh Epson, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS), Universitas Terbuka (UT), Institut Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah, Yayasan Pendidikan Djamaatul Ikhwan, dan BMW Astra.

Baca Juga: Ekspedisi Pendidikan 2022: Memotret Inovasi di Tengah Badai Pandemi

Kedatangan tim ekspedisi di Kompleks Puspiptek diantar tim dari Pusat Informasi 109 Puspiptek Serpong. Di lokasi itu, ada tim yang menyambut dan menjelaskan tentang pemanfaatan nuklir bagi produk makanan dan produk kesehatan.

Fasilitator Gedung Iradiator Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Indra Milyardi, menjelaskan nuklir yang digunakan di Gedung Iradiator ini bersumber dari nuklir Cobalt 60 yang dimanfaatkan untuk menyeterilkan produk pangan dan produk kesehatan.

Dia menjelaskan produk pangan dan kesehatan itu disterilisasi dengan proses iradiasi. Dia mengatakan mikroba-mikroba dalam produk makanan itu direduksi atau ditekan melalui proses iradiasi sehingga kualitas produk pangan itu sesuai dengan yang distandarkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Demikian pula pada produk kesehatan, kata dia, juga disterilisasi dengan proses iradiasi untuk menekan mikroba-mikroba yang mengotorinya.

Baca Juga: 5 Hari Jelajah 4 Kota Melihat Pembuktian Inovasi Insan Pendidikan

“Produk kesehatan yang biasa diiradiasi itu seperti benang bedah, jarum suntik, kasa steril, pispot urine, catheter, vacum blast, dan sarung tangan. Alat-alat kesehatan itu disterilisasi supaya tidak tercemar bakteri,” ujarnya.

Produk nuklir Cobalt 60 itu didapat dari alam, yakni dari Cobalt 59 dengan unsur alam yang kemudian dimasukkan dalam reaktor nuklir selama 1,5 tahun. Setelah itu, jelas dia, nuklir itu bisa digunakan untuk iradiasi suatu produk.

Dia menyebut tidak semua bagian bumi itu terkandung nuklir tetapi hanya di bagian-bagian tertentu. Dia melihat nuklir itu seperti pisau yang pemanfaatannya tergantung manusia. Dia menjelaskan pisau itu bisa untuk memotong sayuran bagi kalangan ibu tetapi bagi penjahat pisau itu bisa digunakan untuk kejahatan.

“Produk-produk pangan yang biasa diiradiasi di Puspiptek itu seperti bumbu mi instan, teh,produk herbal, dan lainnya. Ada produk kosmetik juga yang diiradiasi. Proses iradiasi yang dibutuhkan itu tergantung pada produknya dan biasanya bisa bertahan lama untuk produk pangan. Seperti bumbu, biasanya keluar dari pabrik hanya bisa bertahan tiga bulan tetapi setelah diiradiasi bisa bertahan sampai 18-24 bulan,” katanya.

Baca Juga: Permintaan Printer Epson L15150 dan L3210 Laku Keras Saat PJJ

Dia menyebut iradiasi menjadi metode sterilisasi yang cocok untuk produk-produk tertentu, misalnya produk kesehatan yang terbuat dari plastik.

Kalau disterilisasi secara kimia bisa mengubah struktur dan bila disterilisasi secara fisika panas maka bisa meleleh sehingga sterilisasi dengan cara iradiasi yang sampai sekarang masih pas untuk produk berbahan plastik.

“Dosis iradiasi untuk produk itu berbeda-beda. Penentuan dosis itu diketahui berdasarkan alat yang disebut dosimeter. Dalam dosis iradiasi itu menggunakan satuan ukur Gray. Misalnya teh itu setiap enam kilogram itu membutuhkan waktu iradiasi selama enam jam. Di dalam bangker iradiasi nuklir kami itu kapasitasnya 72 tote per satu kali proses. Satu tote yang terbuat dari alumunium itu berisi dua boks produk dengan kapasitas 20 kilogram per boks. Sehingga sekali proses itu kapasitasnya mencapai 2,8 ton gray produk yang diproses iradiasi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya