SOLOPOS.COM - Mendikbud Muhadjir Effendy (Dok/JIBI/Solopos/Antara)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta para guru tidak terlibat polemik Full Day School.

Solopos.com, PEKANBARU—Muhadjir meminta para guru menerapkan kebijakan baru tentang guru dengan sebaik mungkin dan menghindari polemik yang berkembang tentang sekolah seharian penuh alias full day school.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jangan salah tafsir delapan jam itu anak ditahan di sekolah. Saya tegaskan Kementerian tidak ada program ini. Tolong guru jangan ikut-ikutan. Memang ada istilah itu, tapi yang kita laksanakan adalah program penguatan karakter,” kata dia di Kantor Gubernur Riau, Pekanbaru, Senin (3/7/2017).

Dia menjadi pembina upacara perdana setelah libur Lebaran untuk menyosialisasikan Peraturan Pemerintah No. 19/2017 tentang Guru yang mulai diberlakukan secara nasional. Inti kebijakan tersebut adalah beban kerja guru yang diukur dari tatap muka di kelas adalah delapan jam per hari atau 40 jam sepekan selama lima hari.

“Per hari delapan jam itu seperti PNS karena berdasarkan PP yang lama banyak guru tak bisa memenuhi 24 jam tatap muka. Akibatnya banyak guru terpaksa mengajar di luar agar dapat tunjangan profesi,” kata dia. Pendekatannya adalah penghasilan guru.

Ia berargumen kebijakan baru itu akan memberikan keadilan bagi guru hingga ke pelosok daerah yang sebelumnya harus menempuh lebih dari 10 kilometer untuk mencari tambahan waktu mengajar. Guru juga diharap lebih fokus pada lima tugas pokoknya yaitu untuk mengajar, perencanaan secara kolektif dan pribadi, evaluasi, dan lainnya.

“Jadi bukan berarti guru mengajar terus-menerus, bukan berarti siswa delapan jam belajar terus. Jangankan guru dan murid, setan pun tidak bisa lakukan itu,” kata dia. Menurut Muhadjir, program penguatan karakter bertujuan mengubah pola pikir para pendidik, perubahan tata sekolah supaya lebih sehat, dan penguatan karakter anak didik menjadi lebih baik.

Guru tidak hanya mentransfer pendidikan, melainkan juga membentuk karakter anak khususnya di tingkat SD dan SMP. Dengan kebijakan baru itu dia meminta sekolah dan guru mengidentifikasi potensi di luar sekolah sebagai sumber belajar.

“Seperti di Riau, sekolah harus tampil dengan jati diri dan kearifan lokalnya. Perspektif ini harus jadi pola pikir semua guru sehingga masing-masing kabupaten dan kota menunjukkan ciri dan kehebatan masing-masing. Tidak ada lagi sekolah seragam,” kata dia.

Muhadjir juga berpesan agar setiap guru harus mencari potensi terbaik dari setiap anak didik mereka. Seorang anak yang tidak mahir matematika bukan berarti masa depannya tertutup karena bisa jadi mereka piawai di bidang lainnya.

“Indonesia ini kacau karena kesalahan pendidikannya. Untuk cari 11 pesepak bola saja susah dan ini kesalahan pendidikan. Karena itu saya tantang Gubernur Riau mencari pemain bola yang bagus. Kalau ada maka saya akan bantu untuk bikin kesebelasan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya