SOLOPOS.COM - Ilustrasi pernikahan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, JAKARTA --Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta agar Menteri Agama (Menag) Fahcrul Razi mengaluarkan fatwa tentang pernikahan lintas ekonomi.

Muhadjir Effendy mengatakan fatwa ini berisi tentang kewajiban orang kaya menikahi orang miskin dan sebaliknya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

WNI di Singapura Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona

"Di Indonesia ini kan ada ajaran agama yang kadang-kadang disalahtafsirkan. Kalau mencari jodoh yang setara, apa yang terjadi? Orang miskin cari juga sesama miskin. Akibatnya, ya terjadilah rumah tangga miskin baru. Inilah problem di Indonesia. Maka mbok disarankan sekarang dibikin, Pak Menteri Agama bikin fatwa yang miskin wajib cari yang kaya, yang kaya cari yang miskin," jelas Muhadjir dilansir Suara.com, Rabu (19/2/2020).

Muhadjir Effendy mengatakan hal ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan angka kemiskinan di Indonesia. Dari data yang ia sampaikan, rumah tangga miskin di Indonesia mencapai 5 juta keluarga dari sekitar 57 juta keluarga.

Layangkan Gugatan Cerai, Meggy: Kiwil Baik Tapi Galak

"Rumah tangga Indonesia 57.116.000, yang miskin 9,4 persen itu sekitar 5 juta. Kalau ditambah status hampir miskin itu 16,8 persen, itu sekitar hampir 15 juta," tambah mantan Mendikbud ini.

Ada peneliti yang mengkaji soal kehidupan pasangan suami-istri (pasutri) dari latar belakang ekonomi berbeda. Penelitian yang dilakukan asisten dosen sosiologi di Duke University, Amerika Serikat, Jessi Streib, ini melibatkan 24 pasutri dari kelas sosial ekonomi yang berlainan.

Dikutip Solopos.com dari Liputan6.com, Rabu (18/2/2020), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan sosial terhadap kelanggengan sebuah ikatan pernikahan.

Agensi Ungkap Kronologi Kecelakaan Mobil Lee Kwang So

Berikut lima poin penting dari hasil penelitian itu.

1. Perempuan dari kelas menengah bawah cenderung lebih menikmati pekerjaan rumah daripada perempuan kalangan atas. Tetapi, hal ini tidak memicu pertengkaran/ketidakharmonisan dalam pernikahan.
2. Perdebatan antarpasutri kerap kali muncul saat membahas anak-anak mereka.
3. Perempuan yang berasal dari kelas bawah mendapatkan tekanan dalam rumah tangga mereka. Dia cenderung malu dengan kondisi rumahnya. Maka dari itu, ia begitu bersemangat ketika menata rumah baru mereka. Hal ini berbeda dengan orang yang kelas menengah ke atas, mereka tidak mempunyai pandangan yang sama tentang rumah yang dihuninya.
4. Pasangan beda kelas yang paling awet hubungannya adalah mereka yang saling mengerti dan menerima perbedaan masing-masing.
5. Perbedaan antara dua kelas yang berbeda ini menjadi sesuatu yang tidak disukai oleh mereka. Bahkan, alasan ketidaksetujuan dari suatu hal bisa berujung pertikaian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya