SOLOPOS.COM - Ilustrasi jamu. (Freepik).

Solopos.com, SUKOHARJOKabupaten Sukoharjo memiliki banyak julukan, salah satunya yakni sebagai gudang tanaman herbal. Julukan tersebut tak lepas dari tagline lain sebagai Kota Jamu.

Potensi unggulan Sukoharjo sebagai penghasil tanaman herbal kemudian menjadikannya sebagai Kota Herbal maupun Kota Jamu.  Seperti diketahui Sukoharjo memiliki sentra industri jamu di wilayah Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Sukoharjo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sebagian besar perajin jamu merantau ke luar daerah sebagai pedagang jamu keliling. Di wilayah itu terdapat Pasar Jamu Nguter yang menjadi pusat transaksi jual beli jamu antara pedagang dengan pembeli.

Pada 2015, Sukoharjo ditetapkan sebagai Kabupaten Jamu. Pendeklarasian tersebut dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani di Alun-alun Kabupaten Sukoharjo, Rabu (1/4/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Belum Mandiri, Indonesia Bergantung Impor Bahan Baku Obat Bahan Alam

Hal tersebut ditindaklanjuti dengan pencanangan Sukoharjo sebagai destinasi wisata jamu pada 2019. Pencanangan dilakukan oleh Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, dengan pemukulan gong di halaman Gedung Setda Sukoharjo, Senin (18/3/2019).

Dari 250 pedagang yang ada, 33 di antaranya khusus berjualan jamu tradisional. Rata-rata seoorang pedagang menjual 10 hingga 30 jenis jamu, walaupun ada yang menjual sampai 75 jenis jamu.

Selain jamu, potensi unggulan Kabupaten Sukoharjo lainnya yaitu terdapat industri Jamur Lingzhi. Jamur Lingzhi ini memiliki warna merah hati dan berbentuk seperti kipas. Jamur yang memiliki khasiat ini diproduksi di Desa Kudu, Kecamatan Baki, Sukoharjo.

Dikutip dari portal.sukoharjokab.go.id, setiap tahunnya Sukoharjo menghasilkan 4.800 kilogram jamur dengan 1-10 tenaga kerja di sekitar desa. Jamur yang sudah diolah dan dikemas layaknya produk obat ini berkhasiat menyembuhkan penyakit.

Penyakit tersebut sampai penyakit yang kronis seperti kanker, jantung, stroke, darah tinggi, dan penyakit lainnya. Industri jamur lingzhi ini termasuk industri yang unik karena jarang ditemukan usaha serupa di tempat lain.

Baca juga: Langka di China, Akar Tunjuk Langit asal Jawa Tengah Diekspor ke Taiwan

Selain dua unggulan yang menjadi potensi dari Kabupaten Sukoharjo tersebut, terdapat juga potensi biofarmaka atau tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan. Biasanya dikonsumsi dari bagian taman seperti daun, batang, buah, dan umbi atau akar tanaman.

Potensi jamu di Sukoharjo tidak hanya dalam bentuk produk minuman jamu saja, tapi juga sumber jamu tersebut yang ditanam sendiri di Sukoharjo. Penanaman diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk perawatan kesehatan.

Dengan memanfaatkan lahan kering, bakal jamu ditanam di berbagai wilayah Sukharjo. Untuk menjaga dan meningkatkan eksistensi jamu sebagai warisan asli budaya Indonesia, Sukoharjo mengembangkan potensi ini karena industri jamu di Sukoharjo sudah terkenal menjadi pusat jamu di Indonesia.

Adapun biofarmaka yang ditanam yaitu kunir, lengkuas, jeruk nipis, lempuyang, temuireng, temulawak, temukunci, dan banyak lainnya. Tersebar di wilayah Sukoharjo seperti di Kecamatan Nguter, di Bulu, di Tawangsari, di Bendosari, dan sekitarnya.

Baca juga: 7 Tanaman Herbal Ini Dipercaya Mampu Halau Stres dan Cemas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya