SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas buruh tani di sawah. (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Solopos.com, KLATEN – Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten memperkirakan perputaran uang di sektor tani di kabupaten setempat per tahun mencapai triliunan rupiah.

Kepala DPKPP Klaten, Widiyanti, mengatakan potensi bisnis di sektor pertanian itu mulai dari persiapan sarana prasarana, pelaksanaan produksi, hingga proses pemasaran.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

"Dari aspek benih saja. Setahun itu [target] luas tanam 70.000 ha. Dengan luasan itu setidaknya butuh sampai 2.000 ton benih di Klaten. Dari benih saja dalam setahun itu bisa sampai Rp2 miliar," kata Widiyanti saat ditemui di DPRD Klaten, Rabu (2/9/2020).

Skill Edit Video Berkelas, Aqila Kafi Sampai Curi Perhatian Reza Arap

Ekspedisi Mudik 2024

Potensi bisnis lain bidang pertanian seperti pembuatan bibit, jasa tanam menggunakan transplanter, hingga pascapanen. Dari aspek pascapanen, potensi yang ada yakni dalam hal pengemasan serta pemasaran.

"Jika berbicara khusus padi saja, dalam setahun uang yang beredar sudah triliunan rupiah. Nilai itu kami tidak berhitung pada pupuk anorganik. Jadi sebenarnya sektor pertanian sangat potensial. Harapan kami fee dari aspek bisnis sektor pertanian bisa dinikmati masyarakat Klaten. Misalkan petani cari benih tidak harus keluar dari Klaten," kata Widiyanti.

Widiyanti berharap masyarakat Klaten termasuk kalangan milenial serta Badan Usaha Milik (BUM) desa menggarap potensi bisnis itu, agar perputaran uang di sektor pertanian tetap dinikmati warga Kabupaten Bersinar.

Subsidi Gaji Karyawan Rp600.000/Bulan Berpotensi Diteruskan

Soal desa yang mulai melirik potensi di sektor pertanian, Widiyanti menuturkan sudah ada sejumlah desa seperti di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten.

Disinggung upaya DPKPP agar pasar potensi bisnis di sektor pertanian bisa dikelola di Klaten, Widiyanti menjelaskan masih merintis dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) untuk mendapatkan potensi dari pemasaran benih padi.

"Kami coba melalui KTNA dengan proses pemasaran dulu untuk membangun jaringan. Ketika jaringan sudah ada, kemudian bergerak pada penangkaran benih," urai dia.

Mengolah Terlebih Dahulu Hasil Produksi Padi

Disinggung agar petani bisa meningkatkan nilai pendapatan mereka dari hasil produksi padi, Widiyanti mengatakan bisa dilakukan dengan mengolah terlebih dahulu hasil produksi padi.

Sayangnya, kebanyakan petani memilih menjual hasil produksi padi mereka ke penebas.

15 Liang Makam Khusus Korban Covid-19 di Sragen Baru Terisi 1, Yang Lain Ke Mana?

"Kalau ke penebas memang lebih simpel langsung dapat uang. Di samping itu juga mungkin di rumah tidak ada lantai jemur. Itu permasalahannya. Sebenarnya kalau bisa dibawa pulang dan diolah terlebih dahulu sebelum dijual hasilnya, selisih keuntungannya itu Rp1 juta sampai Rp2 juta," ungkap dia.

"Ini yang menjadi tantangan kami. Kalau mau meningkatkan kesejahteraan [di sektor pertanian], kita harus berorientasi pada aspek bisnisnya. Yang jelas potensi bisnis pertanian besar,” tambah Widiyanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya