SOLOPOS.COM - Ilustrasi Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Klaster keagamaan menjadi klaster yang cukup besar di Indonesia. Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperlihatkan dari 17 klaster tempat ibadah dan kegiatan keagamaan ada 236 orang positif Covid-19. Jumlah ini belum termasuk klaster takziah dan tahlilan serta asrama dan pesantren.

Klaster itu merupakan hasil penelusuran kontak (contact tracing) terhadap pasien positif Covid-19. Pada prosesnya, penelusuran ini menghasilkan apa yang disebut sebagai generasi penularan. Secara sederhana generasi penularan bisa digambarkan seperti sebuah pohon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mula-mula seseorang yang dinyatakan positif Covid-19 akan ditanyai terkait siapa saja yang menjadi kontak erat, di mana, kapan, untuk penelusuran lanjutan. Seseorang ini dinamai sebagai index cases atau primary cases atau kasus pertama. Dalam generasi penularan kelompok ini dimasukkan sebagai generasi 0.

Penelusuran itu ternyata menemukan sejumlah orang tertular dari generasi 0. Pasien tertular dari generasi 0 ini lantas dinamai sebagai generasi 1. Penelusuran tak berhenti sampai di sini.

Petugas akan menelusuri lagi siapa saja yang menjadi kontak erat generasi 1. Bisa jadi ia bertemu kerabat di kantor, di rumah, atau tempat-tempat lain. Orang-orang yang tertular dari generasi 1 ini dikelompokkan sebagai generasi 2. Proses serupa juga berjalan untuk menemukan orang-orang tertular di generasi 3.

“Dalam penelusuran, durasi minimal 15 menit, frekuensi berapa kali, memakai masker atau tidak akan mempengaruhi [hasil]. Seseorang tertular mungkin dia bukan generasi 1 tapi 2 atau 3 yang terjadi sebelumnya,” kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dewi Nur Asiyah, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Rabu (25/11/2020).

Ini Alasannya Tidak Boleh Makan Saat Emosi Dan Stres

Seminar Bisnis

Dalam realita, generasi penelusuran ini ditemukan dalam klaster-klaster kegiatan keagamaan. Di Bogor, misalnya ada sidang GBIP Sinode pada 28-29 Februari 2020 yang dihadiri sekitar 685 orang. Penelusuran kontak hingga generasi 3 menemukan ada 24 kasus positif Covid-19 tersebar di lima provinsi.

“Kasus ini bukan semua yang datang ke acara. 60 persen dari keluarga atau kerabat yang tidak ikut acara tapi tertular dari anggota keluarga yang hadir ke acara tersebut,” ujar Dewi.

Klaster lain misalnya seminar bisnis tanpa riba di Bogor pada 25-28 Februari 2020 yang dihadiri sekitar 200 orang. Klaster ini menimbulkan 24 kasus di tujuh provinsi termasuk 3 orang di antaranya meninggal dunia. Dari klaster ini ditemukan 40 persen kasus merupakan keluarga atau kerabat yang tidak ikut acara.

Lalu, ada pula pertemuan di Gereja Bethel Lembang pada awal Maret 2020 yang dihadiri sekitar 637 orang. Penelusuran kontak dari klaster ini menemukan 226 orang terinfeksi Covid-19. “Jadi memang cukup tinggi di sini. Asal provinsi belum ketemu di mana saja. Penularan terjadi karena jabat tangan dengan jemaah,” kata Dewi.

Terakhir, ada kegiatan Ijtima Ulama di Gowa. Meski acara batal dilaksanakan, perjalanan orang-orang yang berniat menghadiri sudah terjadi. Perjalanan terjadi pada 8-29 Maret 2020 melibatkan sekitar 8.761 orang dari dalam dan luar negeri.

Dari klaster Gowa menemukan 1.248 orang tertular di 20 provinsi. Penelusuran ini dilakukan hingga generasi 3. Di Nusa Tenggara Barat ada 283 orang, Jawa Tengah 231 orang, Kalimantan Timur 190 orang, Kalimantan Selatan 137 orang, Papua Barat 102 orang, dan lainnya. “Ternyata lagi-lagi ada orang yang berkumpul dalam jumlah besar meningkatkan risiko penularan dan mulai menyebar ke daerah-daerah lain,” tutur dia.

Ustaz Ini Ceramah Tumpeng Itu Hindu, Ini Respons Kaesang

Klaster Asrama dan Ponpes

Selain itu ada pula klaster Pondok Pesantren Temboro dengan jumlah kasus 193 orang di 14 kabupaten/kota di 6 provinsi bahkan hingga luar negeri.

Tak hanya itu, data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan pada ditemukan ada 8 klaster asrama dan pesantren dengan jumlah kasus 514 orang. Selain itu, ada pula klaster rumah ibadah dan kegiatan keagamaan sebanyak 17 klaster dengan 236 orang terinfeksi Covid-19.

Dewi mengajak masyarakat pentingnya disiplin protokol 3M demi mencegah penularan Covid-19 di klaster kegiatan keagamaan. Jemaah dan pengelola tempat ibadah memastikan kedisiplinan memakai masker, menyediakan sarana cuci tangan, dan mengatur jarak di tempat ibadah.

Pengelola tempat ibadah juga harus rutin mendisinfeksi benda-benda yang sering disentuh. Kemudian, mendisinfeksi tempat sebelum memulai kembali kegiatan. Selain itu, harus menggunakan alat ibadah sendiri sehingga tidak ada tukar menukar atau sharing alat ibadah.

“Kalau bisa ibadah secara online, lebih baik online saja. Kalau tidak bisa bisa dikurangi jumlahnya atau diubah dengan cara lain tanpa harus mengurangi nilai dan makna. Misal tahlilan bisa diganti dengan memberikan sesuatu kepada orang lain untuk menunjukkan bela sungkawa,” kata Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya