SOLOPOS.COM - Ketua Paguyuban Batik Semarang, Eko Hariyanto, saat menunjukkan batik khas Semarang di rumahnya, beberapa waktu lalu. (Dok. Solopos.com-Imam Yuda Saputra)

Solopos.com, SEMARANG — Kota Semarang di Jawa Tengah (Jateng) memang bukanlah surga bagi perajin batik. Meski demikian, layaknya daerah lain di Jawa Tengah (Jateng), Kota Semarang juga memiliki motif kain batik yang menjadi ciri khas daerah tersebut.

Keberadaan industri batik di Kota Semarang sebenarnya sudah sejak zaman kolonial Belanda. Konon, munculnya batik di Kota Semarang dipengaruhi dengan munculnya batik yang dibawa oleh orang-orang Belanda atau batik Belanda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Batik Belanda merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut jenis motif batik dengan percampuran budaya Belanda yang tumbuh dan berkembang antara tahun 1840-1940. Konon, masuknya batik Belanda inilah yang mendorong masyarakat Semarang untuk membuat batik khas sendiri, yang diberi nama batik semarangan.

Meski demikian, menurut Ketua Paguyuban Pembatik Kampung Batik Semarang, Eko Hariyanto, batik semarangan sebenarnya sudah ada sejak zaman bupati pertama Semarang, Ki Ageng Pandan Arang. Bukti bahwa adanya batik semarangan pun ada di Museum Den Haag Belanda dan Musem Los Angles di Amerika Serikat. Kedua museum itu, ia klaim memilik koleksi batik semarangan. Dulunya, batik semarangan dibuat oleh masyarakat di lereng Gunung Ungaran.

Eko mengaku saat ini batik khas Semarang yang paling banyak diminati adalah yang bercorak kontemporer dengan motif ikonik seperti Lawang Sewu maupun Warak Ngendog. Meski demikian, motif batik semarangan sebenarnya bukan hanya sebatas gambar bangunan-bangunan yang menjadi ikon Kota Semarang.

“Memang kalau wisatawan ke sini [Kampung Batik Semarang] yang paling dicari motif yang menunjukkan ikon Kota Semarang. Tapi, motif batik khas Semarang sebenarnya bukan hanya sebatas itu. Ada yang motif naturalis juga seperti gambar flora dan fauna, pohon, dan lain-lain,” jelas Eko saat dijumpai Solopos.com di rumahnya yang terletak di Kampung Batik Semarang, kawasan Bubakan, Kota Semarang, beberapa waktu lalu.

Menurut Eko, motif batik semarangan sebenarnya sudah ada sejak masa kolonial Belanda, sekitar tahun 1890-an. Motif batik Semarang memang berbeda dengan batik Solo dan Jogja yang dipengaruhi budaya keraton sehingga memiliki filosofi dan tidak sembarang orang bisa memakainya.

Batik Pesisir

batik khas semarang
Ilustrasi batik khas Semarang. (visitjawatengah.jatengprov.go.id)

Batik semarangan, lanjut Eko, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan batik daerah pesisir pada umumnya seperti Pekalongan maupun Lasem di Rembang. Coraknya dipengaruhi akulturasi budaya Tionghoa, seperti warna yang lebih mencolok dan motif flora fauna, seperti burung hao, kupu-kupu, burung blekok, hingga buah asam.

“Ada juga motif perpaduan antara bambu, yang mencirikan kebudayaan masyarakat Tionghoa dan parang, khas batik dari Solo-Jogja. Itu merupakan akulturasi budaya yang ada di Semarang yang ditampilkan dalam batik khas Semarang,” terang Eko.

Kendati demikian, Eko tidak mempermasalahkan jika banyak wisatawan yang lebih gemar dengan batik bermotif ikon Kota Semarang, seperti Tugu Muda maupun Lawangsewu.

Meski demikian, ia berharap banyaknya permintaan itu tidak membuat eksistensi batik khas Semarang luntur. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya permintaan, perajin maupun pedagang batik di Semarang akan kelabakan memenuhi. Alhasil, mereka pun akan menyuplai batik dari Pekalongan maupun daerah lain yang memiliki jumlah perajin lebih banyak.

Padahal, menurut Eko, filosofi dari batik khas Semarang adalah batik yang diproduksi oleh warga Kota Semarang, di Semarang, dengan motif atau ikon Kota Semarang.

“Kalau dibuat oleh perajin dari luar Semarang, di luar Kota Semarang, namanya bukan lagi batik Semarang. Hanya saja dijualnya di Kota Semarang,” tegas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya