SOLOPOS.COM - Suasana diskusi Pameran Foto Tempo Doeloe di Monumen Pers Nasional, Senin (18/7/2022). Diskusi tersebut merupakan rangkaian dari Pameran Foto Pesona Solo Tempo Doeloe. (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Monumen Pers Nasional Solo menggelar Diskusi Pameran Foto Solo Tempo Doeloe bersama Komunitas Soerakarta Walking Tour dan Solo Societet, Senin (18/7/2022) malam.

Diskusi yang dihadiri puluhan orang tersebut dipantik oleh Storyteller sekaligus Sejarawan Soerakarta Walking Tour Muhammad Apriyanto, serta Ketua dan Sejarawan Solo Societet Dani Saptoni.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, rangkaian Pameran Foto Pesona Solo Tempo Doeloe diisi dengan berbagai workshop seperti workshop photo story contest, workshop photo story, dan workshop jurnalistik.

Peserta diskusi sudah hadir di Monumen Pers Nasional sejak pukul 18.40 WIB. Berdasarkan pantauan Solopos, ada sekitar 66 foto tempo dulu yang dipamerkan mulai dari Pabrik Gula Colomadu, Pasar Legi, Societeit Harmoni, dan lain-lain.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam pemaparannya yang bertajuk Historiographi(c) : Antara Sumber Visual dan Narasi Sejarah, Apri mengatakan dalam disiplin ilmu sejarah setidaknya ada empat tahap penelitian yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Baca Juga: Mengenang Saripetojo, Pabrik Es Pertama di Soloraya

Apri mengajak peserta diskusi melihat riwayat panjang jurnalisme foto dan foto sebagai sumber sejarah. “Ada sisi knowledge yang bisa dibagi, baik sejarah, budaya, visual [foto]. Ini ada benang merahnya antara zaman dulu dan sekarang,” tuturnya.

Meski merekam fakta, Apri mengatakan foto hanya mampu menangkap fakta secara terbatas. “Foto hanya menampilkan fakta sepotong. Artinya tidak menampilkan secara utuh dan masih harus dikaji dan dilengkapi,” tuturnya.

Ia juga menunjukkan berbagai sumber foto dari era pra kemerdekaan Indonesia dan yang masih eksis hingga saat ini. Mulai dari Indonesia Press Photo Service (IPPHOS), Koninklijk Instituut voor Taal-,  Land-en Volkenkunde (KITLV) hingga kantor berita Antara.

Baca Juga: Mahasiswa Palestina dan Fiji Timba Ilmu di Monumen Pers Nasional Solo

Sementara Dani, membawakan materi berjudul Menarasikan Kota Solo. Ia mengatakan, ada beberapa paradigma tentang Kota Solo, misalnya kota budaya, kota pelajar, kota perjuangan, dan kota kuliner. Pencitraan yang beragam tersebut bisa menjadi acuan paradugma dalam menarasikan Solo.

“Solo itu sepanjang sejarah sebagai kota hunian punya banyak ragam citra mengidentikkan Solo dan disadari oleh publik,” terang Dani.

Dani juga menyoroti munculnya popularitas konten (sejarah) di tengah masyarakat yang minim riset serta tak memenuhi pakem keilmuan yang ideal. Menurutnya, saat ini muncul konten sejarah yang minim riset. Padahal, konten tersebut bisa dikonsumsi seluruh kalangan masyarakat.

”Karenanya penting menempatkan porsi history, story, dan mistery,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya