SOLOPOS.COM - Kesenian Ebeg Banyumas. (Istimewa/Wikipedia)

Solopos.com, BANYUMASKesenian ebeg merupakan salah satu kesenian tradisional di Banyumas, Jawa Tengah. Sebagai pertunjukan yang selalu mendapat apresiasi masyarakat, kesenian ini biasanya kerap digelar di lapangan desa atau tempat-tempat lapang lain di sudut-sudut desa.

Kata ebeg ini biasa dikenal di wilayah Banyumas, sedangkan di daerah lain dikenal dengan nama lain seperti kuda lumping, jathilan, jaran dhor, atau barongan. Maka dari itu, tari tradisional ini properti utamanya berupa kuda kepang atau anyaman bambu yang dibentuk seperti kuda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kesenian ebeg termasuk dalam seni tari tradisional yang bercerita tentang ksatria yang berlatih perang. Kesenian ini telah berkembang sejak meletusnya Perang Diponegoro (de java oorlog, 1925-1930).

Pemain ebeg biasanya terdiri dari 5-8 personel yang menari dengan diiringi gamelan. Tarian ini sejatinya melambangkan dukungan rakyat terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan imperialisme kolonial Belanda.

Pada pementasannya, tari ebeg terdiri dari empat pembabakan atau fragmen. Masing-masing berupa fragmen buto lawas yang dilakukan dua kali, fragmen senterewe, dan fragmen begon putri.

Tarian ebeg tidak memerlukan teknik koreografi yang rumit, tetapi penarinya dituntut untuk bergerak secara selaras dan kompak satu sama lain sesuai ritme alunan musik gamelan.

Kesenian ebeg mulai dipentaskan setelah waktu Zuhur atau sekitar pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Tarian ini dipentaskan di tempat yang lapang dan terbuka.

Peralatan penunjang kesenian ini antara lain Gendhing pengiring, terdiri dari kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain itu, instrumen yang digunakan penari antara lain kostum dan kuda yang terbuat dari bambu (ebeg).

Sesaji atau uba rampe yang disediakan untuk pertunjukan ini antara lain bunga-bungaan, pisang, kelapa muda (degan), jajanan pasar, dan lainnya.

Lagu yang dimainkan guna mengiringi kesenian ebeg ini merupakan lagu-lagu Banyumasan berlogat khas ngapak seperti Ricik-Ricik, Tole-Tole, Waru Doyong, Sekar Gadung Gudril, Blendrong, Lung Gadung, Cebonan, dan sebagainya.

Penari ebeg tersusun berdasarkan formasi 1 orang sebagai penthul-tembem (pemimpin atau dalang) dan tujuh orang sebagai pemain gamelan (niyaga). Penthul-tembem (pemimpin) memiliki tanda khusus yaitu memakai topeng.

Masyarakat banyak yang mengaitkan kesenian ini dengan hal-hal yang bersifat magis mengingat dalam salah fragmen tertentu, penari mengalami kerasukan dan hilang akal.

Ketika para penari mulai kesurupan, tanpa sadar mereka memakan pecahan kaca, bara api dan benda benda berbahaya lainnya, makan dedaunan yang belum matang, dedhek/kathul atau pakan ternak.

Selanjutnya mengupas serabut kelapa dengan gigi, lalu memakannya, serta bertingkah sepeti monyet, ular, dan lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai simbol kakuatannya satria.

Namun justru inilah yang menjadi ciri khas Ebeg Banyumasan dibandingkan seni kuda lumping dari daerah lain. Terkadang orang yang kesurupan menari di depan pemain musik dan meminta dimainkan musik yang bagus. Jika musik berhenti maka pemain akan berhenti menari.

Tidak semua pertunjukan ebeg benar-benar terjadi kesurupan. Beberapa kelompok ebeg ada yang hanya berpura-pura kesurupan atau akting seolah-olah mereka sedang kesurupan agar tampak heboh.

Perlu diketahui, tidak hanya pemain ebeg yang bisa kesurupan, melainkan para penonton juga ikut kesurupan sehingga semakin memeriahkan pementasan Ebeg. Oleh karena itu, dalam kesenian ini terdapat yang namanya penimbun atau orang yang menyembuhkan sekaligus membuang ruh ghaib dari tubuh para penari.

Penimbun beraksi untuk menyembuhkan pemain yang mengalami kesurupan pada fragmen terakhir. Penimbun merupakan tokoh masyarakat setempat yang ahli dalam menyembuhkan gangguan ruh-ruh halus.

Para penari mengalami kesurupan sebagai efek yang ditimbulkan akibat pembakaran kemenyan yang menjadi syarat pementasan untuk persembahan kepada para arwah maupun penguasa makhluk halus disekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya