SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak muda. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Jumlah sandwich generation di Indonesia diprediksi bakal kian bertambah banyak seiring penurunan status Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah bawah.

Siapa sebenarnya sandwich generation ini? Kelompok ini adalah mereka yang harus memenuhi kebutuhan pribadi atau anak sekaligus kebutuhan orang tua yang sudah lanjut usia (lansia).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Istilah sandwich generation atau generasi sandwich kali pertama dikemukakan pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada 1981. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan orang-orang di usia paruh baya (middle age) yang terjepit (sandwiched) dalam memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan juga orang tuanya dari mulai kebutuhan finansial sehari-hari hingga kesehatan secara bersamaan.

Berdasarkan survei Pew Research Center pada 2013 disebutkan hampir 47% orang-orang yang berusia 40-50 tahun memiliki orang tua yang berusia 65 tahun atau lebih dan juga sedang membesarkan anak yang berusia 18 tahun atau lebih. Sekitar 15% di antaranya bertanggung jawab terhadap kebutuhan finansial orang tua dan anak mereka.

Baca Juga: Beli Saham Bukalapak Investor akan Untung? Ini Analisis Mantan Bos BEI

Di Indonesia belum ada data pasti jumlah sandwich generation. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Penduduk Lanjut Usia 2017 bisa memberikan sedikit gambaran. Sumber pembiayaan rumah tangga lansia terbesar berasal dari anggota rumah tangga (ART) yang bekerja. BPS mencatat ekonomi rumah tangga lansia 77,82% ditopang ART yang bekerja. Sisanya 14,97% dari kiriman uang atau barang, 6,46% dari dana pensiun, dan 0,76% dari investasi.

Dari seluruh rumah tangga lansia dengan sumber pembiayaan terbesar dari ART yang bekerja, 50,94% penanggung pembiayaan terbesar adalah lansia. Sisanya pembiayaan terbesar ditanggung ART lainnya yang bekerja seperti anak atau anggota keluarga lainnya.

Menurut perencana keuangan OneShildt M. Andoko, salah satu faktor pemicu timbulnya sandwich generation adalah orang tua yang kurang bisa menyisihkan sebagian uang sebagai simpanan dana pensiun yang menjadi beban untuk anak mereka. Dia menilai tidak terlalu banyak orang yang memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup bagaimana mengelola keuangan mereka.

”Sering kali diundang untuk [seminar] persiapan pensiun di beberapa perusahaan, ternyata faktanya mereka baru mempersiapkan masa pensiun pada 2-3 tahun sebelum pensiun, atau bahkan 1 tahun sebelumnya,” tutur Andoko sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, Minggu (9/6/2019).

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan penurunan status Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah bawah memiliki dampak negatif. Salah satuya adalah makin banyaknya sandwich generation.

Baca Juga: Tak Perlu Repot, Atur Keuangan Anda Dengan 5 Aplikasi Ini

Dengan perlindungan sosial dari negara yang kecil dan pendapatan rata-rata tak mengalami kenaikan yang signifikan, kehidupan masyarakat bakal sulit berubah lebih baik.

“Tidak ada kenaikan kualitas hidup warga Indonesia secara umum, baik dalam hal kesehatan maupun pendidikan. Jadi, kita akan stuck [tidak bergerak] dan berpengaruh pada kesejahteraan mereka yang masuk usia tua,” katanya saat dihubungi, Kamis (8/7/2021) seperti dilansir Bisnis.com.

Bhima menjelaskan bahwa ini mengancam anak muda atau generasi milenial (kelompok lahir pada 1990-2000) dan Z (lahir 2000 ke atas) sehingga masuk sebagai sandwich generation.

“Ini adalah generasi yang harus menanggung beban keuangan orang tuanya karena masuk usia pensiun sementara dia juga harus menanggung beban keluarga kecilnya. Generasi milenial dan Z harus bersiap menjadi itu,” jelasnya.

Perencanaan Keuangan

Andoko menyebut perencanaan yang matang adalah kunci untuk memutus rantai generasi sandwich. Memutus rantai bukan berarti menghentikan dukungan finansial untuk orang tua karena bagaimanapun orang tua juga menjadi kewajiban.

Yang harus dilakukan adalah memulai menata tujuan keuangan di masa akan datang. Menghitung dengan cermat antara beban biaya hidup sehari-hari dan biaya hidup saat pensiun akan membuat hari senja menjadi lebih bernilai tanpa membebani anak-anak di kemudian hari.

Dia melanjutkan semakin menunda untuk merencanakan masa tua semakin besar pula beban persentase investasi setiap tahunnya untuk mencapai target masa tua seperti yang diinginkan. Belum lagi jika harus menanggung biaya kehidupan orang tua dan juga anak-anak.

Menurut dia, sudah saatnya generasi saat ini harus cerdas mengelola cashflow, memulai menata persiapan pensiun, juga memiliki asuransi kesehatan untuk mengurangi beban di masa setelah pensiun.

Baca Juga: Indonesia Turun Status Jadi Negara Menengah ke Bawah,  Generasi Sandwich Kian Banyak ?

Perencana keuangan Budi Rahardjo menyebutkan sejumlah hal agar milenial yang belum berkeluarga tidak terjebak menjadi sandwich generation. Langkah pertama adalah mengidentifikasi jumlah penghasilan dan kebutuhan.

Berapa uang yang perlu disisihkan untuk orang tua dan uang untuk kebutuhan pribadi, serta berapa banyak porsi investasinya. “Dia harus mengatur prioritas. Kalau situasi keuangannya tidak memungkinkan, tetap harus prioritas yang penting,” ujar dia.

Setelah menyusun anggaran, jangan lupa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai investasi sesuai kebutuhan. Perencana keuangan ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie menyebutkan seseorang yang tidak memperhitungkan kebutuhan premier dengan baik, bahkan mendahulukan keinginan-keingainan yang bersifat tersier bisa terjebak menjadi sandwich generation. Kondisi itu bisa diperparah bila yang bersangkutan tidak memiliki asuransi kesehatan.

Apabila hal tersebut benar-benar terjadi, generasi sandwich memiliki tantangan yang berat lantaran memiliki potensi terkurasnya keuangan karena kesulitan untuk mengelola hidup di masa sekarang dan masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya