SOLOPOS.COM - Ilustrasi kejahatan jalanan atau yang populer di jogja dengan sebutan klitih. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JOGJA — Persoalan aksi kekerasan yang dilakukan kelompok anak muda di Jogja atau biasa disebut klitih sudah menjadi masalah akut. Sampai-sampai tagar #jogjadaruratklitih sempat jadi trending topic di media sosial Twitter.

Salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) DIY, Hilmy Muhammad, menganggao permasalahan ini bisa berawal dari hubungan keluarga yang kurang harmonis, atau orang tua yang belum bisa menjadi tauladan yang baik. Seluruh pihak perlu bergerak bersama mengatasi masalah ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kalau dalam bahasa agama istilahnya fardlu. Dengan cara ini kita bisa membuat generasi kita lebih baik. Tidak ada cara untuk memperbaiki keluarga kecuali menanamkan kepada anak, pasangan, dan anggota keluarga kita untuk menjadi contoh atau panutan yang baik,” kata Gus Hilmy, panggilan akrabnya dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/1/2022).

Baca Juga: Dewan Usul Biaya Perawatan Korban Klitih Ditanggung Pemerintah

Agar bisa menjadi panutan, sambungnya, orang tua perlu memiliki sifat integritas yang tercermin dalam kejujuran, komitmen, dan amanah.

Sementara itu, Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) DIY mengadakan seminar bertajuk Penguatan Institusi Keluarga sebagai Langkah Awal Mencapai Masyarakat Jogja yang Tangguh di Gedung DPD RI DIY, Minggu (2/1/2022).

Wakil Ketua PWNU DIY, Fahmi Akbar Idries, mengatakan persoalan kriminalitas dan kekerasan yang sering terjadi Indonesia berakar dari keluarga. Hal ini menjadi tantangan bagi LKKNU.

“Tantangannya kemudian adalah pendidikan, komunikasi, dan transformasi. Bagaimana pendidikan dalam sebuah keluarga terpenuhi, bagaimana pola komunikasi di dalam keluarga, dan bagaimana LKKNU mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran kepesantrenan dalam bahasa yang lugas dan mudah diterima masyarakat,” kata Fahmi.

Baca Juga: Soal Trending Jogja Darurat Klitih, Polisi: Kita Kena Prank!

Tim Perumus Konsep Keluarga Maslahah PB LKKNU, Alissa Wahid, menyampaikan konsep Keluarga Maslahah An-Nahdliyyah (KMA) yang telah disusun oleh Perumus Konsep Keluarga Maslahah PB LKKNU. Layaknya sebuah bangunan rumah, keluarga maslahah harus memiliki fondasi, pilar, atap, dan kemudian mengisinya dengan suasana yang baik.

“Fondasinya adalah prinsip keadilan [mu’adalah], kesalingan [mubadalah], dan keseimbangan [muwazanah],” kata Alissa yang juga Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian.

Di bagian pilar rumah keluarga maslahah, perlu adanya perspektif zawaj (sejajar), mitsaqon gholidhon (komitmen), mu’asyarah bil ma’ruf (hubungan yang baik), musyawarah, dan taradlin (keridhaan). Sementara dari sisi atapnya, harus diisi dengan ragam perspektif dan kemaslahatan. Setelah bangunan itu terwujud utuh, maka suasana yang dibangun adalah sakinah, mawaddah, warahmah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya