SOLOPOS.COM - Ratusan motor parkir di depan Pasar Gabugan, Tanon, Sragen, karena pengunjung naik saat momentum prepekan jelang Lebaran, Selasa (11/5/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN - Dalam tradisi menjelang Lebaran di wilayah Sragen ada istilah yang dikenal dengan sebutan prepekan. Tradisi prepekan itu adalah tradisi orang Jawa berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan saat Lebaran. Tradisi tersebut hanya berlangsung 1-2 hari sebelum hari H Lebaran.

Fenomena sosial tersebut mengakibatkan pengunjung di pasar tradisional meluap. Seperti di Pasar Bunder Sragen, jumlah pengunjung naik 80%-85%. Di Pasar Gabugan, Tanon, pengunjung naik 40%. Kemudian di Pasar Gemolong naik sampai 50%. Meningkatnya jumlah pengunjung pasar tersebut sering kali mengakibatkan kepadatan lalu lintas di seputaran pasar tradisional.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Libur Lebaran 2021, Ini Jasa Pengiriman yang Tetap Beroperasi

Ketua Pengelola Pasar Bunder Sragen, Sugino, mengenal tradisi prepekan itu sejak masih kecil. Sugino mendefinisikan prepekan adalah suatu kebiasaan warga yang berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan saat Lebaran. Tradisi itu, bagi Sugino, berdampak pada ramainya aktivitas jual beli di pasar karena jumlah pengunjung naik signifikan. Selain itu, Sugino melihat sejak dua tahun terakhir ada tambahan fenomena penjual longsong ketupat yang dibuat dari janur yang bersifat musiman di luar pasar.

“Di Pasar Bunder pengunjung naik 80%-85% daripada hari biasa. Prepekan itu biasanya hanya dua hari sebelum Lebaran, yakni dimulai hari ini, Selasa (11/5/2021) sampai Rabu (12/5/2021) besok. Puncak pengunjung itu terjadi pada pagi dan sore karena saat siang hari panas. Dalam sehari itu pengunjung mencapai 1.000-2.000 orang,” ujar Sugino saat dihubungi Solopos.com, Selasa siang.

Para pengunjung pasar biasanya membeli sembilan bahan pokok (sembako) roti dan kebutuhan lainnya, termasuk kebutuhan pakaian baru. Penjual longsong ketupat musiman itu, kata dia, biasanya terjadi setelah Lebaran tetapi sejak dua Lebaran terakhir mulai ada saat hari prepekan itu.

“Karena pengunjung naik, kami memantau aktivitas pasar lewat kamera CCTV [close circuit television] sepanjang hari. Kadang juga terjun keliling pasar untuk mengingatkan pedagang dan pengunjung tentang protokol kesehatan,” ujarnya.

Seorang tukang parkir di Pasar Gabugan, Tanon, Sragen, Syaiful, 32, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa siang, juga merasakan tradisi prepekan itu. Laki-laki asal Jumeneng, Padas, Tanon, itu dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan sampai Rp150.000 karena pengunjung naik signifikan.

Baca Juga: Jangan Sembrono Makan! 5 Penyakit Ini Rentan Muncul Pasca Lebaran

“Pengunjung naik sampai 40%-45%. Yang paling banyak saat pagi hari. Kami sampai kewalahan mengatur parkirnya. Apalagi saat ini bersamaan dengan pasaran Pahing yang merupakan pasarannya Pasar Gabugan,” ujarnya.

Di Pasar Gabugan juga ditemukan beberapa pedagang yang jualan longsong ketupat di depan pintu masuk pasar. Pedagang longsong ketupat juga dijumpai di Pasar Gemolong, Sragen. Seorang tukang parkir di pasar itu, Hariyanto, 33, menyampaikan pengunjung Pasar Gemolong naik 50% dari hari biasa saat prepekan jelang Lebaran.

“Jalan di sebelah selatan pasar ini cukup sempit. Karena banyak pengunjung maka arus lalu lintas menjadi padat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya