SOLOPOS.COM - Produsen mentho, Sri Bekti, menunjukkan produk olahannya di rumahnya Dukuh Ngancar, Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono, Sabtu (9/10/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan

Solopos.com, BOYOLALIMentho cukup mudah ditemui di hik di kampung-kampung Boyolali. Ia akrab disantap bersama dengan sambal tumpang. Kini, mentho bertansformasi menjadi camilan yang bisa dinikmati perantau asal Boyolali luar kota bahkan luar negeri.

Awalnya, mentho atau kalau di Solo disebut sebagai lentho, memiliki dua jenis yakni mentho dari bahan singkong, kelapa, dan kacang tholo. Sedangkan, lainnya berbahan tepung dan kacang tanah. Mentho dari singkong biasanya tak tahan lebih dari 24 jam. Makanan ini diolah dengan cara digoreng.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Perjalanan mentho singkong bisa ditemukan dari kisah Sri Bekti, pengrajin mentho dari Dukuh Ngancar, Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Yang ia ingat dari cerita orang tuanya, usaha mentho dimulai sejak 1937 di kampung yang kini ia tempati. Kini, ia melanjutkan usaha orang tua membikin mentho meski tak lagi pakai singkong.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Penyelidikan Irigasi Memerah di Ngreden Klaten, Polisi: Ada Zat Kimiawi

Saat dirinya masih kecil, ia ingat betul orang tuanya kerap membikin mentho dengan jumlah banyak. Mentho itu dipikul ke Pasar Sunggingan di Boyolali sekitar 12 kilometer. Kadang, banyak juga penjual mentho mengantre naik angkutan umum sehingga gapura di tepi kampung kerap disebut sebagai gapura mentho.

“Semua produsen mentho di sini masih satu keluarga. Di RT ini ada empat keluarga dan cuma keluarga ini saja yang bikin mentho,” kata Sri Bekti, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (9/10/2021).

Apabila ayahnya menjual mentho ke pasar, ibunya menjual tepung dari sari pati singkong ini ke pasar tak jauh dari rumahnya. Namun, kini, ia tak lagi membikin mentho pohung. Ia fokus memproduksi mentho dari tepung dan kacang tanah.

Baca Juga: Panen Ikan Tandai Pengeringan Saluran Colo Wonogiri

“Dulu dari pohung. Sekarang gandung lebih renyah, kemripik. Pohung enggak tahan sehari. Sekarang bisa berbulan-bulan,” kata dia.

Tak hanya itu, ia juga kini tak lagi menggunakan lumpang untuk menumbuk bahan-bahannya. Kini ia menggulangan mesin penggiling untuk memecah kacang tanah.

Mentho kini lebih banyak dipasarkan untuk oleh-oleh. Sebelum pandemi, ia bisa membikin mentho 20-25 tepung. Namun, kini ia hanya bisa membikin 5 kilogram saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya