SOLOPOS.COM - Ilustrasi identitas gender (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Identitas gender yang sangat beragam tak hanya dikenal di negara-negara maju, melainkan juga di Bugis, Sulawesi Selatan. Selama ini mungkin kita hanya mengenal non-biner seperti yang sudah dikenalkan penyanyi Demi Lovato.

Apa sajakah identitas gender yang diakui masyarakat Bugis? Berdasarkan hasil penelitian seorang antropolog Australia, Sharyn Graham, yang diterbitkan dalam buku berjudul Challenging Gender Norms: Five Genders Among Bugis in Indonesia, terungkap fakta mengenai adanya pengakuan atas  lima identitas gender oleh Suku Bugis, Sulawesi Selatan. Awalnya ia sempat kaget dengan kekayaan identitas gender yang berlaku di masyarakat Bugis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal ini dikarenakan di negara asalnya, Australia, ia hanya mengenal dua gender yaitu perempuan dan laki-laki, yang juga berpasangan dengan dua jenis jenis kelamin secara biologis yaitu perempuan dan laki-laki juga. Sementara Suku Bugis mengakui tiga jenis status biologis (seks) yaitu perempuan (female), laki-laki (male) dan hermafrodit, serta lima identitas gender yaitu perempuan, laki-laki, calabai, calalai, dan bissu.

Baca Juga: Pengakuan Demi Lovato: Bukan Pria atau Wanita, Tapi Non-Biner

Selain laki-laki dan perempuan, ada tiga jenis identitas gender lainnya di Bugis yaitu bissu, calabai, dan calalai. Lalu, apa perbedaannya?

Mengutip berbagai sumber, Kamis (20/5/2021), berikut ini definisi tiga identitas gender di Bugis:

1. Bissu

Bissu merupakan salah satu identitas gender di Bugis. Bagi masyarakat Bugis, bissu dianggap sebagai figur spiritual vital yang menghubungkan manusia dengan dewa. Karena itulah, bissu merupakan kombinasi dari dua gender. Untuk menjadi seorang bissu, jika ia lahir sebagai dengan jenis kelamin laki-laki maka ia memiliki gender (pribadi) perempuan, begitu juga sebaliknya.

Kombinasi ini merujuk pada makna filosofis yang dianut oleh masyarakat Bugis kuno yang mengacu pada nama naskah klasik La Galigo. I La Galigo memuat makna simbolik di mana ikon manusia sempurna sekaligus penyelamat masyarakat didahului dengan simbol “Perempuan” baru kemudian simbol “Laki-laki.” Secara harfiah, ungkapan tersebut berarti manusia sempurna adalah manusia yang memiliki unsur keperempuanan dan kelaki-lakian secara seimbang dan adil.

Baca Juga: Identitas Gender Non-Biner Sangat Beragam, Ini Jenis-Jenisnya

Peran bissu ini menjadikannya sebagai orang yang memiliki bahasanya sendiri yang juga diyakini sebagai bahasa orang-orang langit. Bahkan di masa lalu, ketika masih berbentuk kerajaan, bissu kerap diberikan kepercayaan oleh raja untuk menjaga dan melindungi arajang (pusaka kerajaan).

2. Calalai

Identitas gender di Bugis berikutnya adalah calalai. Calalai adalah seseorang dengan tubuh biologis perempuan namun mengambil peran dan fungsi laki-laki. Misalnya, Sharyn  menceritakan tentang seorang calalai bernama Rani (nama samaran). Rani sehari-hari bekerja sebagai tukang besi, ia terbiasa membuat peralatan logam seperti keris, pisau, pedang, dan lainnya. Rani juga menggunakan kain sarung dan pakaian laki-laki. Ia tinggal bersama istrinya dan anak-anak yang mereka adopsi.

Rani terbiasa bekerja bersama laki-laki lain, berpakaian sebagai laki-laki, merokok, dan berjalan sendiri pada malam hari. Kebiasaan yang tak lazim dilakukan oleh para perempuan. Uniknya, Rani tidak dianggap sebagai laki-laki. Ia juga tidak berharap menjadi seorang laki-laki. Rani adalah seorang calalai.

Baca Juga: Benarkah Mi Shirataki Cocok untuk Program Diet? Simak Faktanya

3. Calabai

Identitas gender di Bugis berikutnya adalah calabai. Calabai adalah orang yang dilahirkan dengan anatomi tubuh laki-laki tetapi dalam kehidupan keseharian berperilaku sebagai perempuan. Meskipun demikian, mereka tidak menganggap dirinya sebagai perempuan, juga tidak dianggap sebagai perempuan oleh masyarakat.

Calabai juga mempunyai tugasnya sendiri, misalnya dalam mempersiapkan pesta pernikahan. Ketika tanggal pernikahan telah disepakati, keluarga mempelai akan merundingkan rencana pernikahan dengan calabai. Calabai kemudian bertanggungjawab atas banyak hal seperti mempersiapkan dan mendekorasi tenda, menyiapkan gaun pengantin baik bagi pengantin perempuan maupun laki-laki, mempersiapkan makanan, dan lainnya. Pada hari ketika pesta berlangsung, calabai akan tinggal di dapur untuk mempersiapkan makanan, sementara calabai yang lain bertugas untuk menunjukkan tempat bagi tamu undangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya