SOLOPOS.COM - Ilustrasi internet (Dok/JIBI/Solopos)

Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB dan PB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) selama September-November 2017 mengadakan penelitian.

Solopos.com, SUKOHARJO — Saat mencari pengetahuan tentang agama Islam, cara berwudlu misalnya, netizen lebih suka meng-klik atau mengakses website Islam unaffiliated dibandingkan website mainstream dan kontemporer.

Promosi Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan 1.000 Paket Sembako di Bali

Para pengguna Internet lebih banyak mengunjungi website Islam unaffiliated atau yang tidak terikat organisasi tertentu dibandingkan website mainstream dan kontemporer. Contoh website Islam unaffiliated adalah Portal Islam, Era Muslim, VOA-Islam, Muslim Moderat, Arrahmah, Thoriquna, Dakwatuna, Harian Amanah, dan Islam Pos.

Yang termasuk website mainstream adalah milik NU, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Wathan, sementara yang kontemporer adalah FUI, Hidayatullah, MTA, dan lainnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan kondisi ini maka tokoh paling populer di kalangan warganet adalah pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Bachtiar Nasir.

Mereka mampu mengungguli popularitas mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

Hal itu terungkap dari hasil penelitian Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB dan PB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) selama September-November 2017. Hasil penelitian PSB dan PB ini disampaikan dalam Diseminasi Hasil Penelitian Radikalisme dalam Website dan Media Sosial di Gedung Induk Siti Walidah UMS, Pabelan, Kartosuro, Sukoharjo, Senin (27/11/2017).

Koordinator Tim Peneliti PSB dan PB UMS, Yayah Khisbiyah, mengatakan penelitian menyasar 17 website organisasi Islam yang dianggap mewakili kategori mainstream, kontemporer, dan unaffiliated.

“Berdasarkan hasil penelitian ternyata netizen atau warganet dalam mencari sumber berita masalah Islam, semisal Salat Idul Fitri, cara berwudlu, lebih memilih website unaffiliated,” katanya kepada Solopos.com seusai acara.

Lugas dan Tak Rumit

Alasannya bahasa yang digunakan lugas dan tidak rumit sehingga mudah dimengerti dibandingkan dengan portal milik NU dan Muhammadiyah yang menggunakan bahasa terlalu tinggi untuk kalangan umum.

Dari hasil penelitian terungkap jumlah pengunjung portal Era Muslim tercatat sebanyak 9,5 juta, sedangkan NU online hanya 2,1 juta.

“Karena yang sering dibuka adalah portal website unaffiliated maka tokoh yang populer adalah Habib Rizieq,” kata dia.

Untuk itu, Yayah yang juga Direktur Eksekutif PSB dan PB UMS mengimbau NU dan Muhammadiyah memperbaiki cara dakwah di media online agar lebih mudah diterima masyarakat, terutama generasi muda.

“NU dan Muhammadiyah agar meningkatkan kualitas konten yang memberikan nilai-nilai keadilan, perdamaian, serta resolusi konflik tanpa kekerasan,” sarannya.

Sementara itu, salah seorang peneliti dari PSB dan PB, Yeni Prastiwi, mengungkapkan pengertian radikalisme dalam penelitian tidak mengarah kepada terorisme. “Radikalisme dalam arti menginginkan perubahan yang ekstrem,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya